RIAU POS
      Selasa, 04 Juli 2006 

      Memerdekakan BUMN 


     
      Beberapa hari terakhir, media nasional maupun lokal (termasuk Riau Pos), 
memberitakan kinerja BUMN, sesuai laporan Meneg BUMN kepada komisi VI DPR.  
Berdasarkan data Kementrian BUMN, sampai akhir tahun  2004, jumlah BUMN di 
Indonesia sebanyak 158 Perusahaan. Sesuai Laporan Pertanggungjawaban Perusahaan 
pada 2005, jumlah BUMN telah mengalami perampingan menjadi sebanyak 139 BUMN. 
Tidak semuanya memperoleh laba usaha, sebagian bahkan  harus masuk Intensive 
Care Unit (ICU). Belum tewas, tetapi mati enggan hidup susah gajian. Dari 139 
BUMN, sebanyak 82 BUMN kinerjanya meningkat dari tahun sebelumnya, 68 BUMN di 
antaranya dapat meningkatkan labanya sedangkan 14 BUMN sisanya telah dapat 
mengatasi kerugiannya. Sebanyak 31 BUMN masih merugi. Jika lebih  dicermati, 
maka sejak 2002 sampai 2005, sebenarnya kinerja finansial BUMN terus 
menunjukkan perbaikan.  


      Beberapa indikator kinerja finansial seperti total aset, total ekuitas, 
total pendapatan, total laba, deviden yang masuk ke kas negara maupun jumlah 
BUMN yang berhasil meraup laba, menunjukkan  trend terus mengalami peningkatan. 
Sebaliknya, total kerugian maupun jumlah BUMN yang merugi cenderung terus 
menurun. Setoran deviden BUMN sampai akhir 2005 diperkirakan tercapai Rp12,8 
triliun, jauh melebihi target sebesar Rp8,9 triliun. Untuk 2006, penerimaan 
negara dari setoran deviden BUMN diharapkan dapat  mencapai Rp23,5 triliun. 
Salah satu upaya Kementrian BUMN untuk pencapaian deviden yang hampir dua kali 
lipat tersebut, adalah dengan mencoba melakukan pemisahan antara fungsi layanan 
publik atau Public Service Obligation (PSO) dengan fungsi komersial BUMN. 
Dengan cara ini akan terlihat jelas berapa sebenarnya keuntungan ril yang 
semestinya dapat diraup perusahaan terkait fungsi komersial perusahaan. 
Selanjutnya, terkait pengelolaan BUMN kedepan, Kementrian BUMN telah menyusun 
Master Plan Revitalisasi BUMN 2005-2009.  Salah satu bidang yang sangat menarik 
adalah adanya Program Penciptaan Nilai BUMN melalui integrasi vertikal dan 
horizontal, yang dikelompokkan ke dalam kategori  Stand Alone, Focused Holding 
dan di-roll up. Dengan demikian, kedepan jumlah BUMN akan lebih lebih ramping. 

      Keberagaman Aktivitas 
      BUMN mempunyai beragam aktivitas yang merupakan potensi pasar (antar 
BUMN) yang besar. Sebenarnya, jika kita membayangkan potensi pasar yang ada, 
susah dimengerti jika ada BUMN yang masih merugi. Idealnya, jika sense of 
empathy ada sehingga semangat mencintai produk sendiri membudaya, bisa 
dipastikan tak akan ada BUMN yang terlunta-lunta mesti mengais rejeki hanya 
untuk kehidupan bulanan saja. Dengan demikian diharapkan BUMN yang collapse 
dapat bertahan, yang rugi mulai memperoleh laba dan yang laba dapat terus 
meningkatkan laba usahanya. Memang bisa dimengerti, bahwa kondisi sebagian BUMN 
tidak menguntungkan, terkadang terlalu birokratis dan organisasi terlanjur 
menggelembung sehingga lamban dalam menyiasati perubahan. Terlebih lagi biaya 
over head yang terus membebani.

