Astagfirullah... 

    Eh.. 

    Allahu Akbar. 

-----------


Selasa, 18 April 2006

Kaum Nahdliyyin Temukan Nilai-nilai Islam di Kerajaan Inggris

London-RoL-- Kaum Nahdliyyin dari berbagai pesantren di pelosok tanah
air menemukan nilai-nilai Islam di Kerajaan Inggris yang selama ini
banyak ditinggalkan dan mungkin semakin jauh dari kehidupan rakyat
Indonesia. 

"Disini kami merasakan adanya Ruh Islam," ujar Edi Rakhmat Widodo dari
PP Lembaga Dahwah PB NU Jakarta yang menjadi pimpinan rombongan 
12
kyai dan pengurus pesantren di bawah NU yang tengah mengikuti
pelatihan manajemen yang diselenggarakan oleh PB NU bekerjasama 
dengan
Kedutaan Inggris di Jakarta dan British Council selama satu bulan. 

Wartawan ANTARA dari London, Senin melaporkan, para kyai dan 
pengurus
pesantren yang berada di bawah PB NU itu mengadakan pertemuan 
dengan
para pengurus NU di Kerajaan Inggris K.H. Machfudz Noor di Wisma
Merdeka, Wilseden Green, London. 

Pelatihan manajemen "Education Management Training" untuk para 
pengurus pesantren diadakan di Universitas Leeds, berlangsung sejak
tanggal 10 April hingga 5 Mei 2006 diikuti oleh pengasuh pondok
pesantren dari Propinsi Papua, Palu, Sumatera Utara, Sematera Selatan,
Kupang, Sulawesi Tengah, Pekalongan, Pontianak, Lamongan, dan 
Depok. 

"Saya melihat banyak pola-pola hidup Islam yang diterapkan dalam
kehidupan di UK," ujar Adrian M Pd dari Pondok Pesantren Sabilul
Hasanah Sumatera Selatan. 

Ia mengatakan, dirinya banyak belajar bagaimana kehidupan multi etnis
dan kultural yang ada di UK sekaligus sambil bersilaturahmi dengan
masyarakat Islam khususnya NU UK. 

Sementara itu, Chusnu Yuli Setyo RM Pd, pengurus Ponpes Sunan Drajat
Medali Lamongan Jawa Timur yang memiliki sekitar 15.000 santri melihat
Inggris yang terkenal dengan toleransi antara kultur dan etnis sangat
menarik untuk dipelajari. 

Menurut Chusnu, sesuai dengan paham NU yang moderat sehingga NU 
bisa
diterima oleh masyarakat Indonesia yang multi kultural serta etnis
maupun bahasa. 

"Kita bisa belajar bagaimana kehidupan umat Islam yang ada di luar
Indonesia," katanya. 

Hal senada juga dikatakan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Darus 
Dakwah
Wal-Irsyah (DDI) Jayapura H Muh Said HK. 

Sebulan terlalu singkat 
Sementara itu Mochammad Machrus, lulusan Kairo di bidang filsafat dari
Ponpes Al-Masyahad Pekalongan yang berada di bawah Yayasan 
Pendidikan
Al Fairus mengakui bahwa pendidikan kursus manajemen yang hanya
berlangsung selama sebulan,itu dirasakannya terlalu singkat. 

Namun demikian Ponpes yang didirikan oleh sang kakek KH Subki 
Masyhadi, di tahun 1986, Machrus mengatakan bahwa bagaimanapun 
program pelatihan yang diikutinya sangat bermanfaat bagi pengembangan
pesantren terutama yayasan Al Fairus yang akan mendirikan Islamic
Boarding School di kota Pekalongan. 

Fitryani Wahab (25) dari Ponpes Al-Hikmah Kupang Nusa Tenggara Timur
mengatakan bahwa dirinya merasa bangga bisa mengikuti program ini
karena begitu banyak manfaat yang didapatnya dan berjanji akan
mensosialisakan di Ponpes yang memiliki 55 orang mualaf dari Timor dan
bahkan telah memiliki Radio Dakhwah. 

Hal yang sama juga diakui oleh Aminah dari Pondok Pesantren 
Alkhairaat Palu Sulawesi Tengah yang memiliki santri sebanyak 180.000
orang. 

Putri KH Abdillah Muhammad Al-Djufri yang duduk di Rais Syuria NU itu
juga bercerita pengalamannya tentang peristiwa Poso yang merupakan
konflik antara dua umat beragama. 

Sementara itu mengenai budaya baca orang Inggris juga dikagumi oleh
Titik Suryani dari PP Darul Ulum Kuala Dua , Pontianak, Kalimantan
Barat pimpinan KH Chairuman al Rabbini di tahun 1977 memiliki 850
murid yang 250 diantaranya tinggal di asrama. 

Selain budaya baca orang Inggris sangat tinggi, Titik Suryani juga
melihat budaya antri sangat menggagumkan serta giat bekerja dan
mandiri, semua dilakukan sendiri tampa bantuan orang lain, sebelumnya
ia juga tidak membayangkan banyaknya umat muslim di Inggris serta
makanan halal yang ada. 

Program pendidikan manajemen untuk para pengasuh pondok pesantren
diisi dengan kegiatan kunjungan ke obyek-obyek wisata seperti Istana
Buckingham Hyde Park yang ada di London serta mengunjungi Gereja St
Paul`s Cathedral, Islamic Cultural Centre dan berdiskusi dengan
pimpinan agama lainnya dalam forum antar agama. 

Para peserta juga berkunjung ke kota-kota di Inggris lainnya seperti
York yang sangat terkenal dengan keindahannya, kota pelajar Oxford. 

Perkembangan tanah air 
Pada acara bincang-bincang dengan pengurus NU UK yang telah lama
tinggal di Inggris, pimpinan rombongan Edy Rakhmad Widodo juga
menguraikan tentang sikap PB NU terhadap perkembangan di tanah air
akhir-akhir ini terutama berkaitan dengan isu Islampobia. 

Dikatakannya, di kalangan orang Barat non Muslim tumbuh persepsi 
bahwa
Islam itu menakutkan. 

Hal tersebut karena adanya ekstrim kanan dan eksrim kiri dimana 
eksrim kanan terkait dengan tindakan-tindakan anarkis yang mengatas
namakan Islam. Sementara ekstrim kiri dimana berkembang Islam liberal.


Sementara soal RUU APP, bagi NU menilai masalah itu lebih bersifat
kedalam, masalah umat dimana 60 juta umat dan berharap tidak akan
terbawa oleh arus negatif, lebihbersifat kedalam,dan tetap menghargai
prularitas yang merupakan kodrad bangsa Indonesia yang merupakan 
suatu
kekayaan bangsa. 

Mengenai latar belakang program pelatihan yang khusus ditujukan 
dikalangan NU, Edy mengakui selama ini di Barat khususnya Inggris
mereka lebih mengenal Islam yang datang dari Iran, Irak , Pakistan
negara Arab dengan segala macam aksesorisnya sementara Islam di
Indonesia maupun Malaysia tidak pernah dilihat yang memiliki
keramahtamahan . antara/pur


()  





Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke