nT keknya mampu ngurus Papua namun nT ga bisa lagi mBoong nyalon jadi
gubernurnya. Nah nT (rebutan) jadi presiden RMS saja ya?

--- In proletar@yahoogroups.com, "sunny" <am...@...> wrote:
>
> Refleksi : Salah satu ciri  kolonilisme ialah tidak serius dilakukan
pengelolaan SDA negeri yang dijajah. Hal ini bisa dibaca dalam sejarah
kolonilisme abad lalu. Zaman berubah, tetapi prakteknya terus
dipraktekan oleh pihak penguasa, jadi apa bedanya antara kaum kolonial
klasik dan kontemporer?
>
> http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=26528
>
> 010-10-11
> Pemerintah Tak Serius Tangani Papua Ubah Kebijakan Pengelolaan SDA
>
>
>
>
> [JAKARTA] Pemerintah diminta memperhatikan dan menyelesaikan masalah
Papua dengan sungguh-sungguh. Pemerintah jangan menunggu masyarakat
Papua memberontak dan mendapat tekanan internasional, baru memalingkan
pandangan untuk memperhatikan rakyat Papua.
>
>
> Saat banjir bandang melanda Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua
Barat, pemerintah pusat tidak memberi perhatian serius.
> Selain itu, berbagai persoalan terkait pemberian otonomi khusus
(otsus), termasuk korupsi besar-besaran, dan kemiskinan yang mencapai 35
persen di Papua dan 38 persen di Papua Barat, harus mendapat perhatian
serius pemerintah pusat.
>
>
> Demikian rangkuman pendapat Ketua Sekolah Tinggi Teologi dan Filsafat
Fajar Timur Abepura, Jayapura, Papua, Neles Tebay dan Ketua Majelis
Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH PGI) Dr Karel
Phil Erari, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sofia Maipauw,
kepada SP di Jakarta, Senin (11/10), terkait penanganan banjir Wasior
dan penuntasan berbagai persoalan di Papua. "Sikap dan perhatian
pemerintah yang sangat minim dan reaktif membuat seolah-olah rakyat
Papua bukan rakyat Indonesia. Memang Papua secara geografis jauh dari
Jakarta, tetapi secara psikologis pemerintah harus membuat orang Papua
itu warga negara kelas I di Indonesia sama dengan daerah lainnya.
>
>
> Mengapa bencana alam, di daerah lain, pemerintah sangat tanggap, tapi
Papua seakan ada pembiaran," ujar Neles Tebay.
> Dia meminta pemerintah memberi perhatian kepada Papua sama dengan
daerah lainnya. Kalau pemerintah mau menyelesaikan masalah Papua, jangan
hanya berdialog dengan Gubernur Papua Barnabas Suebu dan Gubernur Papua
Barat, AO Atuuri, serta jajaran pemerintahan.
>
>
> Dialog itu harus dilakukan terbuka dengan tokoh agama, tokoh adat,
Majelis Rakyat Papua (MRP), serta rakyat kecil, termasuk dengan
Organisasi Papua Merdeka (OPM). "Apakah pemerintah menunggu orang Papua
berontak seperti saudara-saudara di Aceh barulah pemerintah memberikan
perhatian yang serius untuk membangun dan menyejahterakan rakyat. Jangan
biarkan rakyat Papua terus menderita dan miskin, sementara tanah Papua
memberikan kekayaan alamnya untuk negara," katanya.
>
>
> Pada kesempatan itu, Neles berharap janji Presiden SBY untuk
mengunjungi warga Wasior, bukan hanya janji belaka. "SBY harus ke sana.
Warga Wasior butuh perhatian karena penderitaan yang mereka alami.
Biarlah ia melihat sendiri apa derita rakyatnya daripada hanya mendengar
laporan, membaca koran, atau menonton televisi tentang penderitaan
rakyatnya," katanya.
> Senada dengannya, Karel Phil Erari mengatakan pemerintah harus
meninggalkan kultur reaktif dalam menangani masalah Papua. Pemerintah
harus mengembangkan budaya dan sikap yang membangun Papua sebagai bagian
dari NKRI serta diperlakukan secara adil dan bermartabat.
>
>
> Dia meminta pemerintah memperhatikan pelaksanaan otsus, terutama
mengevaluasi penggunaan dana. Sebab selama 9 tahun, ternyata otsus tidak
bermanfaat bagi rakyat. Pemerintah pusat serta pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota di Papua dan Papua Barat juga harus menunjukkan sikap
tegas untuk menghentikan hak pengusahaan hutan (HPH) di sana. Selain
itu, pemerintah juga diminta menghentikan dan menyelesaikan masalah
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap semua aspek kehidupan
rakyat.
>
>
> Sofia Maipauw meminta pemerintah menyelesaikan seluruh masalah
kemanusiaan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. "Sangat disesalkan
sikap yang lamban dari pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah
kemanusiaan di Papua, termasuk korban banjir bandang di Wasior,"
ujarnya.Untuk itu, dia meminta pemerintah membentuk tim independen untuk
menyelidiki penyebab bencana banjir di Wasior. Selain itu, pemerintah
juga diminta menyelesaikan semua masalah Papua melalui dialog
kemanusiaan yang adil dan bermartabat.
>
> Kajian Lingkungan
> Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) Berry Nahdian Furqon, Koordinator Nasional Jaringan Advokasi
Tambang (Jatam), Andrie Wijaya, Executive Director Indonesian Center for
Environmental Law, Rhino Subagyo, mendesak pemerintah mengubah kebijakan
pengelolaan sumber daya alam yang selama ini eksploitatif dan tidak
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan hidup. Kebijakan tersebut
menimbulkan berbagai bencana ekologis, termasuk bencana banjir bandang
di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, yang menewaskan sedikitnya 145
orang dan 123 korban dinyatakan hilang. Selain itu, pemerintah diminta
melakukan kajian kondisi lingkungan dalam skala daerah dan nasional yang
menjadi dasar pembuatan rencana pembangunan ke depan.
>
>
> Menurut Berry, bencana Wasior harus menjadi pelajaran bagi pemerintah
terkait pengelolaan lingkungan hidup. Ke depan, pola pembangunan dan
pengelolaan sumber daya alam juga harus menggunakan pendekatan
pengurangan risiko bencana. Data Walhi menunjukkan sekitar 83% wilayah
Indonesia rawan bencana longsor, banjir hingga kebakaran hutan. Selama
10 tahun terakhir telah terjadi 6.000 bencana alam di Indonesia. "Pola
pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam harus dikaji ulang dengan
menggunakan perspektif risiko bencana, kondisi lingkungan, dan dengan
melihat daya dukung lingkungan, serta daya tampung lingkungan," katanya.
>
>
> Menurut Andrie Wijaya, bencana ekologi, seperti di Wasior, berpotensi
terjadi di berbagai daerah di Indonesia karena aktivitas sektor industri
yang mengabaikan pemeliharaan lingkungan, termasuk Hak Pengusahaan Hutan
(HPH). Setidaknya ada 150 usaha pertambangan yang mengalihfungsikan
hutan lindung. "Perubahan bentang alam dan tata guna lahan menyebabkan
wilayah rentan terhadap bencana longsor, seperti Sumatera Utara dan
Papua. Pemerintah daerah tidak pernah belajar, bencana alam akan terjadi
pada daerah eksploitasi yang mengalami alih fungsi lahan dan masyarakat
hanya akan menjadi korban," ujarnya.
>
>
> Untuk itu, dia meminta pemerintah jangan hanya mengejar pendapatan
daerah dari hasil eksploitasi sumber daya alam tanpa mempertimbangkan
daya dukung lingkungan. Sedangkan, Rhino Subagyo mendesak pemerintah
menerbitkan peraturan pemerintah sebagai tindak lanjut UU 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. "Itu akan bisa
mengurangi bencana yang terjadi akibat eksplotasi alam. Selama ini
pemerintah terlalu mudah mengeluarkan izin. Pemerintah juga harus berani
menindak tegas dan mencabut izin HPH serta konsesi lahan yang tidak
sesuai dengan fungsi lingkungan hidup," katanya. Secara terpisah, Menhut
Zulkifli Hasan menyatakan pemekaran wilayah dan pembangunan perkotaan
harus memperhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan. Kota-kota
yang sudah telanjur dibangun harus dievaluasi dan ditata ulang agar
tidak mengalami bencana. Wasior menjadi salah satu contoh perkembangan
kota yang tidak direncanakan dengan baik dan tidak memperhatikan
lingkungan sekitar.
>
>
> Dia menjelaskan kawasan Wasior adalah cagar alam atau konservasi yang
seharusnya tidak boleh dikembangkan menjadi kota. Di wilayah itu tidak
diizinkan kegiatan apa pun, seperti pertambangan dan HPH.  Direktur
Eksekutif Forum Kerja Sama LSM Papua, Septer Manufandu mengakui Kota
Wasior dibangun di kawasan cagar alam Pegunungan Wandibo. Selain
disebabkan pembalakan liar, bencana banjir juga terjadi karena
pembangunan yang tidak mematuhi tata ruang. Hampir 80 persen pembangunan
di daerah itu berada di kawasan konservasi. Tanah di daerah itu juga tak
stabil, tetapi aktivitas pembangunan terus berlanjut.
>
>
> Secara terpisah, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat,
Agung Laksono kepada SP di sela-sela pembukaan acara Asia Pacific
Transformation Conference (APTC) di Jakarta, Minggu (10/10) malam,
menyatakan pemerintah tidak akan segera melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi Kota Wasior, ibu kota Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
"Menurut pengamatan kami, ibu kota Kabupaten Teluk Wondama harus segera
dipindah. Sebab, lokasi saat ini sangat tidak tepat karena rawan bencana
alam," katanya.
> Sedangkan, Mensos Salim Segaf Aljufri menyatakan warga korban bencana
alam di Wasior akan direlokasi. Sebab, wilayah tersebut sudah
luluh-lantak.
> [WK/154/D-11/S-26/N-6/W-12]
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to