http://batampos.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=18681&Itemid=75


      Pelestarian Kampung Tua bagi Pariwisata Budaya        
      Senin, 16 April 2007  
      Oleh: H Syamsul Bahrum PhD*)

      Keberadaan Kampung Tua sudah "final", dan Surat Keputusan Wali Kota Batam 
No.105 Tahun 2004 dan  SK Wali Kota Batam No. 18 Tahun 2006 tentang eksistensi 
Kampung Tua di dalam kancah pembangunan Kota Batam tidak perlu diragukan, 
mengingat Kampung Tua merupakan bahagian dari  perjalanan sejarah  pembangunan 
Kota Batam yang tidak bisa dipisahkan apalagi dilupakan.  


      Kampung Tua sudah menjadi "icon sejarah ke-Melayuan Batam", oleh 
karenanya mempertahankan Kampung Tua berarti melestarikan  nostalgia perjalanan 
sejarah pembangunan Pulau Batam khususnya dan Kota Batam umumnya.  Untuk 
mempertahankan keberadaan Kampung Tua  perlu dilakukan (1). Memperkuat secara 
legal-formal dari legitimasi yang sudah ada  seperti termuat dalam RTRW 
(Rencana Tata Ruang Wilayah) dengan Perda No. 2 Tahun 2004 dan SK Walikota 
Batam, maka perlu disusun Peraturan Daerah khusus mengatur Kampung Tua secara 
legal-formal, geo-spasial, sosio-ekonomi dan sosio-kultural.  (2). Menyusun 
Master Plan pengembangan Kampung Tua sehingga pembangunan fisik di Kampung Tua 
lebih terarah dan terpadu sejalan dengan perencanaan pembangunan makro Kota 
Batam, (3). Memberikan skala prioritas dalam pembangunan fisik khususnya dalam 
penyediaan utilitas ekonomi dan fasilitas social, (4). Pemberian berbagai 
kebijakan subsidi social dan ekonomi kepada penduduk yang bermukim di Kampung 
Tua, khususnya masyarakat lokal baik Melayu atau non-Melayu yang sudah lama 
berdomisili di Kampung Tua, (5). Membina dan melestarikan kebudayaan Melayu, 
baik dalam aspek sosio-ritual maupun sosio-kultural. 


      Menggali Potensi Budaya
      Potensi budaya Melayu tidak bisa lagi hanya tersimpan di buku, di 
seremonial perkawinan, dan keramaian tetapi harus masuk ke dunia bisnis.  Hal 
yang perlu diubah adalah perlu mengangkat khazanah kekayaan budaya Melayu dalam 
pentas komersial. Karena pengembangan budaya juga perlu dana dan dukungan 
berbagai fasilitas. Jangan sampai kekayaan dan keanekaragaman budaya hanya di 
tempatkan sebagai dimensi sosial saja dibandingkan potensi ekonomi. Tampa 
sentuhan ekonomi, maka budaya dalam perspektif ini banyak dilihat sebagai 
aktifitas ritual, serimonial, komunal yang bersifat lokal dan  temporar. 
Padahal dari sisi komersial, setiap even sosio kultural bisa dikemas sebagai 
produk dan aset wisata. Katakanlah MTQ/STQ yang penuh dengan nuansa seni 
Islami, bisa mengundang wisatawan religus dari negara jiran Malaysia dan 
Singapura, begitu juga berbagai  tausiyah dan halaqah yang mendatangkan ustazh 
kondang bisa dijual sebagai acara wisata rohani.  Pawai budaya, pesta rakyat 17 
Agustusan, pagelaran budaya dan seni (Kenduri Melayu) idealnya diramaikan 
dengan tetamu asing yang jika dihitung rata-rata setiap harinya bisa mencapai 
antara 1.000 (Senin-Kamis) s/d 3.000 (Jumat-Minggu) wisatawan manca negara 
berkumjung ke Batam.


      Berbagai ekspo dan pameran idealnya masuk dalam kalender wisata, untuk 
itu perlu membuat task force dengan agenda joint action plan roadmap untuk 
memadukan berbagai potensi. Salah satu wisata konvensional dengan format 
tradisional jika bisa ditata dengan baik adalah memanfaatkan potensi Kampung 
Tua sebagai objek dan lokasi wisata. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan:


      Pertama, mereregulasi atau mengatur kembali status kampung tua sebagai 
situs budaya lestari tradisi. Untuk itu, semua pihak harus mematuhi aturan agar 
dalam pengembangan Kampung Tua tidak saling berbenturan dengan kepentingan 
sekelompok orang yang salah mengambil manfaat. Kampung Tua harus menjadi milik 
publik (communal belonging). Kepala Kampung harus dihidupkan kembali untuk 
membantu Lurah.


