http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/21/1824055/RI.Tidak.Perlu.Takut.Mencontoh.China

Tjahja Gunawan Diredja

"Belajarlah hingga ke negeri China." Ungkapan ini sudah lama diketahui 
masyarakat. Namun, sebagian kalangan di Indonesia juga masih melihat China 
sebagai negara sosialis komunis yang kaku dan kurang bersahabat. Padahal, 
sekarang China sudah berubah dan pembangunan ekonominya maju pesat.

Perubahan cara berpikir masyarakat China setelah transformasi ekonomi yang 
dilakukan Deng Xiao Ping tahun 1978 merupakan tahapan penting dari keberhasilan 
ekonomi China sekarang.

Perubahan pola pikir masyarakat China yang penting di antaranya adalah "menjadi 
kaya merupakan hak kaum sosialis dan kemiskinan bukan bagian dari sosialisme".

Oleh karena itu, tahun 1980, saat China mengembangkan wilayah Shenzhen sebagai 
Kawasan Ekonomi Khusus, poster- poster untuk memotivasi masyarakat sekaligus 
mengubah cara berpikir mereka disebar di mana-mana yang berbunyi: Time is 
Money, Efficiency is Life.

Sama seperti di Indonesia, China pun sebelumnya memiliki penyakit kronis, yakni 
praktik korupsi. Namun, hal itu secara perlahan bisa diatasi dengan memberikan 
shock therapy melalui penerapan hukuman mati bagi koruptor berat.

"Cara lain yang ditempuh China, menempatkan para pejabat pemerintah yang sudah 
gaek dan berpotensi melakukan korupsi ke posisi yang 'mulia', tetapi tidak 
strategis. Posisinya, kemudian digantikan oleh orang-orang muda yang energik 
dan inovatif," kata Prof Xue Weng dari Tshinghua University di Beijing.

Sejak reformasi ekonomi tahun 1997, China mengalami kemajuan pesat. Dari negara 
yang relatif miskin, China mampu menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi 
rata-rata dua digit per tahun dan terpesat di dunia. Selain menjadi eksportir 
terbesar, China juga menjadi raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia setelah 
Amerika Serikat dengan total produk domestik bruto (PDB) nominal 5,7 triliun 
dollar AS sampai Oktober 2010.

China juga memiliki cadangan devisa terbesar di dunia, yakni 2,65 triliun 
dollar AS atau sekitar 30 persen dari total cadangan devisa dunia. Padahal, 
tahun 2007, cadangan devisanya masih 1,53 triliun dollar AS.

Industrialisasi di China telah berhasil mengentaskan orang miskin secara 
signifikan, sementara pendapatan per kapita rata-rata penduduk China saat ini 
3.800 dollar AS dengan jumlah penduduk 1,3 miliar jiwa.

Sedangkan pendapatan per kapita rata-rata penduduk Indonesia saat ini 3.000 
dollar AS dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa, sementara cadangan devisa 91,8 
miliar dollar AS.

"Sebenarnya kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih cepat lagi, 
pendapatan per kapita penduduk kita bisa lebih besar," kata Ketua Komite 
Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung ketika berkunjung ke Beijing, China, 
12-15 Desember 2010.

Proses modernisasi di China terus berlangsung hingga saat ini, bahkan ketika 
sebagian besar negara di dunia dilanda krisis keuangan global pada tahun 
2008-2009, pertumbuhan ekonomi China tercatat paling tinggi, yakni 8,7 persen.

Saat ini pertumbuhan ekonomi China sudah mencapai 11 persen. Selama 17 tahun 
terakhir, China merupakan negara penerima investasi asing langsung (FDI) 
terbesar di dunia.

Tahun 2009, jumlah FDI di China 96 miliar dollar AS. FDI dimaksimalkan 
pemanfaatannya untuk menopang strategi pengembangan masing-masing wilayah 
provinsi/daerah khusus dengan penekanan pada produksi dan ekspor, dimulai dari 
pesisir pantai timur, dan secara bertahap menjangkau wilayah tengah dan barat 
yang secara ekonomi masih tertinggal.

Kunci keberhasilan pembangunan ekonomi China paling tidak karena tiga aspek. 
Pertama, visi dan perencanaan pembangunan jangka panjang yang solid melalui 
program Rencana Pembangunan Lima Tahun yang berkesinambungan.

Kedua, strategi pengembangan pengetahuan dasar. Ketiga, kemajuan ekonomi China 
antara lain karena ditopang birokrasi yang kuat dan efektif yang dimotori 
Partai Komunis China (PKC).

Selain itu, produktivitas sumber daya manusia di China sangat tinggi yang 
berakar pada nilai-nilai utama bangsa China yang menekankan pada ketekunan, 
kerajinan, hemat, inovatif, disiplin yang tinggi, serta peran warga negara 
asing keturunan China (huakio). Hal itu semua menjadi faktor pendukung yang 
sangat positif majunya pembangunan China.

"Tiga kunci pembangunan itu bisa dimiliki dan diterapkan setiap negara tanpa 
membedakan sistem politik dan pemerintahannya," kata Wang Huisheng, Chairman of 
State Development and Investment Corporation, lembaga yang mengelola perusahaan 
BUMN di China.

Sistem politik dan Pemerintah China lebih mengedepankan state capitalism 
ketimbang market capitalism yang dilandasi secara kuat oleh semangat 
pragmatisme dalam mewujudkan tujuan pembangunannya.

Sedangkan negara atau pemerintah serta PKC sangat dominan dalam pengembangan, 
pengalokasian, serta pengelolaan sumber-sumber alam dan keuangan dalam kegiatan 
perekonomian nasional ataupun internasional. BUMN China merupakan tulang 
punggung berbagai aktivitas ekonomi tersebut.

Di Indonesia, sistem ekonomi yang dianut adalah sistem ekonomi Pancasila, 
tetapi praktik riil aktivitas ekonomi lebih liberal dibandingkan China karena 
di Indonesia pasar bebas dibiarkan bergerak secara liar.

Di China, produk komoditas utama tetap diproteksi negara meskipun ada tuntutan 
agar patuh pada ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal yang sama 
juga dilakukan beberapa negara besar lainnya, seperti di antaranya Jepang.

China terapkan Repelita

Sejak tahun 1953-1957, China telah merumuskan strategi pembangunan lima 
tahunan. Pola pembangunan seperti itu pernah diterapkan Indonesia ketika 
pemerintah dikendalikan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Di China, strategi pembangunan selalu dibahas, dievaluasi, dan diperkokoh 
setiap tahun dalam Kongres Nasional Partai Komunis dengan memerhatikan dinamika 
dan tantangan perkembangan domestik dan dunia.

Tahun 2010, merupakan akhir dari pelaksanaan Repelita ke-11 China. Repelita itu 
dijalankan dengan tetap bertumpu dan diarahkan pada pencapaian visi dan tujuan 
pembangunan tahun 2050 di mana China sudah harus menjadi negara maju.

Perencanaan pembangunan nasional China tak bisa dilepaskan dari peran Komisi 
Nasional Pembangunan dan Reformasi (National Development and Reform 
Commission/NDRC).

NDRC adalah lembaga superministry yang diberi kewenangan menjabarkan visi, 
misi, dan kebijakan PKC ke dalam perencanaan pembangunan nasional sekaligus 
memberikan petunjuk/arah bagi berbagai program dan strategi pembangunan ekonomi 
China, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Perencanaan dan program kementerian-kementerian lain serta pemerintah daerah 
harus mengacu pada perencanaan NDRC tersebut.

Hal tersebut juga ditopang kebijakan penempatan para pejabat PKC (komisaris) di 
beberapa jenjang manajemen, baik di lingkungan pemerintah pusat maupun daerah, 
BUMN, ataupun universitas pemerintah. Hal itu dilakukan untuk menjamin dan 
mengawasi visi dan program pembangunan nasional agar tidak menyimpang dari 
garis grand strategy nasional.

Pola tersebut agak mirip dengan yang dilakukan Soeharto saat berkuasa selama 32 
tahun. Ketika itu, jaringan dan hubungan tiga jalur antara ABRI, birokrasi, dan 
Golkar (ABG) sangat kuat sehingga pelaksanaan pembangunan yang tecermin dalam 
Repelita bisa dikontrol.

Waktu itu banyak di antara petinggi ABRI yang ditempatkan sebagai inspektur 
jenderal atau komisaris di sejumlah departemen dan BUMN.

Upaya KEN yang jauh-jauh datang ke China dalam rangka penyusunan masterplan 
ekonomi Indonesia akan menjadi sia-sia jika tidak mendapat dukungan dari semua 
pemangku kepentingan di Indonesia.

Sekarang saatnya semua kalangan di pemerintah, para politisi di DPR, para 
pengusaha, serta para tokoh masyarakat bersatu padu mendorong percepatan 
pembangunan ekonomi di Indonesia. Kalau kita masih saling curiga, apalagi 
saling menjatuhkan, momentum pertumbuhan ekonomi akan lepas begitu saja.



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to