Refleksi: Apa perlunya integrasi politik dari kaum elit. Apakah mereka dipilih untuk integrasi ataukah menduduki kursi empuk yang memberikan rejeki nomplok?
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/04/07/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Integrasi Politik Elite dan Rakyat Belum Terjadi [JAKARTA] Sebuah kenyataan ironis yang dihadapi bangsa ini adalah partai politik masih dikuasai segelintir elite politik yang jauh dari aspirasi dan kepentingan rakyat. Perilaku elite masih feodal dan menghambat demokrasi. Jika dilakukan jajak pendapat, masyarakat pemilih selalu mengatakan tidak mengetahui siapa wakil mereka di DPR. Ini menunjukkan bahwa integrasi politik antara elite dan rakyat tidak terjadi. "Secara tegas saya katakan bahwa pelaksanaan demokrasi pascareformasi masih sama dengan era Orde Baru," kata Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Pimpinan Kolektif Nasional Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), Sukowaluyo Mintorahardjo, dalam diskusi "Peluang Partai Baru 2009" di kantor DPP PDP di Jakarta, Rabu (4/4). Menurut Sukowaluyo, semakin kasat mata bahwa perilaku para elite politik tidak berakar pada masyarakat dan itu ditunjukan oleh tidak adanya perhatian mereka kepada rakyat dan rendahnya komitmen mereka untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Kondisi itu menimbulkan sikap skeptis dan pandangan negatif dari masyarakat terhadap partai. Rakyat juga kian tak percaya dengan berbagai institusi politik, baik DPR, DPRD, atau Presiden. Dikatakan, upaya pembaruan partai politik terhambat oleh ketakutan elite politik untuk melaksanakan perubahan. Kenyataan di Indonesia saat ini sangat ironis. Partai banyak dan dideklarasikan terus-menerus dari bulan ke bulan. Namun, hampir tidak ada perbedaan jelas antara platform partai yang satu dan lainnya. Partai Baru Sementara itu, aktivis mahasiswa, Agus Rahmad Sukandar menegaskan yang amat kentara perbedaan platform-nya adalah antara partai nasionalis dan partai agama. Namun, di Indonesia partai-partai yang bernapaskan agama berjubel dan terus lahir, demikian pula partai yang bernapaskan nasionalisme. "Kelahiran partai baru semakin tidak terkendali ketika orang-orang yang kecewa dengan partainya membentuk partai baru dengan amat gampang," ujarnya. Jadi, kita sebaiknya mengarah ke sistem partai sederhana. Tidak didasarkan dekrit atau Keppres, tetapi pada ketentuan mengenai electoral threshold. Dengan demikian jika ingin menyederhanakan partai, naikkan saja electoral threshold dari sekarang 3 persen menjadi 4 persen atau 5 persen bahkan lebih. Dan jangan lupa juga untuk membolehkan partai lokal hidup di daerah-daerah yang menjadi basis eksistensi mereka. Senada dengan itu, Peneliti Utama Lembaga Survei Indonesia (LSI) Anies Baswedan mengatakan, berdasarkan survei LSI Maret lalu, 65 persen responden merasa kepentingan, aspirasi, dan keinginan politiknya tak terwakili oleh sikap dan perbuatan partai politik yang ada. Sedangkan identifikasi diri responden dengan partai yang menunjukkan loyalitasnya pada partai tertentu hanya mencapai 23 persen. Sekitar 30,6 persen responden mengaku belum memutuskan partai yang akan dipilihnya jika pemilu dilaksanakan saat survei dilakukan. Jumlah itu hampir dua kali lipat dari perolehan suara tertinggi, sebesar 19,7 persen yang diperoleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). [E-5] Last modified: 7/4/07 [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/