http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2006122301505515

      Sabtu, 23 Desember 2006 
     
      BURAS 
     
     
     
'Asyik..., Impor Beras!' 

       
      H.Bambang Eka Wijaya:



      "ASYIK..., kita impor beras!" sorak Edo.

      "Mengimpor beras pertanda kekurangan, kok kamu malah gembira?" sambut Edi.

      "Karena jadi lengkap makanan impor kita!" jelas Edo. "Makan nasi beras 
impor, tahu-tempe kedelai impor, makan roti dan kue terigu atau gandum impor, 
makan steik daging impor, bumbunya bawang putih impor, makan buah apel, anggur, 
jeruk, pir impor!"

      "Lo, semua itu kan menghabiskan devisa kita?" timpal Edi.

      "Siapa bilang?" entak Edo. "Justru semua impor hasil pertanian itu di 
sana dikerjakan oleh TKI--tenaga kerja Indonesia! Jadi, makin besar impor, 
makin banyak pula ekspor tenaga kerja kita untuk meningkatkan produksinya, 
makin besar pula devisa yang mengalir ke desa-desa miskin negeri kita!"

      "Kalau begitu kenapa bukan dibagi lahan kepada rakyat untuk menanam 
produk pertanian substitusi impor, sehingga kita tak tergantung pada impor?" 
tanya Edi.

      "Di sini tanah dan iklimnya kurang cocok!" tegas Edo. "Selain itu, 
tanah-tanah luas di negeri kita kan bukan untuk rakyat kecil, tapi dicadangkan 
untuk investor yang membawa masuk modal besar! Modal, modal, dan modal, jelas 
lebih penting dari warga, warga, dan warga! Soalnya, warga berjibun pun tanpa 
modal terbukti kelimpungan!"

      "Berarti kalau bicara SDM, bukan sumber daya manusia, tapi sumber daya 
modal!" timpal Edi.

      "Begitulah! Karena manusia Indonesia dewasa ini bukan lagi gugusan 
kekuatan produktif, melainkan telah berubah menjadi monster raksasa konsumtif!" 
tukas Edo. "Kita ekspor dari Cina 35 ribu item barang konsumsi, dari jarum 
sampai sepeda motor, dari kedelai sampai apel, nyaris segala kebutuhan dari 
ujung rambut sampai ujung kaki!"

      "Pantas, sektor konsumsi jadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi 
nasional kita, termasuk Lampung!" timpal Edi. "Dengan yang dikonsumsi ternyata 
kebanyakan produk impor, nilai tambah asli produksinya juga tersedot ke luar 
negeri! Mungkin itulah penyebab, meskipun transaksi perdagangan negeri kita 
cukup tinggi, angka pertumbuhan ekonominya relatif rendah! Karena galihnya, 
inti nilai tambahnya mengalir keluar bersama pembayaran impor!"

      "Tapi ini kan soal kebanggaan!" ujar Edo. "Warga kita bangga mengonsumsi 
produk impor, apa saja! Apel, jeruk, anggur, dan pir impor misalnya, sudah 
dipajang di simpang-simpang jalan masuk perkampungan warga biasa! Dan larisnya, 
melebihi pisang goreng!"

      "Itu pertanda baik dalam globalisasi!" tegas Edi. ""Warga kita sudah 
bersikap terbuka pada segala hal yang datang dari luar, tak sedikit pun 
menunjukkan gejala chauvinist--nasionalisme sempit yang cuma bangga pada produk 
sendiri dan cenderung antisegala macam yang berbau asing!"

      "Bagaimana warga mau antibau asing," timpal Edo, "dengan semua produk 
impor yang dikonsumsinya, keringat tubuhnya sudah berbau asing!" ***
     




[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke