Nih saya repost ....... 

------

Thursday, 9, September, 2004 (24, Rajab, 1425) 


A Wake-up Call : Almost all terrorists are Muslims.. 
Abdel Rahman al-Rashed* —

It is a certain fact that not all Muslims are terrorists, but it is
equally certain, and exceptionally painful, that almost all terrorists
are Muslims. 

The hostage-takers of children in Beslan, North Ossetia, were 
Muslims. The other hostage-takers and subsequent murderers of the
Nepalese chefs and workers in Iraq were also Muslims. Those involved
in rape and murder in Darfur, Sudan, are Muslims, with other Muslims
chosen to be their victims. 

Those responsible for the attacks on residential towers in Riyadh and
Khobar were Muslims. The two women who crashed two airliners last week
were also Muslims. 

Osama bin Laden is a Muslim. The majority of those who manned the
suicide bombings against buses, vehicles, schools, houses and
buildings, all over the world, were Muslim. 

What a pathetic record. What an abominable "achievement." Does all
this tell us anything about ourselves, our societies and our culture? 

These images, when put together or taken separately, are shameful and
degrading. But let us start with putting an end to a history of
denial. Let us acknowledge their reality, instead of denying them and
seeking to justify them with sound and fury signifying nothing. 

For it would be easy to cure ourselves if we realize the seriousness
of our sickness. Self-cure starts with self-realization and
confession. We should then run after our terrorist sons, in the full
knowledge that they are the sour grapes of a deformed culture. 

Let us listen to Yusuf al-Qaradawi, the sheikh – the Qatar-based
radical Egyptian cleric – and hear him recite his fatwa about the
religious permissibility of killing civilian Americans in Iraq. Let us
contemplate the incident of this religious sheikh allowing, nay even
calling for, the murder of civilians. 

This ailing sheikh, in his last days, with two daughters studying in
"infidel" Britain, soliciting children to kill innocent civilians. 

How could this sheikh face the mother of the youthful Nick Berg, who
was slaughtered in Iraq because he wanted to build communication
towers in that ravished country? How can we believe him when he tells
us that Islam is the religion of mercy and peace while he is turning
it into a religion of blood and slaughter? 

In a different era, we used to consider the extremists, with 
nationalist or leftist leanings, a menace and a source of corruption
because of their adoption of violence as a means of discourse and
their involvement in murder as an easy shortcut to their objectives. 

At that time, the mosque used to be a haven, and the voice of 
religion used to be that of peace and reconciliation. Religious 
sermons were warm behests for a moral order and an ethical life. 

Then came the neo-Muslims. An innocent and benevolent religion, whose
verses prohibit the felling of trees in the absence of urgent
necessity, that calls murder the most heinous of crimes, that says
explicitly that if you kill one person you have killed humanity as a
whole, has been turned into a global message of hate and a universal
war cry. 

We can't call those who take schoolchildren as hostages our own. 

We cannot tolerate in our midst those who abduct journalists, murder
civilians, explode buses; we cannot accept them as related to us,
whatever the sufferings they claim to justify their criminal deeds.
These are the people who have smeared Islam and stained its image. 

We cannot clear our names unless we own up to the shameful fact that
terrorism has become an Islamic enterprise; an almost exclusive
monopoly, implemented by Muslim men and women. 

We cannot redeem our extremist youths, who commit all these heinous
crimes, without confronting the sheikhs who thought it ennobling to
reinvent themselves as revolutionary ideologues, sending other
people's sons and daughters to certain death, while sending their own
children to European and American schools and colleges. 



*Abdel Rahman al-Rashed is general manager of Al-Arabiya news 
channel. This article first appeared in the London-based pan-Arabic
newspaper Al-Sharq Al-Awsat. 





Copyright: Arab News © 2003 All rights reserved. Site designed by:
arabix and powered by Eima IT 



On 29 Jun 06, at 6:31, Nataatmaja, Hidayat wrote:

> Monika wrote:
> Islam itu teroris, coba tunjukkan orang Kristen yg teroris, orang
> Buddha teroris, orang yahudi atau Hindu teroris, anda ini buta ya atau
> pura2 buta matanya!!! Tidak ada satupun, adanya hanya diorang isla
> karena islamnya =========
> 
> Ibu Monika yg dungu, coba baca ttg gerombolan teroris kristen,budha
> dll di bawah ini
> 
> Oleh MARK JUERGENSMEYER 
> > TERORISME berarti menakut-nakuti atau to terrify
> > dari bahasa Latin terrere atau menimbulkan rasa
> > takut dan cemas. Kata ini secara umum digunakan
> > dalam pengertian politik, sebagai serangan terhadap
> > tatanan sipil semasa Pemerintahan Teror Revolusi
> > Perancis abad ke-18. 
> > Rasa cemas ini sering menyulut kemarahan ketika kita
> > menemukan karakteristik lain yang keras menyertai
> > aksi-aksi kekerasan publik tersebut, yakni sikap
> > pembenaran (justification) melalui agama.
> > Banyak orang merasakan bahwa agama memberikan rasa
> > nyaman dan kedamaian, bukan teror. Namun, dalam
> > sebagian kasus-kasus, agama telah memberikan tidak
> > hanya ideologi, tetapi juga motivasi dan struktur
> > organisasional bagi aksi-aksi kekerasan.
> > Benar bahwa sebagian aksi-aksi terorisme dibenarkan
> > oleh para birokrat publik yang melakukan bentuk
> > terorisme pemerintah untuk menaklukkan masyarakat.
> > Pogroms Stalin, kelompok pembunuhan genocide Khmer
> > Merah di Kamboja, pembantaian etnis Bosnia dan
> > Kosovo, dan aksi kekerasan pemerintah Hutu dan Tutsi
> > di Afrika Tengah, semuanya masih terngiang dalam
> > benak kita. Amerika Serikat dituduh sebagai teroris
> > atas aksi kekerasan dan pembantaian (atrocities)
> > selama perang Vietnam, dan terbukti melakukan
> > pengeboman bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki
> > sebagai teror bom.
> > Tetapi, terma "terorisme" lebih sering
> > dihubung-hubungkan dengan aksi kekerasan oleh
> > kelompok-kelompok yang tidak diakui pemerintah yang
> > secara terpisah berupaya mendapatkan kekuasaan atau
> > pengaruh. Walaupun kelompok-kelompok ini tidak bisa
> > melakukan pembunuhan dalam skala besar seperti
> > dilakukan pemerintah dengan kekuatan militernya.
> > Jumlah mereka yang konstan, pengabdian yang berurat
> > akar, dan kekuatan berbahaya mereka yang tidak dapat
> > diprediksi telah memberi mereka pengaruh besar
> > melebihi sumber daya kekuatan militer mereka
> > sendiri. Sebagian besar kelompok-kelompok ini murni
> > terinspirasi oleh alasan-alasan sekuler (duniawi).
> > Mereka termotivasi oleh ideologi-ideologi (ekstrem)
> > kiri, seperti dalam kasus kelompok Shining Part dan
> > Tupac Amaru di Peru, serta Tentara Merah di Jepang,
> > dan didorong oleh ikatan separatisme etnis atau
> > regional, seperti kasus Gerakan Militan Basque di
> > Spanyol dan Gerakan Nasionalis Kurdi di Timur
> > Tengah.
> > Tetapi, lebih sering lagi aksi terorisme dilandasi
> > oleh kepentingan-kepentingan agama. Kadang-kadang
> > bersamaan dengan faktor-faktor lain seperti
> > disebutkan di atas, kadang-kadang juga sebagai
> > motivasi primer, yang menampilkan aksi-aksi
> > terorisme. Persepsi umum dimana kekerasan agama
> > muncul secara global dalam dekade abad 20 karena
> > adanya catatan-catatan peristiwa aksi kekerasan
> > semacam itu. 
> > Tahun 1980, Departemen Intelijen Amerika Serikat
> > (AS) mencatat daftar kelompok teroris internasional
> > hanya satu organisasi agama saja. Tahun 1998,
> > Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Madeline
> > Albright mencatat 30 kelompok teroris dunia yang
> > sangat berbahaya, lebih dari separuhnya berbasis
> > agama, Yahudi, Islam, Budha. Jika ada seorang
> > menambahkan daftar kelompok-kelompok agama radikal
> > yang meliputi kelompok milisi Kristen dan organisasi
> > paramiliter di Amerika Serikat, jumlah kelompok
> > teroris agama pasti semakin banyak lagi. Menurut
> > catatan RAND - St. Andews Chronology of
> > International Terrorism- proporsi kelompok-kelompok
> > agama ini meningkat dari 16 yang berasal dari 49
> > kelompok teroris pada 1994 menjadi 26 dari 56
> > kelompok teroris pada tahun berikutnya. Karena
> > alasan ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat
> > Warren Christopher mengatakan aksi-aksi terorisme
> > yang mengatasnamakan agama dan identitas etnik telah
> > menjadi sebuah tantangan keamanan terpenting yang
> > dihadapi pada masa bergejolaknya Perang Dingin.
> > Sesuatu yang menjadi teka-teki saya bukan mengapa
> > perbuatan-perbuatan tercela dilakukan manusia
> > berwatak keji, tetapi mengapa suatu yang berdampak
> > buruk justeru dilakukan orang-orang yang kelihatan
> > baik -- dalam kasus teroris agama -- oleh orang
> > saleh berdedikasi tinggi terhadap kepentingan visi
> > dunia moral. 
> > Saya menggunakan terma teroris secara hati-hati.
> > Ketika saya mewawancarai para aktivis militan agama
> > dan pendukungnya, saya temukan bahwa mereka jarang
> > sekali menggunakan terma "teroris" untuk
> > mendeskripsikan aksi-aksi mereka. Semua mengatakan
> > pada saya bahwa kelompok-kelompok itu lebih pantas
> > digelari militan ketimbang teroris. 
> > Ketika agama menjustifikasi aksi kekerasan, apakah
> > secara sederhana dapat diterapkan untuk
> > tujuan-tujuan politik? Pertanyaan ini tidak
> > sederhana seperti yang terlihat. Hal ini cukup
> > menyulitkan karena disebabkan peran pembaruan,
> > dimana agama berperan dalam bagian-bagian dunia
> > terorisme sebagai ideologi tatanan publik khususnya
> > dalam gerakan-gerakan nasionalisme agama.
> > Sebagaimana kasus-kasus yang ditunjukkan di sini,
> > agama bukan sesuatu yang innocent (tanpa dosa). Akan
> > tetapi, biasanya agama tidak mengarah kepada aksi
> > kekerasan. Terjadi hanya dengan menggabungkan
> > perangkat-perangkat khusus -- politik, sosial dan
> > ideologi -- manakala agama menyatu dengan ekspresi
> > kekerasan aspirasi sosial, kebanggaan pribadi, dan
> > gerakan-gerakan yang mengupayakan perubahan politik.
> > 
> > Mike Bray dan Pengeboman Klinik Aborsi
> > Pebruari 1984, Pendeta Michael Bray dan seorang
> > rekannya mengendarai sedan kuning dari rumah di
> > Bowie menuju Delaware. Bagasi mobil berisi
> > bloksinder (cinderblock) untuk memecah jendela,
> > kaleng-kaleng berisi bensin untuk menyiram isi dan
> > keliling bangunan klinik, kain dan korek untuk
> > menyulut api. Sebelum pagi tiba, bilik-bilik aborsi
> > di Dover dilalap api dan ruang pembunuhan bayi
> > hangus.
> > Berikutnya Bray dan dua anggota lainnya merusak
> > tujuh tempat aborsi di Delaware, Maryland, Virginia
> > dan Distrik Columbia. Seluruhnya menelan kerugian
> > total satu juta dolar AS. Bray dihukum penjara
> > sampai 15 Mei 1989.
> > Dalam wawancara di televisi ABC, 20 Maret 1998,
> > program Nightline, presenter Ted Koppel menuduh Bray
> > sebagai dalang di balik aksi gerakan bawah tanah
> > Tentara Tuhan (The Army of God/AOG). Status Bray
> > dengan gerakan Tentara Tuhan diketahui setelah
> > ditemukan inisial AOG di gedung klinik aborsi. 
> > Bray memublikasikan salah satu laporan berkala
> > Kristiani paling militan di kotanya, Capitol Area
> > Christian News, mengulas aborsi, homoseksualitas,
> > dan penyimpangan patologis (pathological abuse)
> > kekuatan pemerintahan administrasi Clinton. Bray
> > menjadi juru bicara dua aktivitas lainnya yang
> > dihukum karena serangan pembunuhan para staf klinik
> > aborsi. 
> > Temannya, Pendeka Paul Hill, pada 29 Juli 1994,
> > membunuh Dr. John Britton dan pengawal James Barret
> > dengan mendobrak The Ladies Center, klinik aborsi di
> > Pensacola, Florida. Anggota jaringan Rachelle
> > (Shelly) Shannon, pembantu rumah tangga di Oregon
> > mengaku sebagai pelaku serangkaian pengeboman klinik
> > aborsi. Bray menjustifikasi etika anti aborsi A Time
> > to Kill, yang membela aksi terorismenya. 
> > Bray dan para pengikutnya melancarkan perang anti
> > aborsi dan membaur dalam jaringan Aktivis Gereja
> > Nasional. Ia merasa prihatin dengan Jaksa Agung
> > (Amerika Serikat) yang dinamakannnya "Janet Waco
> > Reno" tidak mampu bersikap bijak menentukan
> > kebebasan individu dan nilai-nilai moral. Masyarakat
> > Amerika dianggap dalam keadaan bejat moral, parlemen
> > dikendalikan kekuatan setan. Mantan Presiden Bill
> > Clinton dan para politisinya sebagai neo pagans
> > (kafir baru) yang tidak beda jauh dengan Nazi.
> > Masyarakat Amerika dianggap hidup dalam situasi
> > "serupa Nazi Jerman". 
> > Bray beranggapan agama Kristen telah memberinya hak
> > untuk membela kelahiran bayi tak berdosa kendati
> > harus menggunakan kekuatan kekerasan baik dengan
> > menghancurkan fasilitas-fasilitas tempat bayi
> > dibunuh (digugurkan) atau membantai habis
> > orang-orang yang membunuh bayi-bayi. Sampai pada
> > suatu ketika, ia membantai para dokter dan staf
> > klinik-klinik yang terlibat dalam praktik aborsi.
> > Eric Robert Rudolph dan Timothy McVeigh
> > Eric Robert Rudolph sempat buron dari Agen Federal
> > AS tahun 1998-1999. Tuduhannya pengeboman
> > klinik-klinik aborsi di Birmingham, Alabama,
> > Atlanta, Georgia. Peledakan bom di sebuah bar kaum
> > lesbian di Atlanta, dan di pesta Olimpiade Atlanta
> > tahun 1996.
> > Ia marah kepada panitia olimpiade karena ulah para
> > pembawa obor olimpiade yang melintas Amerika Selatan
> > dalam perjalanan menuju Atlanta, dan menyatakan,
> > "Sodomi tidak sesuai nilai-nilai komunitas".
> > Ditafsirkannya sebagai sikap pro-gay.
> > Kemudian prihatin dengan permissivisme otoritas
> > sekuler Amerika Serikat dan "internasional
> > atheistik" (atheistic internationalism) yang
> > mengendalikan sisi kehidupan dengan perang kultur
> > (culture war) dalam masyarakat modern.
> > Timothy McVeigh mengebom gedung Federal Oklahoma
> > City pada 1995.
> > Afiliasi pemikirannya pada gerakan Identitas
> > Kristen, Elohim City, di perbatasan
> > Oklahoma-Arkansas. 
> === message truncated ===
> 
> -----Original Message-----
> From: islamkristen@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Monika Nurhayati
> Sent: Thursday, June 29, 2006 1:50 AM To: islamkristen@yahoogroups.com
> Subject: Balasan: [islamkristen] Re: .............terorist.......
> 
> 
> 
> 
> 
> Bagaimana sih orang ini !!! Islam kok dibilang bukan teroris?
> 
> Islam itu teroris, coba tunjukkan orang Kristen yg teroris, orang
> Buddha teroris, orang yahudi atau Hindu teroris, anda ini buta ya atau
> pura2 buta matanya!!! Tidak ada satupun, adanya hanya diorang isla
> karena islamnya.
> 
> Islam mengajarkan :
> 
> -Bunuh orang Kafir.
> -Bunuh orang yg murtad (Keluar dari Islam)
> -Bunuh orang2 Yahudi
> -Bunuh orang2 yang menghujad aullohu akbar (aulloh who? aullohu
> akbarnya islam) -Bunuh kalau orang membandel/membantah islam Bunuh
> kalau orang menghina islam Dlsb, dlsb,dll............ Banyak sekali
> fakta dan bukti, semua itu ada didalam Alquran, Hadits, Al Sunnah
> Al.......al........
> 
> Orang Islam melakukan pem-bom-an, malah umat islam ikut senang dan
> menikmati serta sukacita melihat korban pemboman yang sedang sekarat.
> Tidak ada aksi mengutuk atau memperbaiki teman2nya seiman muslim,
> malah mendukung, apa itu namanya ajaran "Kasih Sayang" Itu ajaran
> sesat namanya, ajaran SETAN, maka benarlah apa yang dikatakan sdr.
> Salman Rusdhie, bahwa alquran itu isinya ayat2 setan !!! Lalu salah
> satu raja setannya ngamuk /ayatulloh khomeini mengeluarkan fatwa :
> Bunuh Salman rusdhie Segala sesuatu selalu berujung : Bunuh !!!
> Sabillillah !!! Pedangi, perangi, bommi dll.
> 
> Anda2 tidak perlu membela diri/islam, islam tetap sesat, dimana dan
> kapanpun adalah ajaran setan, kejam, keji dan biadab !!!
> 
> Biadab tetap biadab, kalau tidak mau mengakui dan instropeksi diri
> serta memperbaikinya atau meninggalkannya atau menghapuskannya dari
> dunia yg mau damai tentram ini tetap saja dijuluki ajaran Kejam, Keji
> dan Biadab!!!
> 
> 
> Saudara seiman,
> 
> Teroris adalah teroris, Islam adalah Islam. Upaya upaya me "label"
> Islam dengan aktifitas negatif sudah ketinggalan jaman.
> 
> Karena tehnik tehnik "pecah belah, labelisasi" memang dikembangkan
> secara baik di negara negara /agama yang pragmatis ataupun kapitalis.
> 
> Contoh : 
> 
> Siapakah si penjajah Indonesia ?
> Bagaimana dengan suku Aborigin ?
> Bagaimana dengan suku Indian ?
> Ataupun Negro ?
> 
> Jadi upaya upaya mendistorsi kebenaran sudah terjadi sejak jaman nabi
> nabi terdahulu apalagi bagi agama yang menghalalkan segala cara.
> 
> Mau contoh lebih konkrit ?
> 
> Waktu negara A****** dibom teroris dikatakan "A****** under 
> attacted."
> 
> tapi waktu Bali dibom teroris dikatakan "Indonesia sarang teroris".
> 
> Mencla mencle bukan ?
> 
> Terima kasih.
> 
> --- In islamkristen@ <mailto:islamkristen%40yahoogroups.com>
> yahoogroups.com, "heaven2_u" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Posts: 87 >
> Topics: 4 > > > Posted: Wed Jun 28, 2006 9:22 pm Post subject: Nyaris
> Membunuh > Gara-gara Perempuan Montok > http://www.balipost
> <http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2006/6/11/opini.html>
> .co.id/BaliPostcetak/2006/6/11/opini.html > > "Saya sempat menawarkan
> diri menjadi pelaku bom bunuh diri. Waktu itu, > Ustad saya (maksudnya
> Subur, tahanan Polda Metro Jaya) mengatakan, > dengan menjadi pelaku
> bom bunuh diri, saya akan masuk surga. Saat > meledak dan darah saya
> mengalir, saat itu dosa saya akan dihapuskan. > Kemudian saya akan
> dijemput 72 bidadari yang akan mengantar saya ke > surga," ungkap
> terdakwa Bom Bali II, Anif Solchanudin alias Pendek bin > Suyadi di
> Pengadilan Negeri (PN) Denpasar. > (DenPost, Rabu 7 Juni 2006) >
> ----------------- > PENGAKUAN Anif itu, konon kontan membuat para
> pengunjung sidang, tak > terkecuali para hakim dan jaksa, tertawa
> sembari geleng-geleng kepala. > Rubag yang hanya membaca koran, juga
> geli dan prihatin. Ternyata di > tengah-tengah kemajuan sains dan
> teknologi, yang juga disertai > kemajuan perangkat komunikasi yang
> mampu mengakses seluruh pelosok > Tanah Air, masih ada orang-orang
> seperti Anif yang senantiasa dibuai > khayal dan mimpi. Ironisnya,
> khayalan serta mimpi tentang surga dan > bidadari diindoktrinasi orang
> yang seharusnya mengajarkannya tentang > kesolehan dan kebaikan,
> justru menjerumuskannya untuk jadi pembunuh > massal. > "Apakah tidak
> lantaran banyak terjadi pembunuhan yang mengatasnamakan > Tuhan
> membuat Karl Marx melontarkan aphorisme, agama adalah candu >
> masyarakat? Mungkin karena perilaku beberapa orang yang menganggap >
> dirinya setara dengan Tuhan, kemudian memerintahkan para pengikutnya >
> melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Tuhan, membuat >
> Nietzsche mengatakan bahwa Tuhan sudah mati. Selanjutnya, 'tuhan-
> tuhan > kecil' atau manusia yang berlagak seperti Tuhan itu memicu
> konflik- > konflik berlatar agama yang meletus sejak abad pertengahan
> dan menelan > jutaan korban manusia serta harta benda, termasuk
> peninggalan sejarah, > " renung Rubag. > Rubag berusaha membayangkan
> kisah Perang Salib yang pecah tahun 1099 > dan berlangsung selama
> beberapa abad, sehingga runtuhnya WTC New York > 11 September 2001 pun
> dianggap Rahul Mahajan sebagai "Perang Salib > Baru". > Sebagai orang
> Bali beragama Hindu, Rubag sebenarnya tak punya urusan > dengan Perang
> Salib yang terjadi di sebuah kawasan yang tidak pernah >
> dikunjunginya, bahkan tak ada kaitannya dengan Hinduisme dan >
> Bali(isme). Perang Salib semata-mata masalah perebutan pengaruh dan >
> kawasan suci Yerusalem di kalangan rumpun agama Oksidental yang >
> meliputi Ibrani, Kristen dan Islam. Sedangkan Hindu, Budha dan Kong Hu
> > Cu termasuk rumpun Oriental, sama sekali tidak terkait dengan urusan
> > itu. > Namun, lantaran bom bunuh diri meledak dua kali di tempat
> kelahiran > Rubag tahun 2002 dan 2005, yang menelan ratusan jiwa dan
> merobek citra > Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia paling nyaman,
> terbetik > pertanyaan di benak Rubag, apakah skenario "Perang Salib
> Baru" > memperluas wilayahnya hingga ke Bali? Syukur, orang-orang Bali
> yang > selalu berpedoman pada kepercayaan "Karma Phala" tidak
> terpancing > sehingga terhindar dari perang saudara seperti yang
> dialami masyarakat > Ambon, Poso dan Palu. Di benak orang Bali selalu
> terpateri ujaran "ala > tinindak ala tinemu, ayu tinindak ayu tinemu"
> sehingga dua kali > ledakan bom hanya disikapi dengan upacara dan doa
> atau yadnya. > "Saya tidak tahu wajah bidadari, saya juga tidak tahu
> surga itu > seperti apa. Pokoknya, pikiran saya terus dinasihati agar
> membenci > orang Amerika. Katanya orang-orang muslim di Amerika
> disiksa, membuat > saya benci Amerika dan pikiran saya terus
> dikontaminasi nasihat- > nasihat seperti itu. Dan saya baru tahu kalau
> itu semua tidak benar, > saya bersyukur tidak jadi menjadi pelaku bom
> bunuh diri," tutur Anif, > seperti dikutip DenPost, menjawab
> pertanyaan hakim, apakah Anif tahu > wajah bidadari dan pernah melihat
> surga. > *** > > MEMBACA pengakuan Anif itu, Rubag teringat tentang
> somnambulisme yang > ditulis Djorghi. Sebuah praktik kebatinan yang
> dilakukan seorang ahli > hipnotis terhadap seseorang, di mana otak
> orang yang dijadikan objek > atau somnambulis, dikosongkan dan panca
> inderanya dinonaktifkan. > Segala doktrin yang didengarnya dari pihak
> yang menghipnotis menjadi > dasar pijakannya selama dalam kondisi
> somnambul. Dia mengalami amnesia > dan penuh halusinasi. Karena
> terputusnya hubungan panca indera dengan > otak, dia tidak mampu
> menganalisis apa pun kecuali doktrin yang > didengarnya dari
> penghipnotis. > Dalam kasus Anif, yang didengar cuma tentang kebencian
> terhadap > Amerika, instruksi membunuh lewat bom bunuh diri,
> penghapusan dosa, > janji masuk surga dan disambut 72 bidadari. Dalam
> keadaan somnambul > (somnus = tidur, ambulare = jalan) atau tidur
> sambil jalan, > somnambulis bisa melakukan tugasnya lebih cekatan
> dibanding orang- > orang normal karena tidak terpengaruh situasi
> lingkungan akibat tidak > berfungsinya panca indera. > "Pada saat
> pelaku bom bunuh diri melakukan misinya, semua sistem > pertahanan
> menjadi telanjang dan tidak relevan. Kecerdikan bom bunuh > diri jauh
> melampaui smart bomb yang senantiasa dibanggakan Amerika > Serikat,"
> komentar pakar antiteroris Israel, Boaz Ganor. > Pendapat Boaz Ganor
> itu tidak perlu diragukan. Paling tidak, ada dua > kali bom bunuh diri
> yang terjadi di kota kebanggaan AS, New York > dengan sasaran yang
> sama, World Trade Center (WTC). Pertama, sebuah > truk sewaan penuh
> bahan peledak mengguncang lapangan parkir gedung > yang menjadi
> lambang kapitalisme global itu pada 26 Februari 1993, > meski hanya
> menimbulkan kerusakan tidak berarti. Mahmud Abouhalima, > pria
> keturunan Mesir yang menetap di New York City ditangkap dan > dituduh
> sebagai otak pelaku pengeboman. > Di pengadilan, Abouhalima yang
> beristrikan wanita Jerman karena > sebelumnya pernah tinggal di Munich
> mengatakan bahwa dia tidak > tersangkut paut dalam pengeboman itu,
> namun menyetujui tindakan itu > bila dikaitkan dengan tindakan serupa
> yang dilakukan AS terhadap > Nagasaki dan Hiroshima pada Perang Dunia
> II. Dia kecewa karena > kerusakan tak seberapa. Selanjutnya dia
> berkomentar bahwa Amerika > adalah musuh dunia. > Guru spiritual
> Abouhalima, Syekh Omar Abdul Rahman menambahkan, > "Pembalasan Tuhan
> akan mencoret Amerika dari muka bumi!" > Kebencian serupa juga
> dinyatakan Osama bin Laden, sebelum dua pesawat > komersial bajakan
> menghujam WTC, 11 September 2001. Alasannya, AS > telah menduduki
> tanah-tanah Islam di tempat-tempat yang paling suci, > semenanjung
> Arabia, menguras kekayaannya, mendikte para penguasanya, > merendahkan
> orang-orangnya dan mengadu domba negara-negara muslim yang >
> bertetangga. > Karena itu, Osama menyerukan agar semua umat muslim
> bergabung > dengannya dalam sebuah perang demi kebajikan untuk
> membunuh orang- > orang Amerika dan merampas uang mereka di mana pun
> dan kapan pun. "Hal > ini sesuai dengan firman Tuhan Yang Mahakuasa
> dan setiap muslim yang > beriman pada Tuhan dan ingin mendapatkan
> pahala harus menuruti > perintah Tuhan," seru Osama seperti ditulis
> Mark Juergensmeyer dalam > buku "Teror Atas Nama Tuhan, Kebangkitan
> Global Kekerasan Agama". > Agaknya, pikir Rubag, doktrin serupa yang
> diserukan Osama-lah mungkin > didengar Anif secara berulang-ulang
> sehingga dia membenci Amerika > seperti musuh bebuyutan. Karena saking
> terbius ingin menginjak surga > dan disambut 72 bidadari, pria
> kelahiran Semarang itu nyaris ikut > membunuh orang-orang yang bahkan
> tidak pernah dikenalnya dan bukan > musuh pribadinya. Mungkin karena
> di bawah somnambul, tidak pernah > dipikirkannya kalau banyak di
> antara mereka yang tewas dan terluka > dalam tragedi bom 1 Oktober
> 2005 di Kuta dan Jimbaran itu, pernah > menyanyikan "Satu Nusa Satu
> Bangsa" dan "Indonesia Raya" semasa > hidupnya. >
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   _____  
> 
>   <http://in.yimg.com/i/in/football/fifa/yahooshield.gif> 
> The World Cup Is Now On Your Favorite Front Page - check out
> malaysia.yahoo.com
> <http://sg.rd.yahoo.com/mail/sg/footer/def/*http://malaysia.yahoo.com>
>  
> 
> 
> 
> 
> 




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke