---------- forwarded message ---------- From: Rudy Hartono <[EMAIL PROTECTED]> Date: 30 Apr 2007 00:39 Subject: [terangdunia] Kesaksian seseorang To: Terang dunia <[EMAIL PROTECTED]>
>Subject: FW: Kesaksian - Mengharukan >Date: Thu, 23 Nov 2006 14:09:00 +0700 > >Dear FRIENDS, >Saya diminta membuat kesaksian, jadi ini saya buat dengan agak grogi karena >terpaksa harus mengenang semua yang lalu dan menuliskannya. Tetapi >sementara menulis, saya dibuat heran oleh cinta Tuhan pada saya. Jadi >akhirnya saya beri judul "Cinta Tuhan yang Tidak Kenal Menyerah". Saya >kirimkan ke kalian sebagai ucapan terimakasih yang dalam karena telah >menemani perjalanan saya. > >God Bless You >tyas > >CINTA TUHAN YANG TIDAK KENAL MENYERAH > >Ada dua kejadian besar yang menggoncangkan hidup sekaligus menumbuhkan >kedekatan saya dengan Tuhan. Goncangan yang bisa meremukkan itu dengan luar >biasa bijaksana dipakai Tuhan sehingga membuat saya merasa seperti biji >kacang yang sekarang sedang berkecambah, mengeluarkan beberapa helai daun. >Batangnya masih sangat mudah dipatahkan, tetapi sedang bertumbuh. Ada hidup >baru di dalam hati saya setelah melewati masa-masa yang sangat sulit. > >Yang pertama menemukan bahwa anak saya autistik. Kristov lahir dalam >keadaan yang normal dan menyenangkan. Dokter kandungan kami menawarkan >kepada suami saya untuk memotong sendiri tali plasenta anaknya. Kami jatuh >cinta pada bayi yang masih merah dengan darah itu. Semua keluarga,adik-adik >pemuda di gereja, teman-teman, apalagi saya dan suami saya sangat >menyukainya. Menjelang umur satu tahun saya merasa ada yang tidak beres >dengan Kristov. Dia jarang sekali melakukan kontak mata. Dia terus >bergerak. Kalau papanya pulang dari kantor dia seperti tidak menyadarinya. >Dia menepuk-nepuk apa saja. Membentur-benturkan kepala ke tembok dengan >wajah senang dan "mute" hampir tidak mengeluarkan ocehan. Setelah beberapa >kali konsultasi dengan beberapa dokter di Indonesia, umur 2 tahun kami >membawa Kristov ke Australia untuk mendapatkan diagnosa yang pasti dan >pertolongan. Classic Autism. Itulah diagnosa yang kami terima. > >Saya dan suami saya menangis. Saya mulai membaca banyak-banyak di internet >(waktu itu informasi tentang autisme di Indonesia masih sangat terbatas). >Makin banyak membaca, makin mengerti dan makin takut serta kuatir. Kami >mulai melakukan terapi intensif untuk Kristov. Banyak kerja keras yang >harus dilakukan. Kristov mengalami gangguan tidur yang sangat berat >sehingga rata-rata dia hanya tidur 3-4 jam dalam sehari, juga dia sangat >hiperaktif. Banyak mengamuk, sangat suka makan tetapi hanya mau makanan >tertentu dan sangat tidak suka makan nasi dan sayur. Kami sangat lelah baik >fisik maupun emosi tetapi saya selalu menguatkan diri dengan berkata "Nggak >apa-apa Tuhan, saya diberi suami yang sangat baik". Kami berpacaran hampir >9 tahun sebelum menikah, melalui banyak kesulitan dan suami saya sangat >baik dan sayang kepada saya dan kristov. Berdua, saya yakin kami akan >dimampukan untuk membesarkan dan menemani Kristov mengatasi >ketidakmampuannya untuk memahami dunia di sekitarnya. > >Waktu Kristov berumur 3 tahun, saya hamil anak kami yang ke dua. Saya >berdoa kehamilan yang dirancanakan ini akan mendatangkan kesegaran baru >bagi keluarga kecil kami. > >Tanpa saya duga sebelumnya, pukulan kedua dalam hidup saya datang. > >Suami saya mengaku punya affair dengan wanita lain. Saya tidak percaya. Ini >tidak mungkin terjadi. Dia suami yang sangat baik dan penyayang. Waktu itu >Bunga baru berumur mendekati 5 bulan. > >Hati saya sangat hancur dan kesakitan. Pendeta kami datang membantu. Saya >berdoa, sakit hati, ingin mengamuk dan menangis setiap hari berusaha >mengatasi rasa sakit dan pahit dihati saya dan dalam semua kelelahan itu >berusaha membangun tekad yang kuat untuk membangun kembali apa yang telah >rusak. > >Di tengah semua kekacauan saya, saya mempunyai satu pikiran yang jelas >bahwa jika kasih yang dulu kami punya itu tetap ada maka kami pasti bisa >mengatasi semuanya. Tidak ada yang rusak yang tidak bisa dibangun dan ada >anak-anak yang harus dibesarkan. Pasti sulit sekali, tapi pasti bisa. > >Akhir November suami saya meminta saya dan anak-anak untuk berangkat ke >Amerika demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari keluarga wanita >lain tersebut dan supaya nanti kami bisa membangun keluarga kami kembali di >tempat yang baru. Saya bicara dengan pendeta saya. Saya sangat ingin tidak >terjadi apa-apa dengan suami yang saya kasihi. Saya bersedia kalau itu >yang dia pikir terbaik untuk kami. Kepada teman-teman dekat dan teman-teman >di gereja kami memberitahu bahwa kami pindah untuk pengobatan Kristov. >Saya berpikir itu cara terbaik untuk tidak membuat suami saya malu >dikemudian hari. Hanya pendeta, keluarga dan teman-teman yang sangat dekat >yang tahu alasan kepindahan kami yang sebenarnya. > >Saya masih ingat dengan jelas, tanggal 8 desember 2000 saya dikelilingi >keluarga suami saya. Papa mertua, mama mertua, koko, cie-cie, popo (nenek) >dan ponakan-ponakan. Di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta koko berdoa >untuk penerbangan kami sekeluarga ke Amerika. Suami saya dengan sangat >baik menemani kami di sepanjang penerbangan yang panjang itu, sampai kami >mendarat di tengah sergapan udara dingin musim winter di Chicago. > >Suami saya menemani saya satu minggu di Amerika dan menitipkan saya dan >anak-anak pada kakak ipar saya dan gereja di tempat itu. Dia berjanji >kepada saya dan kami semua bahwa dalam tiga bulan jika masalahnya dan >urusan pekerjaannya sudah selesai dia akan datang. > >Tiga bulan saya mengurus anak-anak sendirian di negeri yang baru saya >kenal. Kakak saya tinggal di sebuah tanah pertanian yang sangat indah di >pedalaman Illinois dan gereja dan orang-orangnya sangat baik. > >Merekalah yang terus memberi semangat kepada saya tiap kali saya merasa >tidak mampu bertahan dan cemas. Hampir tiap dua hari sekali suami saya >menelepon dari Indonesia menanyakan keadaan saya dan anak-anak. > >Akhir Februari, tiba-tiba pendeta saya menelepon meminta saya dan anak-anak >pulang karena ada undangan pernikahan suami saya. Kami tidak bercerai jadi >masih ada harapan untuk bisa membatalkan rencana pernikahan itu. Saya >sangat terkejut dan sangat tidak percaya. Tetapi itu terjadi. > >Dalam penerbangan dari Los Angeles ke Taiwan saya berkata dalam hati "I am >finished with God". Saya tidak mau lagi berurusan dengan Tuhan. Selama ini >saya berdoa dan berdoa dan berdoa tetapi Tuhan tidak mendengar. Saya merasa >sangat bodoh, putus asa, tidak berharga dan saya melemparkan semua >kesalahan pada Tuhan saya. Saya sungguh naïf. > >Pendeknya, setelah sampai di Jakarta kami menemukan bahwa suami saya telah >membuat surat cerai untuk saya. Dia menikah lagi awal Maret. Beberapa orang >di gereja saya menawarkan pengacara kalau saya ingin menuntut. Saya sedang >sangat terpukul dan merasa sangat lelah dan tidak bisa berpikir. Saya >tidak ingin menuntut. Kalau menurut suami saya, saya tidak cukup baik >sebagai isteri ya sudah. Menuntut hanya akan membuat kesedihan saya semakin >panjang, lalu siapa yang akan mengurus anak-anak, dan apa yang akan >dihasilkan? Selain kepahitan dan pertengkaran? > >Waktu ditinggal papanya, Kristov berumur hampir 5 tahun. Belum bisa bicara, >sangat hiperaktif, tidak bisa tidur, kulitnya rusak karena dia sangat >alergi terhadap banyak hal. Bunga berumur hampir 10 bulan. > > >Selama satu tahun berikutnya saya menjalani hidup yang sangat berat. >Rasanya tidak sadar bahwa saya ini hidup. Hanya anak-anak yang menjadi >alasan saya untuk hidup. Jika alam berlalu dan Kristov sempat tidur, saya >sering duduk dilantai bersandar ke tembok dan bicara sendiri pasti besok >saya mati; kalau tidak mati pasti gila. > >Tapi cinta Tuhan itu sabar, diwaktu saya menyatakan bahwa saya tidak mau >lagi berurusan dengan Tuhan, malahan Tuhan mengurus saya dengan sangat >baik. Dia mengirimkan banyak sekali teman bermunculan. Bahkan orang-orang >yang tidak saya kenal dengan baik, mendoakan atau mengirimkan doanya. >Mengirimkan buku-buku, meminjamkan kaset-kaset kotbah, mengirimkan sms, >email-email. Semuanya menopang langkah saya yang sudah hampir tidak kuat >menapak selangkah saja lagi. > >Tapi cinta Tuhan itu Kuat. Diwaktu saya berusaha menghindari kasihNya, hati >saya dibuat tidak mau diam, dan sangat aneh setiap malam dan pagi sambil >menangis saya membuka website heartlight.org dan odb.org untuk mencari >renungan-renungan, lagu-lagu, meloading paperquote, membaca diskusi >orang-orang dari berbagai negara tentang Tuhan. Aneh, tidak mau berurusan >dengan Tuhan tetapi terus mencari tentang Tuhan. Saya sungguh merasa itu >pelayanan Roh Kudus untuk saya. > >Tapi cinta Tuhan itu Tangguh dan Tidak Menyerah. Tuhan tidak menyerah >menghadapi kekerasan hati saya. Tuhan juga tidak menyerah menghadapi emosi >saya yang jatuh- bangun. Bahkan Tuhan tidak menyerah waktu saya berada >dipuncak putus-asa, tersiksa oleh rasa sakit, kelelahan, rasa tidak >berharga dan cemburu yang sangat besar sehingga saya ingin mati saja. > >Saya kehilangan suami, kehilangan rumah, kehilangan keluarga suami saya >yang selama ini telah menjadi seperti orang tua dan kakak serta adik saya >sendiri. Saya merasa sangat disakiti. Sangat ditinggalkan. Saya juga sangat >bingung menghadapi kecurigaan tetangga. Pertanyaan teman-teman yang baru >tahu. Membesarkan seorang anak autistik-hyperactive-non verbal seorang diri >dan seorang bayi belum satu tahun, sangat melelahkan saya. Saya ingin >melepaskan diri dari semua kesakitan yang saya rasakan. > >Tapi Cinta Tuhan itu Tangguh dan Tidak kekurangan Akal. > >Pada titik di mana saya sudah sangat tidak kuat, di mata dan hati saya >melintas Yohanes 10. Gembala yang Baik. Ada bagian ayat yang bicara dengan >sangat nyata "dan domba itu mengenal suara gembala, dan suara orang asing >tidak akan mereka ikuti". "Akhiri saja hidupmu" pasti bukan suara Gembala >saya. Gembala saya itu ajaib dalam Keputusan dan agung dalam >kebijaksanaan-Nya. DIA ahli membalikkan segala sesuatu. Buluh yang >patah-terkulai tidak akan dipatahkannya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak >akan dipadamkannya. > >Dari titik ini, saya menetapkan hati akan memilih untuk mengikuti suara >Tuhan bukan suara orang asing dan untuk hidup membuktikan bahwa kasih Tuhan >itu cukup untuk menopang hidup saya dan anak-anak. Sampai sekarang saya >belum punya rumah untuk diwariskan pada anak saya nanti tapi saya membangun >tekad yang semakin besar untuk mewariskan kepada anak-anak saya kebenaran >bahwa Tuhan itu Baik. CintaNya besar, tangguh dan kuat dan tidak mudah >menyerah. > >Saya juga kembali mengingat square watermelon, salah satu artikel yang >menuliskan keinginan orang di Jepang untuk membuat semangka berbentuk >kotak. Itu bisa dilakukan dengan memasukkan melon ke kotak kaca yang kuat >yang berbentuk persegi. > >Dari kecil nenek saya di kampung sangat suka menceritakan nabi-nabi dan >Tuhan Yesus. Dari kecil sampai kuliah saya hidup di persekutuan dan gereja. >Besar, saya pernah bergabung dengan LAI,membantu menerjemahkan Handbook >untuk Penerjemahan Alkitab. > >Tetapi kesedihan dan pukulan-pukulan hidup ini bisa membuat saya menyatakan >tidak mau berurusan dengan Tuhan. > >Suami saya. Sejak remaja aktif di persekutuan Remaja. Menjadi Ketua >Pemuda. Koordinator Persekutuan Kampus. Majelis Gereja. Tetapi saat ini >saya tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Dia menikah lagi dan menganut >agama istrinya. > >Saya sungguh berdoa agar lembaga seperti Gereja dan Persekutuan menyadari >dan sungguh mendoakan para aktivitisnya untuk hidup bergaul dengan Tuhan >secara pribadi. Dunia ini bisa menarik kita sangat kuat jika kita tidak >terus menengok tangan yang pernah dipaku demi kita. Membentuk kita, seperti >kotak kaca itu membentuk semangka seperti yang diinginkan orang di Jepang. > >Sekarang hampir tiga tahun, pengalaman pedih dan pahit itu terjadi. Jika >saya merenung dan melihat ke belakang, kadang air mata saya masih mengalir. >Tetapi hati saya yang masih retak-retak menaikkan ucapan syukur, untuk: > >1. Mengalami dan merasakan cinta Tuhan yang besar, kuat dan tidakmudah >menyerah Cinta yang mengatasi semua pemberontakan saya dan perlawanan saya. > >2. Teman-teman yang mengasihi saya dengan sabar,mendengarkan waktu saya >marah-marah, memeluk waktu saya ketakutan, mengirimkan email waktu saya >tidak mau bicara, mengirimkan sms waktu saya merasa tidak bisa bergerak >maju. Mendoakan. Dikasihi orang pada waktu kita baik dan manis itu hal >biasa. Tetapi waktu kita sangat tidak seimbang, menjengkelkan dan sulit >dipahami lalu ada orang-orang yang mengasihimu itu sungguh mengharukan dan >sungguh berharga. Teman-teman seperti itu saya hitung sebagai anugerah yang >hanya bisa dating dari Tuhan saja. Bapa yang tahu memberi yang baik kepada >anak-Nya. > >3. Saya belajar bahwa seringkali Dia dekat tapi kita tidak melihat >tangan-Nya. Saya juga belajar tentang pelayanan Roh Kudus. Roh Kudus >menghibur waktu hati kita sangat menderita dan tidak ada ucapan dan >penghiburan teman yang "mempan" atau mampu masuk ke dalam hatimu. > >Roh Kudus menolong kita mengampuni, melepaskan kita dari kepahitan, >memberkati dan mendoakan orang yang melukai kita. Roh Kudus memahamimu >waktu semua orang rasanya tidak bisa paham dirimu. Roh Kudus bahkan >menemanimu pada waktu semua teman sedang sibuk dengan urusan mereka >masing-masing yang juga sangat banyak. > >Saya belajar bahwa jika saya sangat takut dan cemas akan sesuatu Roh Kudus >menguatkan saya dengan suara yang lembut dan sabar menunggu saya tenang >dari ketakutan. Dia bilang "jangan takut". > >Ada beberapa "ketakutan" yang sampai sekarang belum berani saya masuki dan >coba mengatasinya. Tetapi saya tahu Tuhan menunggu saya menyerahkan diri >untuk berani melewatinya bersama Tuhan. > >4. Saya bersyukur untuk kelompok LKKK. Bagi saya kelompok ini mewadahi >"orang-orang yang sedang rusak". Orang-orang yang tersisih. Orang-orang >"pinggiran". Menerima orang pada waktu mereka masih jelek. Mengasihi mereka >pada waktu mereka berantakan. Orang - orang dengan masalah yang tidak >kunjung selesai. > >Hati saya sungguh berdoa kelompok ini terus dibangun di atas dasar kasih >dan pengenalan akan Tuhan. Hanya kasih Tuhan yang tidak tergoyahkan yang >bisa memulihkan kehancuran hati dan hidup kita. Di dalam kelompok kita ini >banyak orang yang hancur hati, dan tidak tahu hidupnya akan dibawa ke mana. > >Semoga tulisan ini memberi semangat kepada teman-teman untuk menemukan >Tuhan secara pribadi. Percayalah, cinta-Nya sungguh kuat dan tidak akan >menyerah menghadapi semua pemberontakan, kekurangan dan keterbatasan serta >kelemahan kita. Mari arahkan hati kita kepadaNya. Jangan tunggu lama-lama. >Tuhan sungguh baik. Akhirnya "Saya merasa seperti benih kacang yang baru >tumbuh". Doakan agar kacang itu daunnya semakin banyak. Tolong doakan agar >batangnya tidak lagi mudah patah melainkan semakin kuat. Dan doakan suatu >hari akan berbuah lebat > >Salam Kasih dan Doa >Tyas > --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/