http://www.suarapembaruan.com/News/2006/04/18/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY Pembelian Senjata Ilegal Bermotif Cari Untung [JAKARTA] Upaya pembelian suku cadang dan persenjataan secara ilegal melibatkan tiga warga negara Indonesia (WNI), yang tertangkap di Honolulu, Hawai, terkait motif mencari keuntungan. Demikian dinilai anggota Kelompok Kerja (Pokja) Pertahanan Komisi I DPR, dari Fraksi Partai Demokrat (FPD), Boy MW Saul di Jakarta, Senin (17/4). "Dulu setiap proyek pengadaan barang, berapa harga yang diminta langsung disetujui. Sekarang tidak bisa. Kalau rekanan beli barang senilai 100, diajukan 120 masih kita perbolehkan, karena hal itu wajar mereka harus mendapat untung. Tapi ini ada upaya, bagaimana caranya supaya tetap bisa keuntungan dari jual 120 itu, seperti jual 200," ujarnya. Hadianto Djoko Djuliarso, dan warga negara Singapura Ibrahim bin Amran yang menjadi pemilik bersama PT Ataru Indonesia, juga dua WNI lainnya, Ignatius Ferdinandus Soeharli, serta Aulia Maulidyah, istri Hadianto, serta warga negara Inggris David Beecroft, ditangkap setelah melalui transaksi melibatkan agen Amerika Serikat yang menyamar. Upaya penyelidikan kasus itu dilakukan Departemen Imigrasi, dan Kantor Bea Cukai AS, yang dibantu Dinas Penyelidikan Kejahatan Pertahanan Ohio. Empat orang itu, dituduh melanggar UU Kontrol Ekspor Persenjataan AS. Pasalnya rencana pembelian senjata itu telah ada sejak 2005, di mana saat itu Indonesia masih dalam status embargo AS. Selain suku cadang radar untuk pesawat tempur F-5, Ataru dituduh akan menyelundupkan 245 misil sidewinder, 882 pucuk senapan serbu pabrikan Heckler and Koch (HK) MP5, serta 800 pucuk pistol dari pabrikan yang sama, serta 16 pucuk senapan sniper, dan 5.000 butir peluru. Boy mengakui peralatan dan persenjataan itu ada pada anggaran yang diajukan TNI, dan telah disetujui DPR. "Semuanya ada pada satuan tiga," ujarnya. Pada revisi APBN-P TNI 2005, tertera proyek pengadaan mesin dan suku cadang Aero F-5 senilai Rp 194.118.648.750 (US$ 19,909 juta). Sementara Rp 5 miliar, dianggarkan untuk pengadaan persenjataan Alpalsus Denbravo. Kaitan pengadaan perlengkapan militer, dan persenjataan dengan hasrat keuntungan, dianggap sangat memungkinkan, karena usai pencabutan embargo senjata oleh AS, pembelian bisa dilakukan melalui transaksi antar pemerintah, atau foreign military sales. Sayangnya dua jenis transaksi itu tidak membutuhkan jasa pihak ketiga, atau rekanan. Artinya tidak ada celah pemberian komisi. Diakui Boy telah berbicara dengan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, yang mengakui benar PT Ataru Indonesia sebagai rekanan TNI dalam pengadaan suku cadang pesawat, serta persenjataan. "Tapi masih dalam rangka mereka (Ataru) menyatakan sanggup mengadakan barang yang dibutuhkan TNI, belum ada penunjukkan," ucapnya. Djoko Susilo, anggota Pokja Pertahanan Komisi I dan anggota Panitia Anggaran DPR, menyebut kasus rekanan TNI yang bermasalah telah beberapa kali terjadi. Sebelumnya yang terungkap pada 2005, kasus pengadaan suku cadang pesawat Sukhoi. "Barang itu sudah ada sebelum anggaran diajukan," ucapnya. Kasus itu, antara lain untuk pengadaan senjata Sukhoi, suku cadang Avionik Sukhoi ex-warranty Rusia, dan suku cadang Aero Sukhoi ex-warranty Rusia, yang anggarannya dimasukan dalam daftar revisi kebutuhan APBN-P TNI 2005. "Sebenarnya barang itu sudah ada di Indonesia, yang datang bersama pembelian pesawat Sukhoi, sebagai bagian dari garansi bila pesawat mengalami kerusakan. Tapi karena selama masa garansi pesawat tidak mengalami kerusakan, maka harus dikembalikan ke Rusia," ucapnya. Suku cadang itu sendiri tidak kembali ke Rusia, karena dibeli oleh rekanan TNI. Kasus lain, adalah rencana pembelian radar pada 2004 senilai US$ 28,5 juta. "Tapi itu dibatalkan DPR saat pengajuan anggaran, karena rekanan yang diajukan TNI bermasalah. Masa rekanan untuk mengadakan perangkat militer, hanya punya pengalaman sebagai tukang jahit," ujarnya. Untuk PT Ataru Indonesia, Djoko menyebut ada keanehan karena perusahaan tersebut sesuai yang terdaftar di Kadin DKI Jakarta, dengan no 2020354961-5 tanggal 30 Mei 2002, adalah perusahaan distributor industrial supply, dan laser cutting. "Tidak ada kaitan-nya dengan agen penjualan persenjataan," katanya. [B-14] Last modified: 18/4/06 [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/