      Pengembangan ''Empathy''
      Pada saat ini kondisi keuangan pemerintah tidak menggembirakan, sehingga 
tidak mungkin mengharapkan bantuan pendanaan sepenuhnya  pada pemerintah. 
Terhadap BUMN yang mengalami kerugian tetapi masih masih mempunyai aset dan SDM 
yang memadai dapat segera dimerdekakan, agar tidak menjadi beban pemerintah. 
Permasalahannya adalah siapa yang menjadi leader dan inisiator pemberdayaan 
ini? Karena upaya berempati tidak akan tersosialisasi dan membumi jika tidak 
difasilitasi: diberikan situasi dan lingkungan yang kondusif maupun insentip 
yang memadai. Dalam hal ini, peran Kementrian BUMN menjadi kunci keberhasilan 
misi ini. Karena sebenarnya BUMN hanyalah operator. Jika bendera sinergi BUMN 
dikibarkan, aba-aba telah diberikan, maka diyakini para operator akan  mulai 
bergerak di lapangan.

      Sinergi 
      Payung hukum pelaksanaan Sinergi Antar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 
didasarkan pada Instruksi Menteri BUMN No 109/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.  
Beberapa alternatip dapat dicoba dalam rangka penguatan sinergi antar BUMN. 
Pertama, dimasukkan sebagai unsur penilaian kinerja atau tingkat kesehatan 
perusahaan. Saat ini prestasi sinergi antar BUMN masuk dalam Key Performance 
Indicator (KPI). Ratio sinergi antar BUMN masuk ke dalam aspek operasional. 
Permasalahannya adalah KPI yang disusun dan ditetapkan pada setiap pengesahan 
RKAP perusahaan, merupakan judgment bagi manajemen, dan sama sekali tidak 
mempengaruhi kinerja/tingkat kesehatan perusahaan. Sehingga jika upaya sinergi 
antar BUMN ingin lebih kuat gregetnya, perlu dipertimbangkan untuk menjadi 
salah satu unsur penilaian tingkat kesehatan perusahaan.

      Kedua, pembentukan asosiasi BUMN.  Kegiatan Pembentukan asosiasi lebih 
pada penekanan menjadi wadah, tempat berkumpul, tukar menukar informasi dan 
saling mengenal. Kenapa? Karena jika tak kenal maka tak sayang, tak ada 
kepedulian tak ada empati.  Asosiasi juga memungkinkan membahas kebijakan dan 
regulasi maupun insentip yang diperlukan guna pencapaian efisiensi dan 
efektivitas kegiatan sinergi. Lebih banyak kepala berpikir tentu hasilnya lebih 
baik daripada sendirian. Begitu juga komitmen yang disepakati akan memberikan 
warna yang signifikan karena telah mewakili beragam unsur dan kepentingan 
anggotanya. 

      Ketiga, Bursa Sinergi Antar BUMN. Dalam bursa ini, ekspose/promosi yang 
disampaikan bisa langsung dilakukan diskusi dan bahkan penawaran, begitupun 
BUMN pemberi kerja/jasa bisa menyampaikan spesifikasi yang diinginkan dan 
langsung dapat direspon BUMN pencari kerja.  Jika ada pekerjaan/jasa yang tidak 
dimungkinkan ditransaksikan, misalnya karena permasalahan administrasi dan 
persyaratan lainnya, maka sudah seharusnya menjaring  mitra kerja lainnya, di 
luar BUMN, sesuai aturan yang berlaku.

      Keempat, pembentukan embrio sinergi antar BUMN di Daerah.  Dalam upaya 
pembentukan asosiasi diperlukan langkah-langkah strategis dan upaya tak kenal 
menyerah mengingat manajemen juga mempunyai misi dan keterbatasan jam tayang. 
Tidak ada salahnya jika coba dimulai dari lingkungan BUMN di daerah. Lebih 
mudah memulai dari skala kecil dengan permasalahan tidak terlalu kompleks. 

      Mencintai Produksi Dalam Negeri
      Apa goal kita berikutnya?  Mencintai produksi dalam negeri! Mencintai 
produk yang kita hasilkan di negeri kita sendiri. Kita jadi secara otomatis 
cinta dan bangga memakai produk sendiri. Produk lokal jadi tuan dirumahnya 
sendiri. Tidak ada lagi ketakutan menghadapi era globalisasi dan pasar bebas. 
Saya mengutip petuah Aa Gym untuk memulai dari diri sendiri, dari yang kecil 
dan mulai hari ini. Dan memulai perubahan yang lebih baik, tidak perlu menunggu 
waktu dan kesempatan terbaik, karena besok kita tidak tahu, apa masih ada waktu 
? ***


      Ir Endro Siswoko MM, praktisi BUMN, tinggal di Pekanbaru. 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke