Refleksi: Apakah privatisasi BUMN bukan mengkapitalisasikan perekonomian negara? Baiklah kita simak apa yang diucapkan SBY, presiden RI pada hari koperasi ke-60 di Bali, 12 Juli lalu:
"Ideologi berbasis kapitalisme dan neoliberalisme tidak mencerminkan dan tidak sesuai dengan keadilan sosial terhadap rakyat Indonesia, termasuk bagi antarwarga bangsa. Maka, segala ideologi dari luar yang tidak memberi manfaat dan keadilan bagi rakyat harus ditentang dan dicegah masuk ke Indonesia," ujar Presiden dalam sambutan tanpa teksnya pada puncak perayaan Hari Koperasi Ke-60 di Kompleks Garuda Wisnu Kencana, Ungasan, Badung, Bali, Kamis (12/7)." [Kompas] http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=295039 Rabu, 18 Juli 2007, Privatisasi BUMN Salah satu program dalam Kementerian BUMN adalah menuntaskan restrukturisasi dan privatisasi perusahaan-perusahaan pelat merah. Saat ini, pemerintah sedang menyiapkan 18 BUMN untuk dilepas hingga 2008. Tujuh di antara 18 perusahaan tersebut akan dijual melalui pasar modal dengan mekanisme IPO (initial public offering) atau penawaran umum perdana saham. Ada sejumlah alasan mengapa pemerintah menjual saham-saham di perusahaan tersebut. Pertama, karena kebutuhan dana di APBN. Kedua, efisiensi dan peningkatan kinerja. Dan ketiga, membuka lebih lebar partisipasi publik untuk membeli saham BUMN melalui pasar modal. Tentu pemerintah tidak akan melepas kepemilikannya di semua BUMN. Industri-industri strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak harus tetap dikelola negara. Ini adalah amanat konstitusi yang belum berubah. Pada titik itulah Menteri BUMN Sofyan Djalil harus bisa belajar dari menteri-menteri sebelumnya. Dengan dalih menutup defisit anggaran, semua BUMN dijual. Bukan sekadar dijual, tetapi diobral. Tidak pandang bulu, industri strategis seperti telekomunikasi juga akhirnya diserahkan kepada pihak asing. Privatisasi BUMN model hantam kromo seperti itu sudah bukan zamannya lagi. Namun, proses privatisasi juga tidak lepas dari kompleksitas persoalan. Masalah-masalah tersebut adalah penetapan prioritas, mekanisme penjualan, hingga penetapan harga jual. Untuk BUMN-BUMN yang berkinerja baik, tentu pemerintah harus lebih teliti dalam menentukan pemenang dan penetapan harga jual. Kemudian, perlu juga dipertimbangkan untung rugi jangka panjang jika perusahaan tersebut dijual. Terlalu banyaknya BUMN membuat tata kelola perusahaan (corporate governance) tidak berjalan baik. Sudah menjadi rahasia umum, selama ini BUMN menjadi sapi perah elite pemerintah atau partai politik. Kinerja direksi tidak hanya diukur dari capaian-capaian kinerja finansial, tetapi juga dengan melihat tingkat kooperatif mereka atas "permintaan khusus" dari penguasa. Karena itu, tak banyak BUMN yang kita lihat memiliki tata kelola profesional. Bahkan, untuk BUMN yang mampu meraup laba di atas Rp 1 triliun per tahun pun, masih bisa dilihat pola-pola manajemen (tata hubungan struktural) yang jauh dari kesan profesional. Dari data Kementerian BUMN, sejumlah perusahaan milik negara itu akan dilepas oleh pemerintah melalui IPO. Dalam konteks ini, yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh komitmen pemerintah untuk melindungi kepentingan investor publik yang ingin membeli saham BUMN. Apakah informasi yang tertulis di prospektus sudah cukup lengkap sehingga tidak menyesatkan investor. Setelah munculnya kasus saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), investor terlihat trauma untuk ikut menyambut pelepasan saham pemerintah. Karena itu, secondary offering saham Bank Negara Indonesia (BNI) awal Agustus nanti bisa menjadi tolok ukur bagaimana tingkat kepercayaan investor terhadap saham-saham BUMN. (*) [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/