http://www.equator-news.com/index.php?mib=berita.detail&id=23079


Minggu, 28 November 2010 , 06:33:00

100 Tahun Pemerintahan Lanun Tionghoa di Sukadana
Misteri yang Belum Terpecahkan


 
Peneliti sejarah sedang berada di kompleks kuburan Tionghoa di lereng Gunung 
Palung Sukadana. (FOTO: Kamiriludin/Equator)


SUKADANA. Data yang terhimpun ini dikutip dari buku-buku kolonial Eropa (lebih 
banyak versi Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris,) Tiongkok kuno, dan Jepang 
kuno. Orang Lanun (Ilanun atau Iranun) adalah suku bangsa yang berasal dari 
wilayah Filipina Selatan. 


Suku bangsa Lanun terkenal sebagai bajak laut yang ditakuti di perairan Asia 
Tenggara pada abad ke-17 hingga 19. Orang Lanun seasal dengan suku Maranau yang 
bertempat tinggal di tengah pulau Mindanao (Filipina Selatan).

Kata Lanun berasal dari bahasa Mangindao, I-lanao-en, yang berarti "orang 
danau", yaitu danau Lanao yang berada di tengah pulau Mindanao. Dalam bahasa 
Indonesia-Malaysia kata lanun menjadi sinonim dengan bajak laut, tanpa 
menghubungkannya kembali dengan suku bangsa Lanun.

Di Indonesia termasyhur Suku Laut atau sering juga disebut Orang Laut adalah 
suku bangsa yang menghuni Kepulauan Riau. Secara lebih luas istilah Orang Laut 
mencakup "berbagai suku dan kelompok yang bermukim di pulau-pulau dan muara 
sungai di Kepulauan Riau-Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan pesisir dan 
pulau-pulau di lepas pantai Sumatera Timur dan Semenanjung Malaya bagian 
selatan.


Secara historis, Orang Laut dulunya adalah perompak, namun berperan penting 
dalam Kerajaan Sriwijaya, Imperium Majapahit, Kesultanan Malaka dan Kesultanan 
Johor. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang 
ke pelabuhan kerajaan-kerajaan itu, dan mempertahankan hegemoni mereka di 
daerah itu.
Bahasa Orang Laut memiliki kemiripan dengan Bahasa Melayu dan digolongkan 
sebagai Bahasa Melayu Lokal. Saat ini mereka umumnya bekerja sebagai nelayan. 
Seperti suku Bajau Orang Laut kadang-kadang dijuluki sebagai "kelana laut" 
karena mereka hidup berpindah-pindah di atas perahu.


Pada abad ke-18 peranan Orang Laut sebagai penjaga Selat Malaka untuk 
Kesultanan Johor-Riau pelan-pelan digantikan oleh suku Bugis.


Orang lanun mendapat kehormatan di Filipina Selatan, sehingga berdirilah 
Kesultanan Sulu adalah sebuah pemerintahan Muslim yang pernah suatu masa dahulu 
menguasai Laut Sulu di Filipina Selatan. 
Sekitar era 1450-an, seorang Arab dari Johor yaitu Shari'ful Hashem Syed Abu 
Bakr tiba di Sulu. Pada tahun 1457, ia mengakomodir kekuatan perantau laut dan 
mendirikan Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif 
Sultan Hashem Abu Bakr". Gelar "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan 
sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang Dipertuan.


Pada zaman kegemilangannya, negeri ini telah meluaskan perbatasannya dari 
Mindanao hingga negeri Sabah (Malaysia modern sekarang). 


Dalam Kakawin Nagarakertagama, negeri Sulu disebut Solot, salah satu negeri di 
kepulauan Tanjungnagara (Kalimantan-Filipina) yaitu salah satu kawasan yang 
menjadi daerah pengaruh mandala kerajaan Majapahit di Nusantara. Negeri Sulu 
terletak di lepas pantai timur laut pulau Kalimantan.


Pada tahun 1703, Kesultanan Brunei menganugerahkan Sabah Timur (sekarang 
Malaysia) kepada Kesultanan Sulu atas bantuan mereka menumpas pemberontakkan di 
Brunei. 


Pada tahun yang sama, Kesultanan Sulu menganugerahkan Pulau Palawan (sekarang 
Filipina) kepada Sultan Qudarat dari Kesultanan Maguindanao sebagai hadiah 
perkawinan Sultan Qudarat dengan puteri Sulu dan juga sebagai hadiah 
persekutuan Maguindanao dengan Sulu. Sultan Qudarat kemudian menyerahkan 
Palawan kepada Spanyol.


Kesultanan Maguindanao adalah sebuah pemerintahan Melayu Islam yang memerintah 
sebagian Mindanao di Filipina selatan. Pengaruh kesultanan ini berkembang dari 
semenanjung Zamboanga ke teluk Sarangani. Di masa keemasannya, kesultanan ini 
memerintah seluruh Mindanao dan juga pulau-pulau yang berdekatan.


Sebelumnya, Shariff Mohammed Kabungsuwan dari Johor memperkenalkan agama Islam 
di tanah ini pada abad ke-12. Ia kemudian menikah dengan puteri setempat dan 
mendirikan Kesultanan Maguindanao dimulai sekitar tahun 1203 hingga 1205. 
Kesultanan ini pada mulanya beribukota di kawasan Cotabato. Kesultanan ini 
jatuh ke tangan Kerajaan Spanyol dan akhirnya menjadi sebagian dari Filipina.


Sebenarnya, perompakan sudah lama berlangsung di perairan Asia Tenggara. Selama 
abad ke-19 Selat Malaka telah lama menjadi jalur laut penting bagi kapal-kapal 
yang berlayar dari India dan dari Atas Angin ke Tiongkok. 


Jadi perompak tradisional di Asia Tenggara adalah Orang Laut, atau disebut juga 
lanun. Mereka bermukim di perkampungan pesisir negara Malaysia, Indonesia, dan 
Filipina modern.
Bajak laut Tionghoa juga ditemukan dalam jumlah berarti, biasanya orang-orang 
terbuang dari masyarakat Tiongkok pada masa dinasti Qing (1644-1911 Masehi). 
Alasannya dinasti ini didirikan suku dari kawasan Manchuria (di atas Korea 
sampai Vladivostik Rusia modern sekarang), bukan suku Han, mayoritas warga 
Tiongkok.

Mereka menemukan relung dengan memangsa kapal-kapal yang berdagang di Laut 
Tiongkok Selatan dengan menggunakan Kapal Jung. Perompakan juga dapat dilihat 
sebagai bentuk peperangan yang dilakukan penduduk asli untuk melawan pengaruh 
Eropa, yang merusak tatanan tradisional masyarakat pedagang di Asia Tenggara.


Kenapa para perompak laut dari berbagai suku bangsa bisa bersatu di Asia 
Tenggara? Jawabannya melawan kemapanan yang dikuasai penguasa lokal maupun 
asing yang sering memperbudak nelayan-nelayan kecil. 

Menurut catatan Belanda, sebelum menyerang kota Sukadana di awal abad 19 dari 
pangkalan angkatan laut Siak-Riau, menulis kalau selama seratus tahun terdapat 
pemerintahan lanun (tepatnya untuk kasus ini bajak laut) dari berbagai suku 
bangsa. Sukadana terlindungi oleh pemerintahan lanun lainnya di Pulau Maya dan 
Karimata.

Posisi Sukadana yang ada di antara Pontianak dan Ketapang, posisi strategis 
untuk mengganggu kapal-kapal perniagaan di pesisir Kalbar. Sehingga armada 
Belanda perlu menghancurkan pemerintahan lanun di Sukadana. 

Kenapa terjadi kekosongan pemerintahan di Sukadana selama seratus tahun? 
Alasannya Kerajaan Tanjungpura sering berpindah-pindah tempat karena perang 
antarpewaris takhta dan gangguan lanun. Seringnya berpindah ibukota itu terjadi 
dimulai masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin.

Intelijen Belanda menemukan kasus, kalau bajak laut yang bermastautin 
(bermukim) itu bersuku Tionghoa perantauan, bahkan sampai pekerja-pekerjanya. 
Suku-suku lain, seperti suku Laut (Melayu kepaulauan), Bugis, dan lain-lain 
jumlahnya tidak sebanyak Tionghoa.

Sekitar 1822 armada Belanda berhasil menghancurkan 100 tahun lebih pemerintahan 
bajak laut di Sukadana, dan didirikanlah Kerajaan Sukadana yang bercorak 
Melayu. Ketika tentara Jepang menguasai ibukota Kerajaan Sukadana tahun 1942, 
penguasanya bernama Tengku Betung.  

Misteri ini masih menyisakan tanda tanya dan memerlukan penelitian lebih 
lanjut. Catatan intelijen Belanda sebelum penyerangan Sukadana, menerangkan 
kalau pemerintahan bajak laut yang didominasi dari perantauan Tiongkok di 
Sukadana, mengangkat pemimpin karena kepandaiannya dan dipilih rakyatnya 
langsung bukan berdasarkan keturunan (dinasti).

Akan tetapi kalau meneliti jejak rekam warga perantauan Tionghoa di Sukadana 
(khususnya sebelum hari penyerangan Sukadana), sudah punah. Warga Tionghoa 
perantauan di Sukadana yang ada sekarang, sebagaimana penelitian di makam 
Tionghoa di lereng Gunung Palung, kebanyakan perantau di awal abad 20. (mah/Qq) 
 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke