http://www.ambonekspres.com/index.php?option=read&cat=53&id=31413

RABU, 13 Oktober 2010 | 585 Hits


Isu SBY akan Digulingkan Merebak

Jakarta, AE.- Ditengah Negara ini dililit banyak masalah, muncul isu tak sedap 
tentang rencana penggulingan Susilo Bambang Yudhoyono dari kursi Presiden.

Semua partai koalisi termasuk PDIP meradang, mereka siap menghadang upaya yang 
dinilai sangat tidak konstitusional tersebut. Partai Demokrat yang menjadi 
pengusung utama SBY menjadi Presiden RI kedua kalinya mulai mewaspadai isu ini. 
PD berharap kritik keras terhadap Pemerintahan SBY tidak berujung pada upaya 
memutus Pemerintahan SBY di tengah jalan. "Sejauh ini kami melihat banyak 
kritik keras dari masyarakat. Kami harap kritik tersebut untuk membangun 
bangsa, jangan sampai hal itu berubah menjadi yang lebih ekstrim lagi sebagai 
upaya menggulingkan Pemerintahan SBY," tegas Wakil Ketum PD, Max Sopacua, 
kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10). Max mengakui 
mencermati statemen sejumlah tokoh seperti Ketum PP Muhammadiyah, Jusuf Kalla 
(JK), dan tokoh-tokoh lainnya yang cukup keras. Max berharap statemen tersebut 
bukan untuk mengobok-obok Pemerintahan SBY. "Artinya jangan sampai 
mengobok-obok Pemerintahan SBY. 

Mengkritisi harus diimbangi dengan memberikan solusi dengan cara yang baik," 
imbau Max. Max menuturkan, pemerintahan SBY adalah pemerintahan yang sah dan 
dipilih langsung oleh rakyat. Karena itu, kata dia, aksi kelompok kecil 
masyarakat tidak akan mampu menggulingkan SBY. "SBY dipilih rakyat secara 
langsung dan memiliki validasi dalam Pemilu. Masyarakat yang bergejolak memang 
butuh solusi, namun tidak sampai ekstrim," terangnya. Sebelumnya Ketum DPP PAN 
yang juga Menko Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan kekhawatirannya terhadap 
upaya penggulingan Pemerintahan SBY. Hatta meminta agar masyarakat menghargai 
demokrasi yang telah dibangun bertahun-tahun dengan susah payah. Meski 
demikian, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak melihat adanya upaya 
penggulingan pemerintahan SBY. PKS meyakini SBY punya strategi mencegah 
penggulingan kekuasaan. "Saya yakin bahwa aparatur di sekeliling Presiden itu 
sudah mempunyai kemampuan untuk membuat daya tangkal terhadap persoalan yang 
ada dan saya sendiri heran muncul kekhawatiran dari Pak Hatta Rajasa yang 
adalah Menko Perekonomian," kata Ketua FPKS DPR, Mustafa Kamal. Mustafa 
menilai, kekhawatiran Hatta Rajasa tersebut tidak beralasan. 

Mustafa balik mempertanyakan alasan Hatta memunculkan isu tersebut di tengah 
situasi politik yang kini tengah stabil. "Kekhawatiran yang tidak ada bisa 
menjadi ada, kalau seorang Menko Perekonomian yang menyampaikan. Kita lebih 
menyayangkan pernyataan Menko Perekonomian karena itu bukan kompetensi Pak 
Hatta tapi Presiden," papar Mustafa. Mustafa berharap Hatta lebih konsentrasi 
mengurus perekonomian nasional. Ia mengatakan, statement seorang menteri sangat 
berpengaruh pada psikologis rakyat Indonesia. "Harusnya mengeluarkan statement 
terkait pertumbuhan perekonomian kita, jangan melangkahi Presiden," kata 
Mustafa. Dalam setahun memimpin, Presiden SBY-Wapres Boediono terus 
dibombardir. Isu terorisme, kerusuhan, anggaran, suara-suara yang menyatakan 
pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat, hingga suara yang menyatakan 
pemerintah harus diganti. 

Tepat setahun pemerintahan SBY-Boediono pada 20 Oktober mendatang, berhembus 
isu ada demo besar untuk menggulingkan SBY. Namun pengamat politik AAGN Ari 
Dwipayana menilai penggulingan SBY hanyalah wacana. "Itu ekspresi ketidakpuasan 
dari gerakan ekstraparlemen, itu gerakan di luar politik formal. Ini terjadi 
karena kegagalan parlemen menjalankan fungsi kontrol dan perimbangan. 

