Refleksi: Melihat rumah tawanan Soekarno di Bengkulu dan dengan diizinkan pula 
miliki sepeda,  agaknya tidak keliru bila dikatakan bahwa penjajah Belanda 
Kafir itu jauh lebih gentlemen memperlakukan para tawan politik mereka 
dibandingkan dengan apa yang dilakukan penguasa NKRI religius dekat surga gurun 
pasir terhadap  para tawanan politik. 


http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/18/0405.htm


Rumah Bung Karno Saksi Kisah Cinta Segitiga 
RUMAH kediaman Bung Karno merupakan saksi perjalanan hidup selama dalam 
pengasingannya di Bengkulu, tahun 1938-1942. Masyarakat Kota Bengkulu sangat 
membanggakan peninggalan sejarah ini, seperti dari upaya mereka yang sangat 
serius melestarikannya.

     
      SEPEDA yang digunakan keluarga Bung Karno tersimpan di kediaman Bung 
Karno pada waktu pengasingan di Bengkulu (1938-1942) yang berada di jalan 
Soekarno Hatta, Kota Bengkulu.*ANDRI GURNITA/"PR" 
Di rumah ini pula, cinta Bung Karno terhadap Fatma (kemudian namanya berubah 
menjadi Fatmawati) mulai bersemi. Fatmawati yang kelak menjadi first lady 
Indonesia ini, juga melahirkan presiden Indonesia berikutnya, Megawati 
Soekarnoputri. Fatmawati yang asli Bengkulu ini dikenal sebagai penjahit 
bendera dwiwarna Sang Saka Merah Putih, yang kini tersimpan rapat di Jakarta.

Namun jangan salah, kisah cinta Bung Karno kepada Fatmawati menjadi awal 
kerenggangan hubungan dengan istri tuanya, Inggit Garnasih. Cinta segitiga 
antara Bung Karno-Inggit-Fatmawati juga berawal dari rumah di Bengkulu ini.

Bung Karno diasingkan ke Bengkulu saat Jhr de Jonge menjabat sebagai Gubernur 
Jenderal Hindia Belanda. Sejak lama Bengkulu terkenal sebagai tempat pembuangan 
para musuh politik Belanda. Sentot Ali Basyah juga pernah diasingkan ke 
Bengkulu tahun 1833. Begitu pula Pangeran Kusuma Negara dan Tumenggung Sura 
Jenggala sempat dibuang ke tempat ini, setelah Belanda menuduh mereka terlibat 
dalam Perang Diponegoro.

Pada referensi yang ditulis M. Ali Chanafiah atas hasil perbincangannya dengan 
seorang dokter keresidenan Bengkulu, dr. Jamil, seringnya Bengkulu dijadikan 
tempat pembuangan tahanan politik karena di sini dikenal sebagai sarang 
malaria. Pasukan Kompeni bahkan menyebut Bengkulu sebagai kuburan, saking 
banyaknya rekan mereka yang meninggal akibat malaria. Ini tak diragukan karena 
Ibu Inggit pun pernah menderita malaria, tak lama setelah tinggal di Bengkulu.

Bung Karno datang ke Bengkulu setelah dipindahkan dari pembuangan di Ende, 
Pulau Flores. Ia datang ke Bengkulu menggunakan jalan darat dengan bus ADSS 
(Auto Dienst Staats Spoor) dari Lubuk Linggau, setelah menempuh perjalanan dari 
Ende ke Batavia, Maret 1938. Sepuluh hari setelah kedatangannya, Ibu Inggit 
menyusul ke Bengkulu bersama anak angkatnya Ratna Juami dan Sukarti (Kartika), 
serta seorang sahabat Bung Karno, Riwu, melalui jalan laut.

Diasingkan, karena kiprah politiknya dianggap membahayakan pemerintah Hindia 
Belanda saat itu. Dalam pengasingannya, Bung Karno dibolehkan beraktivitas apa 
saja kecuali berpolitik. Ia lalu diminta oleh Hasan Din, pimpinan Muhammadiyah 
Bengkulu, berkiprah di Departemen Pendidikan Muhammadiyah Bengkulu, dan 
mengajarkan pembaruan tentang Islam. 

Jembatan hubungan baik

Kiprah Bung Karno yang terkenal dengan sebutan "kaum mudo" di Muhammadiyah 
sempat berselisih paham dengan "kaum tuo". Dengan ilmu arsitektur yang ditimba 
di ITB Bandung, ia mencoba memperbaiki Masjid Jami Tengah Padang atau biasa 
disebut Surau Gedang -- masjid tua yang didirikan pada abad ke-18. Pembangunan 
masjid itu menjadi jembatan hubungan baik "kaum mudo" dengan "kaum tuo" 
Bengkulu.

Selama pengasingan, Bung Karno juga mengisi hari-harinya dengan memprakarsai 
terbentuknya klub debat tempat kaum cerdik-pandai beradu argumen. Selain 
memboyong ratusan buku koleksinya, ia juga mendirikan klub sandiwara bernama 
"Monte Carlo" di mana Ibu Inggit menjadi juru riasnya. Semua ini dilakukan 
untuk merangkul pemuda di sekitar Bengkulu.

Hubungan suami-istri Bung Karno dengan Ibu Inggit ternyata tak berjalan mulus, 
selama tinggal di pengasingan di Bengkulu. Mereka sering bertengkar. Alasan 
keturunan salah satunya yang menjadi bahan pertengkaran mereka. Pasangan ini 
memang belum dikaruniai keturunan sejak beberapa tahun pernikahannya.

Diam-diam, Bung Karno menjalin cinta dengan Fatma. Fatma, putri Hasan Din, 
pemimpin Muhammadiyah Bengkulu tempat Bung Karno beraktivitas. Saat itu umur 
Fatma baru 15 tahun. Bung Karno meminta Fatma untuk menjadi teman Sukarti dan 
Ratna Juami. Waktu rupanya membuat Bung Karno merasakan jatuh cinta kepada 
Fatma, yang menjadi anak angkat barunya.

Akhir 1940, Ratna Juami disekolahkan ke Taman Siswa di Yogyakarta. Ibu Inggit 
mengantar Ratna hingga ke Yogya. Bahkan, Ibu Inggit menyempatkan diri untuk 
menengok keluarganya di Bandung. 

Saat Ibu Inggit pergi ke Pulau Jawa itulah, hubungan Bung Karno dengan Fatma 
bertambah hangat. Cinta mereka bersemi. Ibu Inggit bahkan merasakan sesuatu 
yang berbeda saat datang ke rumah di Bengkulu. Sejumlah peralatan rumah tangga 
di rumah itu telah berubah tempat. Para pembantu pun seakan menyimpan sebuah 
rahasia hubungan majikannya dengan Fatma.

Ibu Inggit tak rela untuk dimadu. Begitu pun dengan Fatma. Pada 1943, Fatma 
menerima lamaran dari Bung Karno, tepat saat umurnya 20 tahun. Ia lalu dinikahi 
Bung Karno dan berganti nama menjadi Fatmawati dan tinggal di Jakarta. (Deni 
Yudiawan/"PR")***


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Reply via email to