Si @Wandu saja yg ga masuk lalu menzalimi ki-ka.

Maunya sebaliknya juga, dokter yang kasih award kepada perusahaan obat,
(baik jamu maupun kimia) maupun food suplement.  Food supllement
termasuk
makanan bayi. Obat-obatan termasuk yg utk kirik-kucing-bonobo.

Lalu dokter vs dokter dan perusahaan obat demikian juga. Jadi bakalan
rame


--- In proletar@yahoogroups.com, Scheherazade Scheher
<scheherazade2...@...> wrote:
>
> Dari judulnya saja sudah perbuatan kriminal muskit ini selalu ngaco
terus2an
> karena penasaran dengan isu ini, dengan terpaksa waktu kerja
dikorbankan
>  sebentar unutuk googling. Search key-nya sederhana : “fee
perusahaan
> farmasi ke dokter”. Hasilnya lumayan, dan dua artikel nanti
akan saya copas di
> bawah ini, karena sudah mewakili topic ini.
>
> Ternyata,
> perselingkuhan ini sudah lama terjadi di Indonesia. 
‘Legalisasi’
> pemberian fee/tip/fasilitas dari perusahaan/industri farmasi ke
dokter,
> kalau di profesi lain sama dengan suap/korupsi dari vendor /kontraktor
> ke project owner/panitia lelang.
>
> Secara awam, untuk memutus rantai ini, minimal untuk meng-ilegalkan
praktek ini, IDI cukup menambahkan kode etik berikut :
> “Dokter
>  dilarang untuk menerima pemberian dari Industri Farmasi dan/atau
> jaringan distribusinya  dalam bentuk apapun (fee, tip, tiket,
fasilitas,
>  dll)”
> Hal semacam ini juga sudah dilakukan oleh profesi lain
> (meskipun korupsi tetap jalan terus, tetapi minimal kita tahu dan
sadar
> sepenuhnya bahwa hal tersebut ilegal alias harom).
>
> Apakah hal
> semacam ini juga terjadi di negera-negara lain? Ternyata setali tiga
> uang.
>
> --- On Wed, 11/3/10, muskitawati muskitaw...@... wrote:
>
> From: muskitawati muskitaw...@...
> Subject: [proletar] Penghargaan Farmasi Ke Dokter Bukan Sogok Bukan
Korupsi !!!
> To: proletar@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, November 3, 2010, 3:07 AM
>
>
>
>
>
>
>
> Â
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>       Penghargaan Farmasi Ke Dokter Bukan Sogok Bukan Korupsi !!!
>
>
>
> Dokter dikatakan sukses dalam professinya apabila dia berhasil
mengobati pasien se-banyak2nya.
>
>
>
> Jadi, dokter juga bersaing dalam merebut pasiennya melalui prestasi
hasil pengobatannya.  Dan pengobatan yang berhasil tentunya didasari
kemampuan atau ketajamannya dalam menegakkan diagnosa, dan barulah
kemudian ditunjang dengan pemilihan obat2 yang tepat bagi pasien-nya.
>
>
>
> Secara umum, obat2 yang mahal harganya jauh lebih manjur meskipun
tidak selalu karena juga tergantung dari response penerimaan pasien2nya.
>
>
>
> Demikianlah, untuk pasien2 yang mampu biasanya meminta dokternya
memilihkan obat2 yang terbaik.  Sedangkan untuk pasien2 yang kurang
mampu dipilihkan obat yang termurah dengan response yang terbaik.
>
>
>
> Oleh karena itu, untuk memastikan response masing2 obat terhadap
pasien itu yang kadang kala dibutuhkan kunjungan dokter beberapa kali.
>
>
>
> Begitulah kira2 kerjaan professi seorang dokter.  Jadi bila dalam
suatu waktu ada detailmen yang datang yang membujuk dokternya untuk
menulis resep obat2 produksi pabriknya dengan janji2 uang atau hadiah,
maka biasanya yang dilakukan sang dokter adalah menghitung berapa kali
atau berapa jumlah tablet dari produksi pabrik tsb yang diresepkan ke
pasiennya.  Dalam hal ini bukan berarti sang dokter mata gelap tanpa
pertimbangan semua pasien diberikan obat yang sama untuk mengejar target
hadiah yang dijanjikan pabrik obat ybs.  Bukan gitu cara kerja dokter,
karena kalo obatnya terlalu mahal maka tidak mungkin sang dokter akan
meresepkan kepada pasien2nya yang kurang mampu, karena obatnya malah
tidak dibeli si pasien dan sang dokter akan ditinggalkan atau kehilangan
pasiennya.
>
>
>
> Apa yang saya gambarkan diatas berlaku untuk dokter2 lulusan yang
sebenarnya yang disumpah dengan sumpah "Hipocrates".  Memang sekarang
banyak lulusan dokter2 Syariah yang disumpah dengan kitab suci AlQuran,
dan mereka dipastikan tidak profesional dan tidak pernah ada yang
terkenal sukses dalam pengobatan karena mereka mengobati bukan dengan
khasiat obatnya melainkan khasiat keimanan Islam yang ditunjang kepada
Allahnya.
>
>
>
> Jadi untuk dokter2 Syariah ini sebenarnya tidak bisa dikategorikan
sebagai dokter dan bukan profesi dokter melainkan dukun klenik.  Dan
dokter seperti ini sekarang banyak menyebar diseluruh RI dengan berbagai
spesialisasinya sehingga nilai professi kedokteran di Indonesia jatuh
dimata dunia kedokteran Internasional.  Mereka bisa saja disogok untuk
menipu pasien2nya karena diberi hadiah oleh masing2 pabrik obatnya. 
Dokter2 seperti ini tidak mengerti ilmu kedokteran, karena pengetahuan
kedokterannya pun diajarkan oleh detailer2nya.  Memang dokter2 seperti
ini telah meresahkan masyarakat di Indonesia tetapi belum pernah ada
pasien yang berani memberitakannya karena takut dituduh sebagai
penistaan terhadap agama Islam.
>
>
>
> Saya sebagai seorang dokter yang professional merasa sangat prihatin
dengan kehancuran dunia kedokteran di Indonesia atas ulah dukun2
Islamiah yang menyaru jadi dokter ini melalui legitimasi fakultas
kedokteran Islam yang tidak mengajarkan ilmu kedokteran melainkan ilmu
pengobatan dari AlQuran.
>
>
>
> Saya pernah ketemu dokter spesialis ginjal di Indonesia yang lulusan
dokternya dari Fakultas Kedokteran Islam, hebatnya dokter ini bisa
mengobati penyakit ginjal dengan kencing onta tanpa lebih dulu
pemeriksaan Lab.  Kalo pasiennya kebetulan sembuh, maka si dokternya
menyombongkan ketakwaan dirinya kepada Allah.  Tetapi kalo pasiennya
mati, maka yang disalahkan adalah pasiennya yang tidak menuruti petunjuk
dosis kencing ontanya sehingga dianggap murtad terhadap Allahnya.  Moga2
anda bisa pandai2 menghindari menjadi korban dokter2 palsu tapi aseli
seperti ini.
>
>
>
> > syahrul darwin syahruldarwin@ wrote:
>
> > kemudian dengan berdus-dus bukti
>
> > transfer Bank serta laporan
>
> > detailman tentang beaya operasional
>
> > mereka, pada  dokter di Seluruh
>
> > Indonesia yang ada pada saya.
>
> > jadi, sulit bagi saya menyebut dengan
>
> > "Oknum" mungkin saya salah berasumsi
>
> > tentang "oknum" karena oknum itu
>
> > untuk ruang lingkup yang masih kecil.
>
>
>
> Lalu dimana salahnya soal transfer bank dan biaya operasional
detailman???
>
>
>
> Semua itu legal, setiap pabrik obat sama dengan pabrik sepatu berhak
mengiklankan produksinya.  Bedanya hanyalah media yang digunakan, kalo
mengiklankan produksi sepatu menggunakan media publik, maka untuk
mengiklankan produksi obat2 lebih digunakan media professional bukan
media publik.
>
>
>
> Setiap pabrik obat memang selalu tersedia biaya promosi yang sudah di
budgetkan, sehingga tidak bisa lah dinamakan konspirasi.  Kalopun ada
dokter2 tertentu yang menggunakan obat2 produksi farmasi tertentu, tidak
mungkin karena disogok, karena dokter mendapatkan nafkahnya dari pasien
bukan dari pabrik farmasi.
>
>
>
> Kalopun ada pabrik farmasi yang memberi penghargaan kepada dokter2
tertentu, bukan se-mata2 karena ada kontrak konspirasi tetapi sebagai
bagian promosi untuk dijadikan rujukan pemasaran produksinya menjadi
lebih reliable di dunia profesi kedokteran itu sendiri.
>
>
>
> Ada kalanya, sebuah pabrik Farmasi memberikan sejumlah besar dana
kepada dokter yang top untuk melakukan study produksi obatnya.  Misalnya
pabrik Lederle memberikan dana jutaan dollar kepada sekumpulan dokter
yang terpilih untuk melakukan study penggunaan Artane untuk pengobatan
Glaucoma, dan hasil study ini kemudiannya dijadikan rujukan oleh FDA
untuk mengakui bahwa "Artane" adalah obat yang tepat untuk pengobatan
Glaucoma.  Dalam kasus ini, jelas dokter2 yang terpilih jadi kaya akibat
berhasil meyakinkan FDA akan hasil penelitian mereka.
>
>
>
> Demikianlah, antara Dokter, Farmasi, dan FDA selalu ada kerja sama
dimana masing2 memiliki privilege yang terpisah.  Jadi dalam banyak
kasus pabrik2 Farmasi sering harus mengorbankan dana2nya untuk study2
yang gagal malah produksinya dilarang FDA.
>
>
>
> Demikianlah, dokter terima dana untuk tujuan tertentu dari perusahaan
Farmasi adalah legal, tidak ada larangan.  Mal-Practice baru menjadi
bahan aduan apabila terjadi reversed response patient terhadap obat,
yang dalam hal ini diajukan ke lembaga ethik kedokteran dan ke
pengadilan untuk diselidiki siapa yang bertanggung jawab.
>
>
>
> Jadi sekali lagi, disini adalah TANGGUNG JAWAB PROFESSIONAl bukan
urusan bayaran yang diterima dokter dari pasien atau urusan hadiah dari
pabrik Farmasinya.
>
>
>
> Ny. Muslim binti Muskitawati.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to