http://www.indomedia.com/bpost/082006/17/opini/opini2.htm

Indonesia (Belum) Merdeka

Oleh : Imam Suharjo
Pengamat sosial 

Tiga setengah abad ditambah tiga setengah tahun, Bumi Nusantara dikuasai 
penjajah Belanda dan Jepang. Bermula dari sekadar keinginan Bangsa Belanda 
mencari rempah-rempah di negeri timur, kemudian berkembang menjadi nafsu untuk 
menguasai. Liur Belanda deras menetes ketika melihat kekayaan negeri 
khatulistiwa yang saat itu masih dikuasai raja-raja kecil.

Sejak proklamasi sampai sekarang, Indonesia mengalami empat periode penting. 
Dimulai dari periode perjuangan, orde lama (orla), orde baru (orba) dan orde 
reformasi. Banyak hal yang dialami rakyat negeri dalam memperjuangkan dan 
mempertahankan kemerdekaan, baik secara fisik maupun mental.

Periode Perjuangan

Mengisi hari-hari setelah proklamasi kemerdekaan, ternyata tak semudah 
dibayangkan. Belanda yang merasa berhak atas Hindia Belanda serta merta ingin 
menguasai kembali negeri ini, dengan memanfaatkan kemenangan sekutu atas 
Jepang. Kedatangan tentara Inggris ke Indonesia untuk melucuti persenjataan 
tentara Jepang, diboncengi Belanda dengan menyertakan tentara KNIL (Koninklijk 
Nederlands Indisch Leger) --dikenal sebagai serdadu NICA (Nederlands Indies 
Civil Administration). Kehadiran tentara sekutu dan NICA yang membangkitkan 
kembali mimpi buruk tentang penindasan dan kekejaman yang dilakukan bangsa 
asing, menimbulkan kepanikan luar biasa bagi rakyat. Bagi mereka harapan untuk 
hidup sebagai bangsa yang merdeka pupus sudah.Orde Lama

Menyebut orla, tak terlepas dari nama presiden Indonesia yang pertama yaitu 
Soekarno (Bung Karno/BK). Kebesaran Sang Proklamator sangat dikagumi rakyat, 
sehingga apa pun pandangan BK menjadi sikap sebagian besar rakyatnya. Di tengah 
instabilitas sistem demokrasi parlementer waktu itu yang ditandai dengan jatuh 
bangunnya kabinet yang dipimpin perdana menteri, belum lagi ancaman 
disintegrasi bangsa oleh gerakan separatis seperti DI/TII, PRRI, Permesta dan 
lainnya, pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit berisi 
pembubaran Konstituante yang bertugas merancang UUD baru bagi Indonesia. Dengan 
dekrit itu, Indonesia kembali kepada UUD 1945 serta memulai periode yang 
disebut demokrasi terpimpin.

Salah satu aspek penting dalam demokrasi terpimpin adalah terpusatnya kekuasaan 
menjalankan negara pada presiden (eksekutif), dan berkurangnya peranan lembaga 
legislatif (DPR) yang berarti fungsi partai politik (parpol) menjadi tidak 
penting lagi dan digantikan oleh golongan fungsional dalam masyarakat. BK 
menganggap parpol hanya memperjuangkan kelompoknya sendiri, dan menuduh mereka 
sebagai biang keladi terjadinya perpecahan yang akhirnya dapat menghambat 
revolusi. Untuk itu dalam sebuah pidatonya yang terkenal, BK mengajak Rakyat 
Indonesia untuk 'mengubur' parpol.

Orde Baru

Untuk menunjukkan tak ada keterkaitan dengan pemerintah lama, pemerintah baru 
menyebutnya orde baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Sisa orla khususnya 
komunis dibabat habis. Pada dasarnya, titik berat pemerintahan BK dan Pak Harto 
adalah sama yaitu persatuan berdasarkan UUD 45. Namun tujuan yang ingin dicapai 
jelas berbeda, BK untuk kepentingan revolusi dan Pak Harto demi pembangunan. 
Untuk memacu pembangunan, membawa pemerintahan orba lebih pro Barat yang masuk 
melalui bantuan pinjaman luar negerinya.

Cara yang digunakan kedua presiden tersebut dapat dikatakan identik, yakni 
membelenggu kebebasan berpolitik dan bersuara bagi rakyatnya. Namun 
pemerintahan Pak Harto lebih represif dengan memanfaatkan kekuatan angkatan 
bersenjata dalam meredam gejolak di masyarakat. 

Kegelisahan rakyat pada kondisi pemeritahan mendapat momen yang tepat ketika 
terjadinya krisis ekonomi. Melalui gerakan mahasiswa baik di Jakarta maupun 
wilayah lain di Indonesia, akhirnya pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto harus 
rela menyerahkan jabatan yang dipegangnya selama 32 tahun kepada Wakil Presiden 
BJ Habibie. Pada zaman Presiden BJ Habibie inilah penyelenggaraan pemilu dengan 
multipartai kembali dilaksanakan, sebagai salah satu amanat reformasi. Tetapi 
cerita kelam tentang kesatuan Indonesia pun terjadi pada pemerintahan ini, 
dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan Ibu Pertiwi setelah Pemerintah 
Indonesia banyak menguras anggaran belanjanya untuk pembangunan di provinsi 
termuda itu.

Orde Reformasi

Orde reformasi ditandai dengan dibukanya kran kebebasan politik yang selama ini 
terpasung. Eforia politik saat itu tak termanfaatkan dengan baik, yang terjadi 
malah munculnya kerusuhan di berbagai daerah yang mengiris hati. Kebebasan yang 
diperoleh, diartikan oleh rakyat untuk bebas berbuat sekehendak hati seperti 
sering dicontohkan oleh politikus dadakan. Akibatnya, timbul gesekan sosial 
yang memicu kerusuhan berbau SARA. 

Orde reformasi tidak saja membawa perubahan pada sistem pemerintahan pusat, 
tetapi juga di daerah. Pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah 
daerah yang awalnya dimaksudkan memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat, 
ternyata belum berjalan di rel yang tepat. Malah yang timbul adalah raja kecil 
yang terpilih melalui perselingkuhan antara 'tukang politik' yang aji mumpung, 
pemilik modal pencari untung dan kelompok masyarakat oportunis.

Isu pemberantasan KKN yang menjadi ikon reformasi tidak berjalan, bahkan KKN 
menjadi semakin subur seiring sistem pemilihan langsung yang memang 
menghabiskan biaya besar bagi calon peserta terpilih. Keinginan pemimpin untuk 
memperoleh kembali rupiah yang dikeluarkan selama proses pemilihan dan politik 
balas jasa, mempengaruhi kebijakan dalam menjalankan roda pemerintahan dan 
berimbas pada KKN yang meluber ke mana-mana. Bahkan yang lebih memprihatinkan 
saat ini, dana yang seharusnya untuk bencana alam pun masih tega disunat yang 
melibatkan struktur lini atas sampai bawah. Apabila kondisi ini dibiarkan terus 
berlangsung, akankah Indonesia mengalami satu periode lagi untuk pembentukan 
orde model baru?

Kekuasaan di tangan siapapun harus ada pengontrol agar tidak terjadi 
penyelewengan. Namun bila institusi pengontrol tidak berfungsi dikarenakan 
kuatnya tekanan pemerintah atau terjadi main mata antara penguasa dan 
pengontrol, sampai kapan pun rakyat negeri ini tidak akan pernah merdeka dari 
ketidaksejahteraan dan kemiskinan. Kebanyakan orang dapat bertahan dalam 
kesengsaraan, tetapi bila ingin melihat karakter seseorang ujilah dengan 
kekuasaan (Abraham Lincoln)

e-mail : [EMAIL PROTECTED]


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to