Tapi ini lebih ke politik wacana. Tidak mendongkel, pertarungan wacana," ujar 
staf pengajar UGM ini kemarin. Laku tidaknya wacana ini di tengah masyarakat 
sangat tergantung kredibilitas dari pencetusnya. Kalau tokohnya dianggap 
penting, maka bisa saja mendapat dukungan masyarakat. Tidak hanya itu, 
persoalan yang diangkat juga harus dilihat apakah sesuai dengan agenda 
mansyarakat. "Kalau mengangkat isu yang tidak sesuai dengan realitas dan 
tokohnya tidak kredibel ya tidak akan diperhatikan masyarakat," sambung Ari. 
Dia melihat fenomena ini bukanlah bentuk konspirasi untuk mendongkel SBY. 
Sebagian kalangan hanya memberikan alternatif wacana. Untuk itu, pemerintah SBY 
diminta tidak menanggapi secara reaktif. 

Sebaliknya SBY harus mampu menanggapinya dengan data akurat. Sebab demokrasi 
substantif itu lebih menekankan argumen dan data, bukan retorika. Kekuatan 
ekstraperlementer bisa membesar kalau pemerintah tidak berjalan efektif dan DPR 
tidak bersuara. Kurangnya kontrol kepada pemerintah muncul sebagai akibat 
lemahnya sistem yang oligarkhis. "Jadi wajar ketika banyak yang mencari 
ruang-ruang untuk berekspresi. Tidak aneh, asal saja gerakan 
ekstraparlemenennya yang civilized. Untuk ini ada bermacam metode, ada yang 
berwacana, menulis pemikiran dan kritik atau aksi damai," tutur Ari. Ari 
mengimbau agar gerakan-gerakan semacam itu tidak selalu dicurigai sebagai 
bentuk protes untuk menjatuhkan. "Jangan terlalu cepat menyimpulkan. Ini saya 
kira hanya upaya untuk membangun wacana tanding. Semoga masyarakat bisa 
memilih," tutupnya. NU MENDUKUNG PEMERINTAH PBNU mendukung pemerintahan yang 
sah yang berkuasa saat ini. PBNU juga tidak terlibat dalam isu menggulingkan 
pemerintahan 

SBY dan tidak berurusan dengan pertemuan mahasiswa bertema "Seruan Nasional 
Bergerak Menyelamatkan Indonesia" yang digelar di gedung PBNU hari Minggu 
(10/10) yang dihadiri Adhie Massardi. "Mobilitas yang menggunakan gedung PBNU 
itu kan tinggi. Kegiatan itu bukan agenda dari pengurus besar NU. Tidak ada 
pengurus besar NU yang hadir dalam pertemuan itu," kata Ketua Kominfo dan 
Publikasi PBNU Sulthan Fatoni kemarin. Sulthan menjelaskan saat kegiatan yang 
antara lain dihadiri aktivis GMNI, PMKRI, IMM, dan PMII ini, tidak ada pengurus 
PBNU yang mengantor, sehingga tidak mengetahui persis diskusi dan tema yang 
dibahas dalam kegiatan tersebut. Namun setelah mendapatkan kabar mengenai 
pembahasan dalam kegiatan itu terkait dengan politik praktis, Wakil Ketua Umum 
PBNU H As'ad Said Ali langsung memberikan instruksi bahwa kegiatan seperti itu 
melanggar kesepakatan PBNU. "Dalam muktamar PBNU di Makassar, mengenai politik 
praktis tidak akan dilakukan dan melanggar kesepakatan yang telah ada. 

Program kita ditekankan pada sosial, keagamaan, dan ekonomi," jelasnya. Menurut 
Sulthan, PBNU menilai kalau pemerintahan yang terpilih dan sudah mendapatkan 
legitimasi dari masyarakat adalah pemerintahan yang sah. Pemerintah yang sudah 
mempunyai amanah dan kegiatan yang berorientasi pada pembangunan masyarakat, 
PBNU tentu mendukungnya. "Kalau pemerintahan itu sudah tidak menjunjung tinggi 
prinsip-prinsip HAM dan tidak berorientasi kepada masyarakat lagi, NU akan 
membuat forum resmi. Forum untuk menilai dan membahas mengenai hal itu. Tapi 
sejauh ini belum ada," ujarnya. PBNU juga belum melihat ada yang istimewa dari 
gerakan tanggal 20 Oktober mendatang. Jika memang ada yang tidak benar dalam 
pemerintahan, PBNU punya caranya sendiri untuk menyalurkan pendapat. Bukan 
melakukan aksi-aksi gerakan melawan pemerintah. "Itu bukan kultur NU. Kalau 
istimewa tentu pemimpin-pemimpin NU sudah ada di Jakarta semua. 

Kita biasanya silahturrahmi memberikan masukan secara tertulis, dialog. Kita 
perjuangkan kepentingan masyarakat semampunya. Tidak ada gerakan perlawanan," 
cetusnya. Rencana unjuk rasa memperingati satu tahun pertama pemerintahan 
SBY-Boediono hasil dari pertemuan sejumlah aktivis dan organisasi mahasiswa di 
kantor PBNU, Jakarta, pada Minggu (10/10). Pertemuan yang diberi nama 
'Konsolidasi Seruan Aksi: Pemerintah SBY Sudah Gagal' ini lalu berencana 
menggelar aksi pada 20 Oktober 2010 mendatang. 

Di dalam pertemuan itu Adhie Massardi selaku Ketua Gerakan Indonesia Bersih 
(GIB) menyerukan aksi untuk mengganti pemerintah SBY sebelum 2014. "Pemerintah 
sudah harus diganti. Ganti pemerintahan citra. Tidak bisa tidak pemerintah 
harus sudah turun sebelum 2014," ujar juru bicara era pemerintahan Gus Dur itu. 
KETUA DPR KLARIFIKASI Sejumlah tokoh nasional mengadakan pertemuan di gedung PP 
Muhammadiyah yang membicarakan kondisi terkini bangsa Indonesia. Tetapi mereka 
sama sekali tidak membuat pernyataan bersama bahwa pemerintahan SBY harus 
diturunkan. 

Demikian klarifikasi Ketua DPR Marzuki Alie mengenai materi pertemuan sejumlah 
tokoh politik terkait wacana penggulingan Presiden SBY. Marzuki Alie hadir 
dalam pertemuan yang berlangsung Jumat (8/10) lalu di kantor PP Muhammadiyah, 
Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat. "Saya berpikir pertemuan itu tidak ada 
kaitannya dengan wacana untuk menggulingkan pemerintah," kata Marzuki kemarin. 
Seperti diberitakan sejumlah media, pada Jumat (8/10/2010) lalu sejumlah tokoh 
berkumpul di kantor PP Muhammadiyah. 

Di antaranya adalah Din Syamsuddin, Jusuf Kalla (JK), Wiranto, Taufiq Kiemas, 
Sutiyoso, Mahfud MD, Soetrisno Bachir, Marzuki Alie dan Rizal Ramli. Atas nama 
pribadi mereka membuat pernyataan cukup keras mengenai kondisi terkini bangsa. 
"Tapi yang bilang pemerintah gagal hanya satu, Rizal Ramli. Hanya Rizal Ramli 
yang meminta SBY turun, lainnya moderat," ungkap Marzuki. Sedangkan pernyataan 
bersama para tokoh, tercermin dalam pidato Din Syamsuddin. Inti pidato Ketua 
Umum PP Muhammadiyah itu bahwa sekarang ini dirasakan ada permasalahan bangsa 
dan memerlukan tawaran solusi yang konkret. "Saya justru mengomentari bahwa 
bangsa ini kurang bersyukur. 

Saya prihatin bahwa pimpinan kita selalu jatuh secara tidak enak," sambung 
Marzuki. Menurut politisi senior PD ini, sebenarnya capaian demokrasi yang 
Indonesia jalankan sejak mulai bergulirnya era reformasi 12 tahun silam cukup 
banyak. Tetapi capaian tersebut kurang disyukuri dan cepat tertutup oleh gegap 
gempita dinamika politik nasional yang silih berganti. Salah satu capaian 
bidang demokrasi yang menurut Marzuki Alie cukup monumental adalah dipilihnya 
Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI pada 2001.

 Bandingkan dengan Amerika Serikat yang sudah ratusan tahun menyatakan diri 
sebagai negara demokratis tapi belum pernah ada wanita menjadi Presiden AS dan 
baru sekarang warga kulit hitam yang jadi Presiden AS. "Walau demokrasi kita 
masih banyak kekurangan, tapi patut disyukuri. Bila ada masalah, mari kita 
selesaikan sesuai mekanisme hukum," imbuh dia. Lebih lanjut Marzuki menyitir 
pernyataan Rizal Ramli bahwa Pemilukada adalah kriminal. Dia sependapat masalah 
tersebut lebih terkait kepada UU Pemerintahan Daerah yang menjadi domain DPR 
dan karenanya tidak bisa serta merta ditimpakan sebagai kesalahan Presiden SBY. 
"Artinya kita perbaiki UU dan itu domain DPR. Kita terbuka untuk dialog dan 
diskusi, mari bersama-sama perbaiki UU yang masih bermasalah," ujar Wakil Ketua 
Dewan Pembina PD itu. (dtc) 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke