Refleksi : Kalau penduduk berpendapatan cukup untuk hidup, mereka bisa  makan 
daging tiap hari, teristimewa yang berpendapatan rendah atau  mereka miskin 
tidak perlu tunggu hari raya baru bisa mencicp daging sedekah dari kaum berada.

http://www.antaranews.com/berita/1289973525/bersahabat-dengan-sapi-pak-presiden

Bersahabat Dengan Sapi Pak Presiden
Rabu, 17 November 2010 12:58 WIB | Artikel | Pumpunan | Dibaca 369 kali
F.X. Lilik Dwi Mardjianto


Jakarta (ANTARA News) - Dua ekor sapi itu berada di dalam komplek Masjid 
Istiqlal, Jakarta, Rabu pagi. Keduanya diikat dengan tali kekang pada bagian 
leher dan kepala. Kemudian, tali kekang itu diikatkan pada dua batang pohon.

Kedua sapi itu berada di dalam taman, tepat di samping salah satu pintu masuk 
masjid yang konon paling besar se-Asia Tenggara itu.

Pintu masuk itu adalah pintu khusus karena akan dilewati oleh Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono. Presiden dan Ibu negara berada di 
Masjid Istiqlal untuk menunaikan shalat Idul Adha 1431 H.

Dinding di sekitar pintu masuk itu berhias kain warna-warni. Warna merah, 
putih, dan biru sangat dominan di ruangan itu.

Sejumlah pejabat negara dan beberapa pasukan pengamanan bersiaga di lokasi 
tersebut. Bahkan, taman tempat dua ekor sapi itu berada juga tak luput dari 
penjagaan khusus.

Singkat kata, dua ekor sapi yang akan dikurbankan itu beruntung. Bagaimana 
tidak? berdasar pantauan, hanya 

dua sapi itu--selain tentunya para pejabat negara--yang bisa berada di dekat 
presiden saat orang nomor satu itu memasuki Istiqlal. Sementara itu, hewan 
kurban yang lain ditempatkan jauh dari pintu masuk tersebut.

Maklum saja, dua ekor sapi itu adalah hewan kurban yang diserahkan oleh 
Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono kepada pengelola Masjid Istiqlal.

Meski berada di taman dan dekat dengan pintu masuk bagi presiden, kedua sapi 
itu terlihat tidak begitu nyaman.

Kedua hewan kurban itu beberapa kali mengibaskan ekor ke segala arah. Mereka 
bahkan kadang memukulkan ekor ke bagian tubuh tertentu.

Mereka hentakkan kaki keras-keras, sambil sesekali mendongakkan kepala ke atas 
sehingga tali kekang yang membelenggu mereka menegang.

Sapi-sapi itu terlihat berusaha menghilangkan tanah basah yang melekat pada 
kaki mereka, dengan menghentakkan kaki atau mengoleskan tanah itu ke pohon atau 
bagian tubuh yang lain.

Hanya sebagian kaki-kaki sapi itu yang kotor. Selebihnya, kedua sapi itu tampak 
putih bersih. Tidak ada bercak tanah basah atau kotoran lain melekat pada tubuh 
hewan tambun itu.

Adalah Wahyu Yunus yang mampu mengenali gerak tubuh sapi-sapi tersebut. Dia 
bahkan berani menegaskan, kedua sapi itu tidak merasa nyaman berdiri di tanah 
basah yang mengotori sebagian kakinya.

"Biasanya mereka berdiri di atas karpet karet," katanya tenang.

Bersama saudaranya, Muqorrobin Yunus, Wahyu bagaikan sahabat karib kedua sapi 
itu. Mereka begitu mengenal tingkah laku dan kebiasaan dua hewan kurban itu.

Wahyu Yunus dan Muqorrobin Yunus adalah kakak beradik yang didaulat untuk 
merawat sapi pesanan Presiden dan Wakil Presiden.

Bersama ayah mereka, Wahyu dan Muqorrobin mengelola bisnis perawatan sapi di 
kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

Menurut Wahyu, bisnis yang dikelola keluarganya selalu diminta oleh pihak 
Istana Kepresidenan untuk merawat sapi khusus, terutama setiap kali presiden 
dan wakil presiden akan berkurban pada Hari Raya Idul Adha.

Dengan bangga, Wahyu Yunus mengaku telah merawat "sapi kepresidenan" yang 
dijadikan hewan kurban sejak Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada 
2004.

Yunus bersaudara merawat sapi milik Presiden dan Wakil Presiden selama kurang 
lebih satu bulan, sebelum dikurbankan di Istiqlal.

Kakak beradik itu membagi pekerjaan untuk menunaikan tugas mulia tersebut. Sang 
kakak, Wahyu Yunus, bertugas mengurus sapi milik Presiden Yudhoyono. Sedangkan 
si adik, Muqorrobin Yunus, bertugas merawat sapi pesanan Wakil Presiden 
Boediono.

Meski ada pembagian tugas, mereka saling membantu dalam bekerja. 

Setiap sapi memiliki sifat berbeda, kata Muqorrobin Yunus. Untuk tahun ini, 
sapi milik Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono cukup emosional.

"Mereka kadang marah, tidak mau dipegang bagian tubuh tertentu," katanya.

Menurut Muqorrobin, sapi-sapi itu juga tidak senang jika tidak ditempatkan di 
tempat yang tidak senyaman lokasi perawatan.

Dia kemudian menjelaskan, sapi-sapi pesanan itu tidak nyaman berdiri di atas 
tanah basah di samping Istiqlal karena keduanya biasa berdiri di lantai yang 
dilapisi karpet yang terbuat dari karet.

Meski demikian, Yunus bersaudara memperlakukan sapi-sapi "istimewa" itu laiknya 
sahabat. Mereka merawat dan memberikan makanan khusus.

Mereka juga memandikan sapi-sapi itu secara rutin terutama menjelang dibawa ke 
Istiqlal, tempat penyerahan sapi dari Presiden Yudhoyono kepada pengelola 
masjid.

Selain itu, kakak beradik itu juga menyediakan makanan sehat. Secara rutin, 
mereka menyediakan kulit jagung, ampas tahu, kedelai, dan singkong untuk pakan.

Muqorrobin menjelaskan, berbagai jenis pakan itu digiling atau diaduk menjadi 
satu. Adonan pakan itu kemudian dicampur garam secukupnya supaya lebih berasa.

Tidak ada waktu khusus untuk memberi makan sapi-sapi itu. Menurut Muqorrobin, 
sapi pesanan presiden dan wapres itu hobi makan.

"Jadi kalau sudah terlihat lapar, ya langsung kita kasih makan lagi," katanya.

Muqorrobin mengatakan, pakan khusus itu terbukti menyehatkan dan bisa menambah 
bobot sapi. Setelah menjalani perawatan sebulan penuh, katanya, sapi milik 
presiden berbobot 1,8 ton dan sapi milik wakil presiden berbobot 1,2 ton dalam 
usia tujuh tahun.

Meski bercerita banyak tentang cara perawatan sapi, Yunus bersaudara tidak mau 
buka mulut ketika ditanya tentang jenis dan harga sapi yang beratnya diukur 
dalam satuan "ton" itu.

Keduanya juga tidak mau menjawab ketika ditanya jumlah honor untuk merawat dua 
"sapi kepresidenan" itu.

Berdasarkan ciri fisik, sapi milik presiden dan wakil presiden itu termasuk 
jenis Sapi Ongole. Setidaknya hal itu diuraikan dalam laman Kementerian 
Pertanian.

Ciri-ciri fisik Sapi Ongole yang diuraikan dalam laman itu sama persis dengan 
ciri sapi milik presiden dan wakil presiden yang "dipajang" di Masjid Istiqlal.

Sapi Ongole adalah sapi potong yang berwarna putih. Beberapa bagian tubuhnya, 
terutama ujung ekor dan hidung, berwarna hitam. 

Sapi jenis ini bergelambir, mulai dari rahang hingga dada. Dia berbadan besar, 
panjang, berpunuk, dan bertanduk. Hewan ini juga memiliki daya adaptasi yang 
cukup baik, serta bisa tumbuh dengan cepat.

Sedangkan data Dinas Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat pada September 
2010 merinci, harga sapi jenis ini bisa mencapai Rp35 ribu per kilogram berat 
hidup. 

Sementara itu, Kementerian Pertanian pada Mei 2010 menyatakan harga rata-rata 
sapi potong adalah Rp25 ribu per kilogram berat hidup.

Berdasar harga rata-rata sapi potong versi Kementerian Pertanian, maka Presiden 
Yudhoyono harus mengalokasikan dana sedikitnya Rp45 juta untuk membeli seekor 
sapi dengan berat 1,8 ton. Sebuah harga yang jauh lebih tinggi daripada harga 
sapi milik korban dan pengungsi letusan Gunung Merapi yang akan diganti 
pemerintah dengan uang Rp5 juta sampai Rp10 juta per ekor.

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke