http://www.gatra.com/artikel.php?id=95557


Aneka Ragam Laskar Jalanan




Front Pembela Islam (FPI)

Tidak Kebal Hukum
Deklarasi : 17 Agustus 1998
Markas : Jalan Petamburan III Nomor 83, Jakarta Pusat
Klaim jumlah anggota : 15 juta simpatisan
Syarat keanggotaan : Ahlul Sunnah Wal-Jamaah
Donasi : Swadaya dan donatur tidak tetap
Ketua Umum : Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab

Sebagai organisasi, umur Front Pembela Islam (FPI) bisa dibilang masih 
kanak-kanak. Namun gemanya lebih nyaring ketimbang gerakan Islam lain yang 
lebih tua. Berulang kali FPI menyita perhatian publik dan menyesaki pemberitaan 
media pers. Perkumpulan ini bahkan telah menyandang predikat khas: gerakan 
antimaksiat. Memang ada pula yang mencapnya sebagai kaum anarkis.

Dari sebuah tablig akbar di Pesantren Al-Um, Kampung Utan, Ciputat, selatan 
Jakarta, FPI dideklarasikan oleh belasan habib, kiai, mubalig, dan ratusan 
santri dari seantero Jabotabek. Hadirnya FPI adalah bagian dari apa yang 
populer disebut "ledakan partisipasi" dalam era reformasi. Saat elemen 
masyarakat lain menyerukan reformasi politik, ekonomi, atau hukum, FPI 
mengumandangkan reformasi moral. "Krisis bangsa ini berpangkal pada krisis 
moral," kata Ketua Umum FPI, Habib Rizieq.

Habitat Jakarta yang sarat tempat maksiat memberikan suntikan spirit tersendiri 
bagi aksi-aksi FPI. Menurut Rizieq, FPI muncul sebagai respons spontan dari 
umat Islam yang prihatin terhadap maksiat di sekitarnya. Sejumlah aksi FPI 
seringkali memang harus berhadapan dengan kelompok-kelompok masyarakat yang 
menentang aksi-aksi mereka. Apalagi, ''sweeping'' yang dilakukan FPI seringkali 
berujung aksi kekerasan. "Karakter gerakan kami jelas, yaitu lugas dan tanpa 
kompromi," ujarnya.

Namun Rizieq berkilah, kekerasan yang dilakukan bukan kekerasan sebagai cermin 
kebengisan hati dan kekasaran sikap. Sebab, dalam Islam, hal itu sangat 
dilarang. Yang sesungguhnya, itu lebih merupakan cermin ketegaran prinsip dan 
sikap.

Apa yang dilakukan FPI, kata Rizieq, karena telah terjadi kemandulan dalam 
sistem penegakan hukum. "Kalau hukum sudah ditegakkan, baru FPI akan mundur," 
Rizieq menambahkan.

Toh, FPI sendiri, menurut Rizieq, selalu siap menerima konsekuensi hukum dari 
apa yang dilakukannya. Pada aksi menolak majalah Playboy, misalnya, ada dua 
komandan FPI yang ditahan hingga sekarang. Begitu pula di Bekasi, ada 21 
anggota FPI yang ditahan. Malah kantor FPI pernah disatroni polisi. "Tak ada 
yang kebal hukum," Rizieq menegaskan.



Forum Betawi Rempug (FBR)

Tidak Ada Cat Tergores
Deklarasi : 29 Juli 2001
Markas : Pondok Pesantren Yatim Ziyadatul Mubtadi'ien, Jalan Raya
Penggilingan Pedaengan Nomor 100, Cakung, Jakarta Timur
Klaim jumlah anggota : 1,7 Juta orang
Syarat keanggotaan : Etnis Betawi. Etnis lain wajib sudah tiga tahun menetap di 
Jakarta
Donasi : Hasil usaha, swadaya, dan donatur tidak mengikat
Ketua Umum : H. Fadholy El Muhir

Meski berbasis kedaerahan, sepak terjang Forum Betawi Rempug (FBR) ''beken'' 
hingga seantero Nusantara. Sikapnya yang tegas mendukung Rancangan 
Undang-Undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) membuat organisasi yang 
digagas mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung, H. Fadholy El Muhir, ini dicap 
sebagai organisasi preman jalanan. Bahkan belakangan FBR harus berhadapan 
dengan polisi.

Padahal, menurut Lutfi Hakim, 33 tahun, Sekjen FBR, pendirian organisasi ini 
dipicu rasa prihatin akan nasib warga Betawi. Penduduk asli Jakarta itu kini 
semakin tersingkir di pinggiran kota Jakarta. Sebagian tergilas roda-roda 
pembangunan di tanahnya sendiri. "Ide pokoknya adalah memberdayakan masyarakat 
Betawi," ujar Lutfi.

Sejumlah upaya dilakukan FBR. Antara lain membentuk lembaga pengembangan sumber 
daya manusia, mendirikan PT Fajar Berkah Restu yang bergerak di bidang 
perdagangan umum dan jasa, serta perusahaan jasa layanan keamanan. "Belum 
efektif. Tapi ke depannya, setiap wilayah akan memiliki koperasi anggota," kata 
mantan aktivis PDI kubu Soerjadi itu.

Belakangan, FBR menggeliat menjadi organisasi masa yang tidak saja melulu 
mengurusi soal Betawi. FBR juga meneropong isu-isu global yang ada di 
masyarakat. Menurut alumnus IAIN Ciputat itu, aksi FBR mendukung RUU APP, 
misalnya, adalah bagian dari dinamika organisasi yang memang bertujuan 
menegakkan amar ma'ruf nahyi munkar.

Tapi semua itu, menurut Lutfi, dilakukan dalam koridor hukum. Dalam kasus Inul, 
misalnya, pernyataan Inul yang siap berpose bugil di majalah Playboy mengusik 
FBR. Hal ini yang memicu FBR meluruk ke rumah Inul untuk berdemonstrasi. "Kami 
dituding anarkis, padahal tak ada cat di rumah Inul yang tergores sedikit pun," 
kata Lutfi.

Toh, beberapa kali sejumlah oknum FBR juga melakukan aksi anarkis yang berujung 
ke meja hijau. Pada 31 Maret 2003, misalnya, tujuh anggota FBR divonis bersalah 
karena menganiaya anggota Urban Poor Consortium pimpinan Wardah Hafidz di 
kantor Komnas HAM pada 28 Maret 2002. Mereka juga divonis karena merusak 
sejumlah perlengkapan kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta 
Pusat.

Tak mengherankan jika ada yang menyebut FBR sebagai kelompok preman berjubah. 
Menurut Lutfi, komentar jelek tentang FBR adalah hal biasa. Apalagi bila hal 
itu keluar dari para elite politik. "Wajar mereka berkomentar buruk. Otak 
mereka saja sudah kotor," tutur Lutfi.



Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi)

Menghindari Elemen Anarkis
Deklarasi : 18 April 2001
Markas : Jalan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat
Klaim jumlah anggota : 1 juta orang, tersebar di Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi
Syarat keanggotaan : Siapa saja yang mencari nafkah di Jakarta
Donasi : Swadaya, pemerintah, dan donatur tak mengikat
Ketua Umum 2005-2010 : Husein Sani

Dibandingkan dengan sebagian ormas lain yang berkibar-kibar, Forum Komunikasi 
Anak Betawi (Forkabi) boleh dibilang lebih adem-ayem. Jarang bikin aksi 
ingar-bingar. Ini diakui sang ketua, Husein Sani, 66 tahun. ''Forkabi memang 
agak slow dan konservatif,'' ujar pengusaha real estate ini.

Pasalnya, kata Husein, Forkabi didirikan justru dengan semangat menghindari 
anarkisme. Lagi pula, tokoh di belakang ormas berbasis kedaerahan ini 
kebanyakan kaum intelektual dan pejabat di Jakarta. ''Makanya, kami harus jaga 
aset ini. Kalau kami ugal-ugalan, nggak mungkinlah mereka masuk ke kami,'' kata 
Husein lagi.

Berikut petikan wawancara wartawan Gatra Eric Samantha dengan Husein:

Anda tidak setuju anarkisme menjadi satu cara meningkatkan popularitas ormas?
Saya kira, organisasi mana pun tidak mau tenar karena hal yang tidak baik, 
sehingga dicap tidak baik. Masalahnya, apakah dalam menjalankan aksi itu 
terkendali atau tidak. Itu yang harus menjadi perhatian.

Dengan anarkis, tidak menyelesaikan masalah. Justru menimbulkan masalah. Citra 
organisasi memburuk. Ketenteraman umum jadi terganggu. Itu yang selalu kami 
jaga. Organisasi harus mewaspadai masuknya elemen-elemen yang menjurus ke 
anarkis.

Aksi turun ke jalan Forkabi seperti apa?
Demonstrasi selalu kami pikirkan. Setting lapangan seperti apa. Kalau tidak 
mengganggu kepentingan umum, polisi juga senang, kan? Bahkan, kalau ada 
keributan, polisi sering minta Forkabi untuk meredam.

Forkabi ikut masuk ke masalah tanah?
Masalah kasus tanah, kami cek dulu lewat bagian hukum. Kalau layak, kami 
perjuangkan. Forkabi bisa ikut membantu penyelesaian lewat LBH Forkabi. Baik 
anggota Forkabi maupun bukan, silakan memanfaatkan. Kalau kerja sama dengan 
Forkabi, artinya benar dah. Sudah melalui jalur hukum.

Sudah terlaksana semua?
Memang belum seluruhnya. Yang penting, kan, nawaitunya. Kalau niat baik, kan, 
insya Allah.

Ada yang bilang, ormas-ormas seperti yang Anda pimpin adalah preman 
terselubung. Tanggapan Anda?
Forkabi merupakan satu organisasi yang berjuang untuk masyarakat Betawi, dalam 
mengangkat harkat dan martabatnya. Tapi kami bermitra juga dengan pemda, 
polisi, dan TNI. Tujuannya, supaya Jakarta bisa kondusif. Kami tidak mau 
Jakarta diobok-obok oleh hal-hal tidak kondusif. Anda lihat saja di lapangan, 
insya Allah, Forkabi nggak (bikin onar)-lah.



Forum Ukuwah Islamiah (FUI) Cirebon

Siap Menanggung Risiko Buruk
Deklarasi : 17 Maret 2004
Markas : Jalan Pesayangan 15, Cirebon, Jawa Barat
Klaim jumlah anggota : Ribuan orang, tidak ada sistem keanggotaan
Syarat keanggotaan : Umat Islam yang ingin berjuang bersama FUI
Donasi : Swadaya, donatur tak mengikat
Ketua Umum : Prof. Dr. Salim Badjri

Meski baru berumur dua tahun, FUI cukup diperhitungkan di Cirebon, Jawa Barat. 
Apalagi kalau bukan karena aksi gencarnya turun ke jalan. Ormas beratribut 
agama ini tak segan melabrak tempat-tempat yang ditengarai sebagai sarang 
maksiat. Rumah judi diobrak-abrik, pelacur jalanan dirazia.

Mulanya, sesuai namanya, organisasi ini diarahkan menjadi perekat antar-umat 
Islam. Ukhuwah berarti mempersatukan umat. ''Kami ingin umat bersatu,'' ujar 
ketua umum sekaligus penggagas FUI, Prof. Dr. Salim Badjri, 63 tahun. 
Sehari-hari, Salim mengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Cirebon.

Menurut lelaki gemuk berjenggot lebat itu, FUI diharapkan bisa mewadahi semua 
keinginan ulama dan umat Islam. Termasuk keinginan terhadap pentingnya 
penertiban kemaksiatan tanpa pandang bulu. Karena itu, saat baru berdiri, 
organisasi yang rutin mengadakan pengajian ini langsung melakukan langkah 
kongkret.

Mula-mula menempuh jalur formal dengan melaporkan ke polisi berkali-kali. 
Contohnya soal adanya kegiatan judi mesin di Jalan Pasuketan 18. Tapi, kata 
Salim, seperti biasa, aparat kepolisian tak bersikap. ''Sampai mutung kami 
tunggu, nggak ada langkah penutupan,'' Salim menuturkan kepada Sulhan Syafi'i 
dari Gatra.

Apa boleh buat, akhirnya massa FUI turun tangan menertibkan,10 Mei tahun silam. 
Lokasi judi disegel, mesin ketangkasannya dirusak. Kota Cirebon heboh 
dibuatnya. Itulah aksi terbesar FUI. Di luar itu, mereka kerap melakukan 
sweeping atas penjualan kupon togel serta aktivitas esek-esek.

Salim menyatakan sebenarnya enggan melakukan tindakan destruktif. Namun, bila 
polisi tak bergerak, pihaknya terpaksa melakukan itu. Ia paham langkah ini 
memiliki risiko tinggi dan menimbulkan banyak musuh. ''Saya siap menanggung apa 
pun risikonya,'' ia menegaskan.



Forum Pemuda Peduli Kamtibmas (FPPK) NTT

Membantu Aparat Polisi
Deklarasi : 2001
Markas : Jalan Banteng, Kuanino, Kupang, Nusa Tenggara Timur
Klaim jumlah anggota : 15.000 orang
Syarat keanggotaan : Ijazah minimal SMA
Donasi : Swadaya, donatur tak mengikat
Ketua : Sam Haning

Ada yang unik setiap kali perayaan hari besar keagamaan di wilayah Nusa 
Tenggara Timur (NTT). Ketika Idul Fitri, Natal, ataupun Nyepi, tempat-tempat 
ibadah ketiga agama itu selalu dijaga pemuda berkostum hijau tua kebiruan. 
Alhasil, perayaan hari besar itu pun berlangsung tertib dan aman.

Para pemuda berseragam tadi adalah anggota FPPK, ormas yang dibentuk untuk 
membantu pengendalian keamanan di wilayah NTT. ''Semua event besar pasti kami 
jaga keamanannya,'' kata Sam Haning, Ketua FPPK, yang juga Wakil Ketua DPD 
Partai Golkar NTT, kepada Antonius Un Taolin dari Gatra.

Keberadaan ormas ini cukup menenteramkan masyarakat. Polisi pun senang. ''FPPK 
terdata di polisi. Tindakannya positif dan sering membantu aparat keamanan,'' 
kata Komisaris Marten Radja, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah NTT.

Anggota ormas ini berasal dari beragam suku dan agama. Ada suku Timor, Jawa, 
Sumatera, Papua, dan sebagainya. Menurut Sam Haning, mereka melebur dengan satu 
tekad: menjaga keamanan dan sedapat mungkin menjauhi anarkisme.



Badan Pembinaan Potensi Keluarga Besar Banten (BPPKB)

Perilaku Premanisme Haram
Deklarasi : 6 Juli 1998
Markas : Jalan Yos Sudarso Kavling 32 Nomor 3A, Jakarta Utara
Klaim jumlah anggota : 8 juta di 16 provinsi
Syarat keanggotaan : Usia di atas 17 tahun, tidak melakukan tindak pidana
Donasi : Sumbangan anggota dan donatur tidak tetap
Ketua Umum : H. Noer Indradjaja

Momentum reformasi tahun 1998 dihayati betul oleh sejumlah tokoh masyarakat 
Banten. Setelah sukses ''memerdekakan'' Banten dari Provinsi Jawa Barat, mereka 
berinisiatif mendirikan sebuah organisasi bagi warganya. "Organisasi ini 
diharapkan menampung aspirasi masyarakat Banten, baik di dalam Banten maupun 
yang berada di luar Banten," kata Haji Noer Indradjaja, ketua umum sekaligus 
penggagas BPPKB.

Meski demikian, menurut tokoh asal Tangerang berusia 50 tahun itu, BPPKB juga 
terbuka bagi etnis dan masyarakat di luar Banten. Setidaknya ada 30 etnis di 
Indonesia yang bergabung ke BPPKB. Menurut ayah dua anak itu, BPPKB memiliki 
misi mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan mengurangi pengangguran.

Caranya, mendirikan Pesantren Qiroatul Quran untuk anak-anak yatim piatu, yang 
sebagian besar anggota BPKKB, di Balaraja, Tangerang. Selain itu, BPPKB juga 
menyalurkan anggota BPPKB yang menganggur ke sejumlah perusahaan. Posisinya 
disesuaikan dengan keterampilan mereka.

Namun, diakui Indradjaja, anggota BPPKB sebagian dipekerjakan sebagai tenaga 
keamanan. Selain di sejumlah perusahaan, mereka juga menjadi tenaga keamanan di 
pasar, terminal, dan lahan-lahan kosong. Bahkan sering diterjunkan dalam 
sejumlah aksi demonstrasi. "Tugas mereka sebatas mengamankan aksi demonstrasi 
dari tindakan anarkis dan onar," kata Indradjaja, yang juga menjabat sebagai 
salah satu Direktur PT Agung Podomoro Group.

Nah, pekerjaan keamanan itulah yang sering memicu persinggungan dengan kelompok 
lain. Menurut Indradjaja, massa BPPKB terkadang harus berhadapan dengan 
sejumlah ormas lain, termasuk organisasi onderbouw partai politik. April 2005, 
misalnya, massa BPPKB bentrok dengan massa FBR di Sunter, Jakarta Utara. Mereka 
juga sempat bentrok dengan kelompok Hercules di bilangan Jalan Rasuna Said, 
Kuningan, Jakarta Selatan, pertengahan 2005.

Toh, kata Indradjaja, dalam melaksanakan tugas pengamanan, BPPKB selalu 
mengkaji dan mempelajari terlebih dahulu efek sosial, hukum, dan ekonominya. 
Tujuannya, agar tidak anarkis. "Perilaku premanisme kami haramkan," ujar 
Indradjaja.



Ikatan Masyarakat Madura (Ikamra)

Tidak Ada Aksi Balas Dendam
Deklarasi : 1998
Markas : Jalan Gembir 3, Wonokromo, Surabaya
Klaim jumlah anggota : 9 juta, tersebar di seluruh Tanah Air
Syarat keanggotaan : Warga Madura
Donasi : Swadaya dan donatur tak mengikat
Ketua/penggagas : H. Raden Ali Badri Zaini

Seandainya waktu itu pengurus Ikamra berpangku tangan atau malah ngompori, 
boleh jadi bentrokan berdarah antara suku Madura dan Dayak meluas ke Surabaya. 
Warga Madura kala itu sudah siap-siap hendak membalaskan dendam kepada warga 
Dayak di ''kota buaya'' itu.

Untunglah, jajaran pengurus cekatan. Mereka mengupayakan perdamaian. Kepala 
daerah Kalimantan dan Jawa Timur, tokoh masyarakat, wakil presiden, Menko 
Kesra, dan Menko Polhukkam dihadirkan untuk duduk bersama dalam bingkai ''Kita 
Adalah Saudara''.

Akhirnya, pada 3 Maret 2001, kesepakatan damai antara kedua etnis tercapai. 
''Tidak ada aksi balas dendam dari warga Madura terhadap warga Kalimantan di 
Surabaya,'' papar Ketua Ikamra, H. Raden Ali Badri Zaini, kepada Arif Sujatmiko 
dari Gatra.

Ikamra adalah ormas cukup besar dan disegani di wilayah Jawa Timur, yang 
merupakan basis masyarakat Madura. Organisasi ini dibentuk atas dasar 
kekeluargaan. Tujuannya, ''Menyatukan orang Madura untuk membangun bangsa," 
kata Ali Badri, yang juga Ketua Umum Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia.

Ikamra pernah bersinggungan dengan ormas lain, FBR, beberapa waktu lalu. 
Menurut Ali Badri, itu terjadi karena provokasi sekelompok orang saja. Lelaki 
48 tahun ini menegaskan akan memecat anggota yang anarkis atau meresahkan 
masyarakat. ''Ini tidak main-main,'' ujarnya.



Hendri Firzani, Taufik Alwie, Eric Samantha, Deni Muliya Barus
[Laporan Utama, Gatra Nomor 31, Beredar Kamis, 15 Juni 2006] 



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Life without art & music? Keep the arts alive today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/9I_uBB/YPaOAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke