RIAU POS Sabtu, 08 April 2006 40 Tahun yang Lalu
Pada awal tahun 1960-an, Pemerintah Kerajaan Inggris membuat keputusan untuk menyatukan federasi tanah Melayu, Singapura, Brunei Darusalam, Serawak dan Borneo Utara (Sabah) menjadi negara yang disebut negara Federasi Malaysia dengan Ibu Kotanya Kuala Lumpur. Keputusan pemerintah kerajaan Inggris tersebut menyebabkan protes yang keras dari pemerintah Republik Indonesia atau Pemerintah Soekarno pada waktu itu. Alasan yang dikemukakan pada waktu itu antara lain gagasan tersebut telah mematikan hasrat rakyat Serawak dan Sabah untuk menjadi negara merdeka. Gagasan Pemerintah Inggris itu didukung dengan kuat oleh Perdana Menteri Federasi Tanah Melayu Tengku Abdurahman Al Haj dan Perdana Menteri Singapura pada waktu itu Lie Kuan Yeow. Dalam perjalanan pembentukan negara baru Federasi Malaysia tersebut, pertama tersandung oleh mundurnya Brunei di tengah jalan dan tinggalah empat negara saja yang terus maju yaitu Federasi Tanah Melayu, Singapura, Serawak dan Borneo Utara (Sabah). Selanjutnya setelah berjalan beberapa waktu pada 9 Agustus 1966 giliran Singapura keluar dari federasi tersebut, dan mengumumkan kemerdekaannya. Keluarnya Singapura dari Federasi Malaysia disebabkan pertentangan yang hebat antara Tengku Abdurahman dengan Lie Kuan Yeow. Tengku Abdurahman menganggap Singapura tidak patuh pada Kuala Lumpur sedangkan Lie Kuan Yeow merasa terlalu banyak didikte oleh Kuala Lumpur. Pemerintah Indonesia sendiri terus mengadakan perlawanan untuk menggagalkan pembentukan negara Federasi Malaysia tersebut terutama melalui perang urat syaraf baik cetak maupun elektronik di samping mempersiapkan pasukan-pasukan tempur dan yang lebih banyak lagi sukarelawan-sukarelawan sipil yang dikirim ke perbatasan terutama di Kepulauan Riau maupun perbatasan Serawak dan Sabah. Puncak dari penentangan Pemerintah Republik Indonesia ialah diumumkannya Komando Dwikora yang antara lain berbunyi, bubarkan dan ganyang Malaysia. Komando tersebut dibacakan sendiri oleh Presiden Soekarno pada September 1963. Maka sejak itu di seluruh Indonesia dikobarkan semangat Ganyang Malaysia tersebut, bukan saja melalui radio tetapi juga melalui penyusupan-penyusupan ke tanah Melayu. Dan sejak itu Kepulauan Riau yang pada waktu itu merupakan daerah luar Pabean (Buiten Told Gebied) dimana perdagangan dengan Singapura tidak berlaku ketentuan yang diatur oleh Bea Cukai artinya semua barang yang masuk (impor) dan keluar (ekspor) bebas dari ketentuan. Sejak itu Kabupaten Kepulauan Riau yang semua keperluannya didatangkan dari luar negeri (Singapura) mengalami kesukaran yang luar biasa. Karena semua keperluan pokok sekarang harus didatangkan dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Karena tanpa persiapan yang memadai Kepulauan Riau yang tadinya berpuluh-puluh tahun tidak pernah mengalami kesukaran kini harus menyesuaikan semua peraturan perdagangan yang normal. Sejak diumumkannya komando Ganyang Malaysia oleh pemerintah atau Kogam sebagai pengganti Komando Tertinggi atau Koti. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat konfrontasi dengan Malaysia di daerah perbatasan, Komando Ganyang Malaysia membentuk beberapa komando antara lain Kopendasan (Komando Pembangunan Daerah Perbatasan) yang menangani masalah perbatasan baik ekonomi, sosial, dan lainnya. Kegiatan Ganyang Malaysia yang dilakukan terutama di daerah perbatasan sangatlah melelahkan karena kegiatan tersebut dilakukan dengan tanpa persiapan yang cukup di bidang logistik dan lain-lain sehingga kita menyaksikan betapa tidak siapnya pasukan kita waktu itu untuk menghadapi pihak lawan. Tiba-tiba bagaikan petir di siang hari, melalui RRI Jakarta pada 1 Oktober 1966 pengumuman ada pengambilalihan pemerintah oleh gerakan yang dinamakan Gerakan 30 September PKI. Gerakan tersebut telah melakukan teror luar biasa dengan melakukan pembunuhan terhadap jenderal-jenderal senior antara lain yakni Ahmad Yani, DI Panjaitan, Suprapto, S Parman, dan lainnya. Sedangkan pembunuhan terhadap AH Nasution tidak berhasil. Usaha kudeta G30S PKI tersebut dapat digagalkan oleh Jenderal Suharto, dengan bantuan pasukan tempur RPKAD yang dipimpin oleh Sarwo Edi. Keganasan yang dilakukan G30S PKI tersebut mendapat tantangan keras dari rakyat terutama mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi yang akhirnya membentuk kesatuan-kesatuan aksi pada tahun 1966 yang disebut Angkatan 66. Munculah nama-nama kesatuan aksi seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia), dan lainnya. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut melakukan demonstrasi-demonstrasi yang terkenal dengan tuntutannya Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang salah satu tuntutannya adalah pembubaran PKI (Partai Komunis Indonesia). Dalam demo-demo tersebut telah jatuh beberapa korban antara lain Arief Rahman Hakim seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran UI. Demo-demo tersebut dipimpin antara lain muncul nama Abdul Gafur, Fahmi Idris, Akbar Tanjung, Cosmas Batubara, dan lainnya. Sebagai organisasi pemuda pelajar tandingan pada waktu itu pemerintah Orde Lama membuat satu organisasi pelajar yang disebut Korp Pelajar Serbaguna (Kojarsena). Di Tanjungpinang pada Maret 1966 telah terjadi gerakan yang tidak terkoordinir menentang G30S PKI yang berupa menurunkan papan-papan nama organisasi-organisai yang bernaung dalam Partai Komunis Indonesia. Di samping itu kepulangan mahasiswa-mahasiswa Kepulauan Riau dari Jakarta seperti Rosmawi Rifin, mahasiswa Fakultas Kedokteran UI ke Tanjungpinang mempercepat munculnya gerakan-gerakan pemuda pelajar dan mahasiswa untuk menuntut pembubaran PKI. Akhirnya Kojarsena mulai dibentuk oleh Komando Daerah Maritim II (KODAMAR II) yang direncanakan akan diresmikan atau dilantik pada 4 April 1966. Kojarsena dianggotakan semua sekolah tingkat SLTP dan SLTA di Tanjung Pinang, dimana setiap sekolah merupakan Kompi Pelajar Serbaguna atau (Kijarsena). Jadi Kojarsena terdiri dari beberapa kompi atau beberapa sekolah. Komandan Kojarsena pada waktu itu adalah saudara Suharjo kepala Kursus Dinas Kepegawaian (KDP) sedangkan komandan-komandan Kompi adalah kepala-kepala sekolah termasuk penulis. Pada 3 April 1966 semua komandan Kompi telah menerima undangan dengan membawa pasukan untuk dilantik pada 4 April 1966 di Lapangan Sekip yaitu lapangan bola milik Angkatan Laut. Pada 3 April malam, pada saat bertakziah di rumah Raja Muhammad Yusuf yang meninggal pada hari itu, secara beranting penulis menyampaikan kepada Kepala-kepala Sekolah agar besok pada 4 April setelah pelantikan Kojarsena, kita akan mengadakan demonstrasi mengambilalih sekolah-sekolah Cina, gedung-gedung perkumpulan Cina dan toko-toko yang menjual buku bahasa Cina yang terletak di Jalan Teuku Umar, Jalan Merdeka, dan Jalan Temiang di pusat kota Tanjung Pinang. Kiranya rencana tersebut telah bocor dan seusai pelantikan Kojarsena muncul pengumuman dari Mayor C Padmo sebagai kepala bagian Intel Komando Daerah Maritim II yang memerintahkan agar setelah selesai pelantikan ini semua pasukan harus kembali ke sekolah dan tidak boleh melaksanakan kegiatan apapun. Tapi karena sudah ada kebulatan tekad para pelajar pada waktu itu demonstrasi tetap berlangsung. Sekolah Cina Tuan Poon yang terletak di Jalan Teuku Umar telah dijaga ketat oleh pasukan komando Angkatan Laut. Walaupun demikian para pelajar yang dipimpin oleh antara lain penulis sendiri, Saudara M Dun Usul, Saudara Thamrin, Saudara Atan, Saudara Daud R, tetap melakukan demo dan akhirnya sang Merah Putih berhasil dikibarkan di Gedung Tuan Poon School. Sebagai resiko dari aksi tersebut penulis dan kawan-kawan ditangkap dan diinterogasi di Polres Kepulauan Riau dengan pesan agar mempersiapkan pakaian tidur dan perlengkapan lainnya. Akhirnya setelah lewat pukul 24.00 WIB, penulis dan kawan-kawan diizinkan pulang dan besoknya akan diteruskan interogasi. Kalau mau diteruskan peristiwa 4 April ini ceritanya sangat panjang, dan bukanlah tempatnya untuk menceritakan secara panjang lebar, tapi sebagai permulaan gerakan Angkatan '66 ini adalah permulaan dari semuanya antara lain pembentukan KAPPI, KAMI, KAGI, KASBI dan yang terakhir adalah pembentukan Badan Kerjas Sama Kesatuan Aksi atau BKSKA. Tulisan ini terbuka untuk dikritik karena semuanya dibuat berdasarkan ingatan dan catatan lepas yang penulis miliki. *** Djauzak Ahmad, tokoh pendidikan. -- ---------------------------------------- I am using the free version of SPAMfighter for private users. It has removed 53 spam emails to date. Paying users do not have this message in their emails. Try www.SPAMfighter.com for free now! [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/