Judul diganti karena bukan lagi soal partai W.O semata. 

Tanggapan selang-seling di bawah. 


--- you wrote:
Subject: Re: Salut Untuk PDI-P

> oo ini soal hak gak milih  ???
> gak ada yg maksa milih

Di televisi pernah ada yang mencap golput adalah pengkhianat bangsa. Itawagem 
juga pernah mengatakan hal serupa walau tak sama. Pemojokkan golput oleh 
orang-orang partai seperti ini memang tidak sama dengan pemaksaan, tapi ya 
serupa sajalah. 

Lantas, apa ada yang menyatakan orang-orang partai itu pengkhianat ketika di 
DPR mereka tidak menggunakan hak pilihnya (W.O), setidaknya pengkhianat 
terhadap para konstituennya? Tidak ada. Malah kemungkinan orang-orang partai 
itu bakal dipilih lagi tahun depan. 

>
> cuma keberatan aja  kalau  sudha gal milih lalu bilang putih yg 
> lain hitam. 

Itulah yang dilakukan orang-orang partai. Mereka meracau dirinya putih dan 
layak dipilih. Padahal setelah di DPR sering 4D, dan W.O pula dalam voting (W.O 
apa K.O sebenernya?). 

> 
> atau ada yg menepuk dada bilang dirinya putih..  smile. 

Biarin aja. Toh dadanya sendiri yang dia tepuk. Pasti sakit sendiri. 

>
> lha sejarahnya putih itu krn dipaksa datang di jaman eyang  lalu 
> milih bagian putih di uar tanda gambar kok.. 
> biar orang lain aja nilai diri putih. abu abu atau hitam..

Begini, 
banyak hal di alam ini yang bermula dari keterpaksaan. Contohnya - bagi yang 
percaya: bumi jadi rame seperti ini lantaran si Adam & pacarnya dipaksa keluar 
dari taman. 

Sejarah awal patut dicatat, tapi perjalanannya tidak harus berputar-putar di 
titik awal. Apalagi, kalau ingat, yang di luar tanda gambar waktu itu tidak 
selalu berwarna putih. Karena surat suara untuk DPR, DPRD-I, dan DPRD-II, 
masing-masing punya warna yang berbeda-beda. 

Jadi, istilah "golongan putih" lebih untuk mengejek Golongan Karya yang saat 
itu belum berstatus partai - dan berwarna kuning - tapi ikut sebagai peserta 
pemilihan umum. 

Oleh karena itu lambang golput jaman itu dibuat menyerupai tanda gambar Golkar, 
hanya saja diambil bingkai segilimanya yang sama-sama melambangkan Pancasila. 
Selebihnya, kosong. Bukan putih. 

Kalau segilima itu dicetak di kertas berwarna merah, maka yang terlihat 
pastilah warna merah polos dalam bingkai segilima. Begitu juga di kertas 
berwarna lain, termasuk warna kuning, hasilnya tetap bingkai segilima yang 
melingkupi warna kertas ybs. 

Karena populasi kertas di dunia ini didominasi warna putih dan kertas putih 
lebih gampang didapat, maka warna putih dalam bingkai segilima itu lebih 
populer dibanding warna lain. 

Tetapi inti prinsipnya tetap sama yakni, keterbukaan. Apapun warnanya, bingkai 
segilima polos itu terbuka untuk segala gambar. Bukan cuma gambar pohon 
beringin, bintang, serta kepala banteng (atau juga padi-kapas dan rantai), 
tetapi gambar apapun selama nafasnya masih dalam lingkup Pancasila. 

Prinsip keterbukaan inilah yang patut terus diamalkan. Teknisnya, orang bebas 
"masuk" golput selama dia bisa bernafas di sana, dan orang juga bebas keluar 
golput ketika dia menemukan tempat bernafas yang lain. 

Sederhana. Manusiawi. Alamiah. Selama orang merasa udara pengap ini baik untuk 
bernafas, ya dia tidak perlu ikut golput. Tunggu saja sampai dia betul-betul 
sadar bahwa udara sudah begini keruh - atau, justru ketagihan... 

>
> biar orang lain aja nilai diri  putih. abu abu atau hitam..

Penilaian orang bisa berwarna-warni. Yang pasti, apapun warnanya bisa digambari 
segilima. 

>
> keberatan juga jika berpikir semua yg gak milih punya
> pendapat/alasan yg sama  utk tidak ikut ,milih ( ada yg krn 
> sebel  krn gak ada pilihan bagus, ada yg memang cuek , ada yg 
> salah alamat , ada yg sudah dead)

Jangan-jangan cuma Anda sendiri yang mikir kayak gitu (khas para alergi golput 
:) 

Sejauh ini sih kaum golput mengakui punya alasan sendiri-sendiri yang sifatnya 
personal. Bukan ikut-ikutan, bukan karena kampanye, apalagi politik uang. 
Alasan mereka umumnya didasarkan pada tumbuhnya kesadaran bahwa perilaku partai 
di DPR sungguh jauh panggang dari api. Belum lagi kalau bicara soal kecakapan 
KPU. 

Pengakuan dan pendapat golput ini cukup banyak ditulis di sini. Bahkan sdr/i 
yang berniat hajatan golput tanggal 8 besok menyatakan kongres golput itu al. 
untuk menyatukan langkah. Artinya, ini sebuah pengakuan bahwa selama ini 
langkah golput memang tidak seirama (mudah-mudahan peserta kongres tidak 
melupakan sejarah segilima di atas warna apapun). 

Percayalah, kaum golput juga sebel golput diterjemahkan besar-besaran secara 
tunggal dan searah. Mudah-mudahan Kongres bisa kasih tanggapan dari berbagai 
arah. 

>
> maunya yg gak setuju .. tapi punya kemauan bikin partai baru atau 
> pilih ygterbaik aja diantara yg 40

Dari 40 partai peserta pemilu itu adakah yang mendukung suara rakyat untuk 
abstain? Lalu menjadikannya sebagai program partainya untuk diperjuangkan di 
DPR? 

>
> kalau Partai w o itu justru sebuah penyaluran aspirasi yg
> jelas  ada dalam sistim..

Yeah, kenapa mereka nggak mau buat saluran serupa untuk rakyat? Mereka (yang 
cuma wakil) boleh punya sistem saluran begituan, kenapa rakyat nggak boleh 
punya? 

Tempohari ada yang bertanya, ketika memilih lebih dari satu calon apakah dia 
termasuk golput atau abstain? 

Tentu saja lagi-lagi tergantung alasan & niatnya mencoblos. Tapi kalau toh 
niatnya abstain, KPU tetap akan menghitung suaranya sebagai 'suara rusak', 
bukan abstain. Begitulah aturan main dalam sistem bikinan orang partai. 

Nah, dari kasus ini saja jelas kelihatan betapa sistem dibuat untuk tidak 
menghargai suara rakyat. Suara mendukung atau tidak mendukung semua itu adalah 
suara rakyat. Punya nilai yang sama hanya beda bunyi. Apanya yang demokratis 
kalau suara yang abstain saja dinyatakan tidak berbunyi. Tidak dianggap sumbang 
(fals) tapi malah dinyatakan rusak, tidak berguna. 

Kalau cuma satu kali barangkali si pembuat aturan bisa disebut sial, tapi kalau 
sampai berkali-kali - jaman Soeharto saja 7 kali - itu namanya sialan! 

Mereka, orang-orang DPR, bukan orang-orang tolol. Mereka tau tidak memilih 
adalah hak. Tetapi terhadap suara rakyat mereka tidak mau mengakuinya dalam 
sistem. Mereka sengaja membuat sistem yang tidak mengakui rakyat yang tidak 
memilih, bahkan abstain. Suara seperti ini mereka nyatakan hanya sebagai suara 
rusak. Nihil. 

Sialan kan, orang-orang partai itu menggunakan kepinterannya untuk menggelapkan 
suara rakyat. Terang-terangan! Dalam bahasa Kang Kemed preman Malvinas: 
"bermain di lampu terang" - aneh kalau sampai ada yang nggak liat. 

Untuk mengatasi penipuan berdasar undang-undang ini ada banyak cara, al bisa 
dibaca di http://groups.yahoo.com/group/proletar/message/213144

>
> kalau golput sbg kekuatan politik ya gak adalah dalam sistim.. , 
> kecuali nanti ada partai golput..]

Ini tantangan. 

Tantangan yang menyesatkan :) 

Nggak papa. Tantangan seperti ini lazim dilontarkan mereka yang tersesat dalam 
memahami golput. Padahal golput itu cuma semangat, spirit. Dalam hal sistem, 
semangat ini adalah spirit menggugat sistem yang penuh kecurangan dan dimainkan 
terang-terangan - aneh kalau sampai ada yang nggak liat. 

Semangat - dan juga ideologi - adalah hal yang bersifat abstrak. Kalau hal 
abstrak model begini dikonkritkan dalam bentuk organisasi terstruktur, maka 
terjadilah penggembosan bahkan pembusukkan semangat / ideologi ybs. 

Contoh konkritnya, agama. Ketika ia diorganisasikan, maka lahirlah 
kelucuan-kelucuan peradaban. 

Memang, suatu kali Nurcholis Madjid ada benarnya ketika bilang: "Agama Yes; 
Partai Agama No". 

Ngerti kan maksudnya? 

>
> tapi betul lho tokoh tokoh yang menganggap dirinya golput disini 
> adalah ornag yg sangat sy kagumi, ya Pak Cuk, Suhaimi,  Halim 
> dll.. 

Syukurlah. 

Golput biasanya memang nggak perlu ngaku-ngaku. Sudah keliatan dari cara 
pandangnya. 

>
> HS

ajeg= 







      

------------------------------------

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke