Layanan www.pkpi.co.cc :

Waspadai 7 Politik Sesat
[Politik “Matsya-Nyaya, Kompas 8 Januari 2009]






SAMAN (Politik Pesona)

DANDA (Politik Kekerasan)

DANA (Politik Uang)

BHEDA (Politik Pecah Belah)

MAYA (Politik Tipuan)

UPEKSA (Politik Pura-pura)

INDRAJALA (Politik Muslihat)


Editor : DR Ir Pandji R. Hadinoto, MH 
www.nusakapala.co.cc 










/ Home / KOMPAS

Politik "Matsya-Nyaya"
Kamis, 8 Januari 2009 | 00:27 WIB 

Toto Suparto
Indonesia Corruption Watch memperkirakan politik uang akan dominan pada Pemilu 
2009. Politik uang itu menjadi pelicin bagi calon anggota legislatif untuk 
meraih suara sebanyak mungkin.
Hal itu dilakukan caleg akibat putusan uji materi Mahkamah Konstitusi yang 
membatalkan Pasal 214 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum 
Anggota DPR, DPRD, dan DPD (Kompas, 3/1).
Meski politik uang sulit diusut sebagai perkara pidana pemilu, orang bakal 
sepakat bahwa politik uang tidak taat pada etika politik. Apa jadinya jika 
politisi mengabaikan etika politik? Maka, inilah awal dehumanisasi. Politisi 
itu tak menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Ia enggan memperhitungkan 
orang lain, enggan pula bertemu wajah orang lain, dan jangan harap mempunyai 
empati. Kelak yang terjadi, kepentingan rakyat adalah urusan belakangan dan 
kepentingan pribadi atau kelompok menjadi prioritas.
Itulah yang dikhawatirkan terjadi tahun ini saat para politisi bersaing meraih 
kursi kekuasaan melalui Pemilu 2009. Hasrat berkuasa acap membuat mereka 
mengabaikan etika politik. Nafsu memenangi persaingan dalam Pemilu 2009 membuat 
mereka melupakan kesopanan moral.
Ketika etika politik dilupakan, para politisi terdampar pada praktik politik 
Matsya-Nyaya, sebuah gambaran politik ala filsafat India. Matsya-Nyaya 
digambarkan pelukis Pieter Breughel, ”Ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil”.
Tanpa altruisme
Matsya-Nyaya atau hukum ikan ini ingin menggambarkan kehidupan yang tidak 
memiliki kesopanan moral. Matsya- Nyaya merupakan terminologi India, tetapi di 
Barat hukum ikan ini juga dikenal khalayak karena menjadi kelaziman bagi 
politisi di sana. Breughel melukiskan kebiasaan politisi itu dengan kehidupan 
di laut di mana ikan-ikan besar mencaplok ikan kecil. Ketika ikan besar itu 
ditangkap nelayan, dari perut ikan besar itu berhamburan ikan-ikan kecil.
Breughel ingin menggambarkan kehidupan laut yang rakus dan berdarah dingin, 
persis perilaku politik di mana pun dan kapan saja. Politik itu mengorbankan si 
kecil. Nyaris menjadi kelaziman manakala yang besar melahap si kecil. Ini 
sebagai metafora dari sikap yang mendahulukan kepentingan sendiri.
Di sini egoisme mengalahkan altruisme. Egoisme beranggapan satu-satunya tugas 
adalah membela kepentingan diri, sementara altruisme mengajarkan hidupmu 
merupakan sesuatu yang hanya dapat dikorbankan. Masing-masing tak bisa berdiri 
sendiri. Idealnya, egoisme berjalan seimbang dengan altruisme. Apalagi 
moralitas menuntut agar menyeimbangkan kepentingan kita dengan kepentingan 
lain. Dalam bahasa lain, berperilaku seperti ikan besar tidaklah mengikuti 
moralitas.
Begitulah perilaku ikan besar. Mereka terus mendekati ikan-ikan kecil dengan 
berbagai strategi, lalu mencaploknya. Strategi itu digambarkan dalam Matsya- 
Nyaya berupa empat macam pendekatan yaitu saman, danda, dana, dan bheda. Akan 
lebih jitu jika ditambahi dengan maya, upeksa, dan indrajala.
Dalam politik kita, saman bisa diterjemahkan sebagai menebar pesona, danda 
berupa kekerasan, dana sebagai politik uang, dan bheda politik pecah belah. 
Melalui empat upaya ini saja si kecil dibuat tak berdaya. Apalagi jika ditambah 
maya yang bisa diartikan sebagai tipuan, upeksa sebagai kepura-puraan, dan 
indrajala yang lazim diartikan muslihat.
Jika para politisi (dimetaforkan sebagai ikan besar) mempraktikkan cara 
pendekatan itu, maka wong cilik (ikan kecil) menjadi tak berdaya. Saat inilah 
ikan-ikan besar itu dengan mudah mencaplok si kecil. Artian mencaplok di sini 
adalah menguasai sehingga mudah dikendalikan atas kemauan para politisi.
Melawan
Barangkali di antara kita sudah merasakan politik Matsya-Nyaya ini. Jangan 
terkejut, di masa mendatang akan kian terasa dan bisa lebih vulgar lagi. Memang 
inilah pilihan untuk menuju kursi kekuasaan, persis ungkapan dalam satu bagian 
Mahabharata, ”Jika kamu tidak siap berbuat kasar dan membunuh orang, seperti 
nelayan membunuh ikan, lupakan semua harapan untuk meraih keberhasilan besar”. 
Ungkapan ini seolah menegaskan, jangan menjadi politisi jika enggan menerabas 
etika.
Dalam kehidupan laut yang rakus itu, ikan-ikan kecil memberi perlawanan. Ini 
merupakan pesan, melawan itu perlu. Kita tak usah memberi tempat bagi politisi 
yang minus etika. Maka, gerakan menolak politisi busuk menjadi penting. Bukan 
sekadar seremonial, tetapi sungguh-sungguh diwujudkan dalam keseharian.
Melawan bukan berarti menggunakan melulu kekerasan atau cara-cara yang 
dilakukan politisi. Dana bukan dilawan dana, maya bukan ditandingi maya, atau 
bheda dibendung dengan bheda. Semua ini, kata filsuf moral, hanya bisa dilawan 
diri sendiri dengan suara hati.
Suara hati merupakan kesadaran moral dalam situasi nyata, artinya kesadaran 
dalam situasi itu kita bisa memilih antara melakukan yang benar atau yang 
salah, serta bahwa kita tidak boleh melakukan yang salah. Teolog John Henry 
Newman menegaskan, dalam suara hati kita menyadari berkewajiban mutlak untuk 
melakukan yang baik dan benar serta menolak yang buruk dan salah.
Jika kita punya suara hati, maka politik Matsya-Nyaya yang dipraktikkan para 
politisi tidak akan mendapat tempat. Perlawanan ini setidaknya menumbuhkan 
optimisme, politik bisa dijalani secara santun dan beretika. Saatnya kita 
melawan.
Toto Suparto Pengkaji Etika; Berkontemplasi di Parangtritis, Yogyakarta




      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:proletar-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke