REFLEKSI: Apakah suara keras yang dikumandangkan selama ini tidak vital?

KOMPAS
Rabu, 27 September 2006 

 
Revitalisasi Agama Melawan Kemiskinan 


Saifullah Yusuf 

Kita tahu, dalam agama secara inheren ada nilai-nilai emansipasi. Karena itu, 
dalam sejarah agama telah menempatkan dirinya sebagai penggerak perubahan. 

Dalam konteks Indonesia, ketertinggalan yang berarti kemiskinan-ekonomi, 
pendidikan, dan kesehatan-yang menimpa, merupakan tantangan yang harus diatasi 
dengan partisipasi dan keberpihakan semua unsur. 

Tidak berdaya 

Banyak saudara kita hidup dalam kemiskinan, belum tercukupi hak-hak dasarnya. 
Mereka ingin membebaskan diri dengan kekuatan sendiri, tetapi tidak berdaya. 
Banyak faktor membuat mereka tak mampu keluar dari situasi ini, semisal 
penyakit, cuaca buruk, hancurnya lingkungan, isolasi fisik, dan ketiadaan uang. 
Ketertinggalan dan kemiskinan harus ditangani langsung. 

Hal penting yang perlu dipertimbangkan guna menanggulangi ketertinggalan dan 
kemiskinan adalah "karakteristik" preferensi yang terkait ketidakbebasan kaum 
miskin. Karena itu, penanggulangan kemiskinan harus berbasis data dan kebutuhan 
di tingkat mikro. Alasannya, karakteristik masalah di antara kasus-kasus 
kemiskinan amat bervariasi dan akhirnya menentukan preferensi kaum miskin. Hal 
ini mengandaikan perlunya kebijakan khusus bagi kaum miskin sekaligus tidak ada 
solusi yang seragam antara berbagai kasus ketertinggalan dan kemiskinan. 

Kemiskinan juga berdampak langsung pada tingkat pendidikan. Semakin miskin 
seseorang, semakin rendah pendidikan mereka. Sebaliknya, semakin rendah 
pendidikan, semakin miskin. Kemiskinan ekstrem juga kian menjauhkan mereka dari 
produktivitas ekonomi dan layanan kesehatan memadai. Busung lapar, wabah 
penyakit, polio, semua berawal pada kemiskinan. 

Agama dan kemiskinan 

Menghadapi situasi seperti ini, lembaga-lembaga keagamaan lokal (masjid, 
gereja, vihara, pura) diharapkan mampu memperluas kebebasan dan preferensi kaum 
miskin sebagai bentuk upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apalagi 
mereka lahir, tumbuh, dan berkembang di masyarakat. Bersama masyarakat, 
lembaga-lembaga keagamaan terbukti melakukan aktualisasi diri melalui aneka 
kegiatan sosial di masyarakat. Ini berarti, lembaga keagamaan memiliki peran 
strategis untuk berpartisipasi dalam gerak pembangunan. 

Agama yang hanya mengkhotbahkan daftar keinginan normatif tentang "pahala", 
"dosa", "surga", dan "neraka", tidak akan mampu menghadang problem kemanusiaan 
ini. Kini agama tidak saja kian ditagih untuk melakukan revitalisasi doktrin 
dengan bahasa kemanusiaan yang lebih relevan, tetapi juga diharapkan menjadi 
motivator dalam memerangi dan memberantas kemiskinan. 

Para agamawan ditantang menyelesaikan aneka urusan yang lebih nyata dan ditagih 
kepeduliannya, memberi teladan dan menjadi motivator perubahan. 

Saudara-saudara kita yang miskin akibat konstruksi sosial harus dibantu untuk 
bangkit menjadi kaum yang tekun dalam kepasrahan dan aktif. Di sini agama 
menjadi energi bagi pemeluknya untuk berlomba menjadi makhluk yang bermartabat. 

Pada saat bersamaan, semua agama harus bersatu, bekerja sama memerangi 
kemiskinan daripada memperbesar perbedaan ritual dan memicu konflik sosial. 
Bahkan, sudah waktunya semua agama di Indonesia meredefinisi diri sebagai 
kekuatan perubahan (the power of change) bagi umatnya dengan mengobarkan etos 
kerja keras, ulet, tahan banting, mengutamakan kualitas, berani mengambil 
risiko, dan lainnya, sebagai "panggilan" (beruf) Tuhan untuk dalam memakmurkan 
bumi-Nya (ta'mir al-ardl). 

Seluruh agama di Indonesia juga perlu mereinterpretasi doktrin, tidak untuk 
mempertajam kepekaan terhadap ketertinggalan, tetapi mendorong semangat yang 
lebih rasional dan asketisme dalam menanggapi kebutuhan hidup di dunia (inner 
worldly). 

Obor penerang 

Kita menyadari komposisi masyarakat Indonesia yang religius. Namun, potensinya 
belum tergali guna membebaskan masyarakat dari aneka masalah. Sebagai bangsa 
yang religius, kita perlu berpikir serius tentang tanggung jawab moral-sosial 
terkait apa yang dihadapi bangsa ini. 

Jika bangsa ini-terutama dari sisi kebijakan pemerintah-bergerak maju bersama 
dan bersinergi dengan umat beragama lapis bawah, bangsa ini akan menggapai 
kemakmuran, kemandirian, dan kejayaan. Diharapkan, pembangunan dapat melibatkan 
partisipasi masyarakat agama di lapisan paling bawah. 

Umumnya, lembaga-lembaga agama yang bersentuhan dengan masyarakat bawah dapat 
menjadi ujung tombak pemberdayaan guna mengatasi masalah masyarakat, seperti 
kemiskinan, pengangguran, kebodohan, kesehatan, flu burung, demam berdarah, 
masalah lingkungan, dan lainnya. 

Kegiatan duniawi 

Berdasarkan data Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), di 
Indonesia ada 650.000 lebih lembaga keagamaan lokal yang selama ini mendampingi 
masyarakat dalam bidang rohani. Jumlah ini menjadi amat strategis jika 
dilakukan penguatan yang cukup dan diberi bekal keterampilan dalam melakukan 
pendampingan sehingga kualitas pendampingannya akan lebih menyentuh persoalan 
nyata di masyarakat. Kegiatan lembaga keagamaan yang selama ini hanya berkutat 
bidang rohani harus diberdayakan agar menjabarkan kegiatan duniawi yang 
langsung menyentuh masyarakat. 

Penguatan kelembagaan lokal selayaknya disesuaikan dengan persoalan nyata di 
masyarakat, misalnya soal ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan 
kegiatan lain yang bermanfaat. 

Agama dengan iman dan kepercayaannya diharapkan ada pada garda terdepan 
perubahan sosial dan perbaikan derajat hidup dan kehidupan umatnya. Mungkin tak 
berlebihan menempatkan nilai-nilai iman yang emansipatif menjadi obor penerang 
ritual sosial yang membangkitkan bangsa. Pada batasnya, tugas mulia hadirnya 
agama adalah untuk membangkitkan umat dari ketertinggalan. Bukankah tiap 
fakiran (kemiskinan) mendekatkan manusia pada kekafiran? 

Saifullah Yusuf Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke