Pernyataan SikapPerhimpunan Rakyat Pekerja (PRP)Komite Kota Jakarta RayaMenyambut HUT RI ke-63 Sosialisme Adalah Solusi Kemerdekaan Sejati Bagi Rakyat Pemilu 2009 bukan Pemilu Rakyat! Apa makna sebuah kemerdekaan, ketika rakyat kehilangan hak-haknya Anak-anak miskin tak bisa sekolah, para bayi menderita busung lapar, Pengangguran dimana-mana, biaya kesehatan yang tak terjangkau. Hutang luar negeri yang menumpuk. Pada 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, yang berarti Indonesia sudah menyatakan Merdeka dan Berdaulat. Dalam pidato proklamasinya, Soekarno menyatakan kemerdekaan ini akan menjadi jembatan emas bagi kesejahteraan dan keadilan seluruh rakyat Indonesia. Namun setelah 63 tahun kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, tidak menjadikan bangsa ini semakin merdeka dan gemah ripah loh jinawi, justru menjadi bangsa yang makin tergantung dengan modal asing, IMF, dan Bank Dunia. 63 tahun silam kemerdekaan telah ditebus dengan darah dan nyawa para pahlawan kita. Kemerdekaan telah menjadi cita-cita luhur pada pendiri bangsa, agar Indonesia mampu menumpukan kemajuan pada kemampuan dan kekuatan sendiri (menentukan nasib sendiri). Lantas kemerdekaan seperti apa yang ada pada benak Pemerintahan SBY sekarang? Ketika kebijakan ekonomi Indonesia didikte oleh instruksi Letter of Intent (LOI), Indonesia masih terbelenggu oleh kewajiban menggadaikan asset-asset bangsa (privatisasi) demi melunasi cicilan pokok utang luar negeri sebesar 46.8 triliun dengan bunganya 25.14 triliun setiap tahunnya. Dan tidak berapa lama lagi, kita akan menyaksikan BUMN terjual habis dan krisis hutang tidak pula terselesaikan. Kemerdekaan seperti apakah yang ada pada benak rezim SBY-JK, ketika rakyat sudah tidak punya hak atas tanah-tanah mereka (ketika pemerintah mengeluarkan Perpres 36 tahun 2005), rakyat sudah tidak dapat lagi menikmati air dari bumi mereka sendiri karena belenggu UU Sumber Daya Air dan beberapa produk kebijakan lain yang justru membatasi makna kemerdekaan sesesungguhnya. Ironisnya, ini bukan produk kebijakan pemerintah kolonial, namun justru kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kita sendiri. Di negeri Indonesia yang telah 63 tahun merdeka ini, seorang ayah di Ciracas, Jakarta Timur, dengan membawa bayinya yang sedang sakit kuning, ditolak enam rumah sakit karena tak punya uang untuk berobat. Bayi-bayi lain menderita busung lapar dan penyakit polio dan beberapa telah terkena lumpuh layu. Pedagang kaki lima digusur dan harus bentrok dengan aparat untuk mempertahankan lahan dagangannya, juga kasus-kasus lain yang mengoyak makna kemerdekaan sesungguhnya. Di negeri yang telah 63 tahun merdeka ini, Badan Pusat Statistik Indonesia memperkirakan jumlah orang miskin sekitar 16% atau 37 juta orang (dengan memakai standar penghasilan di bawah 1 dolar perhari). Jika memakai standar internasional 2 dolar perhari, maka jumlah orang miskin Indonesia bisa mencapai 100 juta lebih atau hampir separoh penduduk Indonesia. Kemiskinan ternyata masih menjadi momok di era kemerdekan ini. Sementara itu, elit-elit politik di eksekutif, yudikatif, dan legislatif, secara berjamaah mengkorupsi uang rakyat. Sebagian dari mereka adalah para elit politik yang berasal dari partai-partai yang akan bertarung pada pemilu 2009 nanti. Bisa dibayangkan nasib dan kehidupan ratusan juta rakyat Indonesia di masa yang akan datang. Sehingga muncul pertanyaan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan Indonesia kali ini. Sudah merdekakah kita? Jawabannya adalah rakyat Indonesia masih berada dalam belenggu penjajahan gaya baru. Lantas, apa yang harus dilakukan rakyat Indonesia? Yang harus dilakukan adalah merebut kembali kemerdekaan ini, merebut kembali hak-hak rakyat dengan jalan SOSIALISME. Jalan satu-satunya untuk menghancurkan penjajahan gaya tersebut hanyalah SOSIALISME. Sosialisme lah yang dapat memberikan kesejahtaraan bagi rakyat Indonesia. Dengan membangun dan mengontrol industri nasional di bawah kontrol buruh, maka rakyat Indonesia akan sejahtera. Dengan menasionalisasi industri strategis seperti migas di bawah control rakyat, maka rakyat akan sejahtera. Dengan menolak privatisasi perusahaan pelayanan publik maka akses rakyat Indonesia ke pelayanan publik akan terjamin. Dengan biaya pendidikan yang murah, maka rakyat Indonesia akan semakin mudah mengakses pendidikan sehingga tercipta pendidikan yang murah, demokratis dan bervisi kerakyatan. Dengan jaminan akses pelayanan publik maka akan tercipta jaminan kesejahteraan bagi perempuan. Dengan menolak pencabutan subsidi BBM dan menggagalkan kenaikan harga BBM, maka jaminan penghidupan yang layak akan terpenuhi. Dengan memberikan hak atas tanah dan berproduksi kepada petani penggarap, maka kehidupan para petani penggarap akan sejahtera. Semua ini adalah agenda-agenda SOSIALISME yang harus diperjuangkan. Pencapaian kesejahteraan tersebut hanya bisa dilakukan jika penguasa di Indonesia berpihak kepada rakyat. Namun sudah sejak Orde Baru sampai saat ini, tidak ada satupun penguasa di Indonesia yang mementingkan kepentingan rakyat Indonesia. Mereka hanya mementingkan kepentingan para pemilik modal dan mengorbankan kepentingan rakyat. Maka rakyat Indonesia harus mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Karena hanya jika rakyat pekerja yang berkuasa maka rakyat akan sejahtera. Kekuasaan harus berada di tangan buruh agar ada jaminan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemilu 2009 sama sekali tidak mencerminkan sebuah kekuatan yang dapat mensejahterakan kehidupan rakyat. Dengan masih berkutatnya kekuatan partai politik lama dan munculnya partai politik baru yang mengikuti pemilu 2009 sama sekali tidak menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat. Maka dari itu, Pemilu 2009 bukanlah pemilu rakyat, namun pemilu yang dibuat oleh kaum bourjuis untuk melanggengkan kekuasaan dan kepentingannya. Maka dari itu, Perhimpunan Rakyat Pekerja Komite Kota Jakarta menyatakan sikap: Indonesia harus merdeka dari penjajahan gaya baru yang selama ini telah menyengsarakan memiskinkan rakyat. Jalan satu-satunya agar rakyat Indonesia dapat memerdekakan dirinya adalah dengan mengusung SOSIALISME. Pemilu 2009 bukanlah pemilu rakyat, karena pemilu 2009 hanyalah alat bagi kaum bourjuis untuk melanggengkan kekuasaan dan kepentingannya. Jakarta, 17 Agustus 2008 Hormat Kami, Perhimpunan Rakyat Pekerja Komite Kota Jakarta Rendro PrayogoSekretaris Kota Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) Komite Kota Jakarta Raya Jl. Kramat Sawah No. 303, Paseban Jakarta Pusat Telp: 021-92926290 Email: [EMAIL PROTECTED] Website: www.prp-indonesia.org [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/