      Kedua, menata kampung tua dengan membuat rencana pengembangan kawasan 
secara detail. RDTRKT (Rencana Detail Tata Ruang Kampung Tua) perlu disusun 
sehingga situs kampung tua tidak hilang, potensi sosio-ekonomi bisa didata,  
pembangunan perumahan akan semakin tertata, dan kebijakan pengembangan ekologi 
kawasan  serta efisiensi pemanfaatan lahan Kampung Tua bisa dijaga. 


      Ketiga, membangun infrastruktur Kampung Tua dengan mengadopsi pola 
arsitektur kampong tempu dulu, beradaptasi dengan lingkungan dan budaya Melayu 
yang dekat dengan laut dan melekat dengan pantai. Untuk itu arahan model 
pembangunan rumah panggung baik di darat dan pinggir pantai perlu dilestarikan 
Untuk itu secara spasial, pantai harus menjadi domain publik termasuk sebagai 
"landing point" nelayan melaut dan mendaratkan sampan termasuk sebagai pusat 
sarana pesta rakyat di pantai.  


      Keempat, menghidupkan kembali khazanah Melayu dengan cara misalnya  
mempertahakan arsitektur rumah Melayu, wajib berbahasa dan berpakaian Melayu, 
kedai "roncet" yang menjual menu makanan Melayu, hidupkan olahraga tradisional 
Melayu seperti gasing, sepak takraw. Permainan anak-anak Melayu dilestarikan 
seperti main "jengket, canang, tepok anai-anai, goli, "enjet-enjet semut", 
jong, congkak, dll.  


      Kelima, pemerintah membiayai berbagai even dan pertunjukan baik ditingkat 
lokal, nasional, regional dan internasional termasuk pertandingan sampan layar, 
sampan golek, jong, membuat ketupat, tenun Melayu, layang layang, tanding 
gasing,  dan berbagai olahraga sei budaya Melayu lainnya. Semua potensi ini 
sudah ada, hal ini terlihat ketika di setiap Kecamatan bahkan Kelurahan 
memiliki berbagai focus pesta rakyat ketika memperingati HUT-RI. 


      Keenam, program pemerintah yang melibatkan masyarakat setempat (people 
empowerment) harus diperbanyak.  Model pembangunan padat karya dengan pola 
swadaya dan gotong royong harus digalakkan. Gerakan budaya "cinta kampong" 
melalui pembangunan ini harus dimulai dari masyarakat sendiri. Namun upaya 
pembinaan teknis, financial dan organisasional tetap harus datang dari 
Pemerintah dan jika bisa melibatkan para pengusaha. 


      Ketujuh, membangun pusat pentas kreasi dan panggung budaya di setiap 
kampung tua sebagai sarana pagelaran seni dan budaya. Setiap minggu setiap 
Kampung Tua secara terencana melalukan local cultural show khusus malam Sabtu 
dan Minggu di minimal dua lokasi bersamaan.   Untuik itu perlu kerjasama dengan 
Dinas Pariwisata dan Asosiasi Pariwisata (ARSITA) untuk mendatangkan turis 
secara regular tentunya dengan biaya sepaket dengan wisata, 


      Kedelapan, Pemerintah Kota dan Masyarakat Melayu yang berdomisili di 
Kampung Tua juga melibatkan berbagai potensi budaya nasional yang ada di Kota 
Batam melalui berbagai peguyuban untuk berpartisipasi dalam pengembangan budaya 
Melayu dan multikultural di Kampung Tua. Hal ini penting agar pengembangan 
Kampung Tua tidak terjebak dalam polarisasi ethnic, kulturisasi sempit dan 
bersifat sosio-kultural lokalitas saja. Karena, kekayaan budaya Melayu juga 
dari hasil kohesi-multi-kultural yang kemudian mengkristal menjadi ke-khasan 
ke-Melayuan itu sendiri.


      Kesembilan, perlu dibentuk Badan Pengembangan Kampung Tua Kota Batam 
(BPKTB) yang terdiri dari unsur Pemerintah, pengusaha dan masyarakat. KKBM 
(Kekerabatan Keluarga Besar Melayu), LAM (Lembaga Adat Melayu) sebagai Pemangku 
Utama Pembangunan Kampung Tua juga perlu dilibatkan.
      Berdasarkan pokok-pokok pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa, 
pengembangan Kampung Tua merupakan suatu keharusan jika keberadaan Kampung Tua 
akan tetap dipertahankan. Keberadaan ini, bukan diukur dari sisi fisik-tanah 
atau lokasi, tetapi fungsi Kampung Tua itu sendiri sebagai khazanah-ranah 
Melayu yang tidak "pernah hilang di bumi". Pepatah bisa bertautan bahwa jika 
satu hilang esa bisa berbilang, tetapi dalam derap pembangunan yang "haus 
tanah", siapakah yang dapat menjamin "si esa yang berbilang" tidak akan turut 
hilang. Jika pijakan tanah sudah punah,  kesinambungan budaya tidak terjaga, 
tinggal mencari salah siapa. ***     

      *)H Syamsul Bahrum PhD, Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Kota 
Batam

     


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke