Pendidikan di RRC By Mantel
Naskah dikutip dari: http://www.suarapembaruan.com/News/2002/07/22/Editor/edi02.htm Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN) bulan lalu melakukan kunjungan selama seminggu di Republik Rakyat Cina (RRC) untuk lebih mengenal penyelenggaraan pendidikan di negara itu. Meskipun kunjungan seminggu sangat pendek untuk mendalami seluruh aspek pendidikan dalam negara yang begitu besar serta penduduknya yang 1.300 juta orang, namun dapat diperoleh gambaran pokok tentang usaha pendidikan bangsa itu. Karena pendeknya waktu maka kunjungan ditujukan hanya ke Kota Beijing sebagai ibu kota Cina dan Shanghai sebagai kota dagang utama. Cina memberikan perhatian besar kepada pendidikan sebagai investasi utama untuk membentuk manusia yang berkualitas. Meskipun resminya RRC masih negara komunis, namun ukuran kualitas bagi warganya tidak lagi tertuju kepada kriteria ideologi sebagaimana terjadi selama Revolusi Kebudayaan (1965-1976). Cina sekarang amat menaruh perhatian agar bangsanya makin mampu berpartisipasi dalam percaturan internasional, termasuk kemampuan untuk bersaing dalam segala bidang dengan negara-negara lain di dunia. Hal itu nampak sekali dalam ketentuan bahwa sekarang pelajaran bahasa Inggris diberikan mulai kelas 1 SD. Dengan begitu diharapkan bahwa 20 tahun yang akan datang bagian terbesar rakyat Cina memahami dan dapat berbicara dalam bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Sekarang keadaan masih jauh dari itu; bahkan pejabat penting pemerintah pusat lulusan universitas yang baik di Cina masih amat langka yang dapat berkomunikasi dengan lancar dalam bahasa Inggris. Ketika mengunjungi SD di Beijing penulis menghampiri beberapa anak kelas 2 dan mengajak bicara dalam bahasa Inggris. Terbukti mereka sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa itu tanpa ada rasa canggung dan senang diajak bicara. Proyek 211 Bukti lain dari tekad RRC untuk membuat pendidikannya bermutu internasional adalah pada pelaksanaan Proyek 211, yaitu satu proyek yang dimulai pada tahun 1995 untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi guna mempercepat kemajuan ekonomi dan di pihak lain juga ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Sekitar 101 lembaga pendidikan tinggi terlibat dalam proyek itu dan diadakan investasi sebesar 15 miliar yuan (sekitar US$ 8 miliar). Diharapkan melalui proyek ini dapat ditingkatkan daya saing Cina secara internasional dengan meletakkan landasan bagi pendidikan kaum profesional bermutu tinggi. Selain itu RRC banyak mengirimkan mahasiswa ke luar negeri, dalam tahun 2001 saja ada 323.000 yang dikirimkan ke macam-macam negara. Selain melalui Proyek 211 Cina sudah sejak 1979 mengusahakan peningkatan mutu pendidikan tinggi. Pada tahun 2001 jumlah lembaga pendidikan tinggi adalah 3.113, di antaranya 1.225 milik pemerintah, 1.202 non-pemerintah dan 686 adalah lembaga pendidikan tinggi untuk orang tua (adult education). Semula hampir semua lembaga pendidikan tinggi milik pemerintah, tetapi sekarang organisasi swasta dianjurkan membentuk lembaga demikian. Pendidikan tinggi atau tertiair di Cina diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sarjana dan pascasarjana; selain itu ada kursus-kursus pendek atau sekolah-sekolah. Pada waktu ini ada sekitar 4.600.000 S1 (Bachelor), 430.000 S2 (Master) dan 43.000 S3 (Ph.D). Pendanaan pendidikan tinggi terutama berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga makin banyak berasal dari sumber lain. Untuk penelitian ilmiah ada 106 laboratorium inti tingkat nasional, 20 pusat riset engineering tingkat pusat dan 22 science and technology parks pada tingkat nasional. Semuanya sebagai bagian dari sasaran nasional untuk pengembangan cepat dalam iptek serta penggunaannya dalam lembaga pendidikan. Pendidikan dasar tidak kalah memperoleh perhatian besar. Di Cina itu meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), 6 tahun SD, 3 tahun SLTP Umum dan 3 tahun SMU. Pendidikan dasar menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dengan pemerintah pusat menentukan kebijaksanaan dan memberikan petunjuk umum. Ada pendidikan wajib atau wajib belajar 9 tahun yang dilakukan oleh pemerintah provinsi meliputi 6 tahun SD dan 3 tahun SLTP. Pendidikan dasar telah berhasil meningkatkan mutu tenaga kerja dan taraf hidup di daerah pedesaan. Lebih dari 95 persen dari SD, 86 persen SLTP dan 71 persen SMU ada di daerah kecamatan dan desa. Untuk meningkatkan mutu sekolah, pemerintah pusat menetapkan adanya sekolah unggul tingkat negara, sekolah unggul tingkat provinsi, tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan. Menurut pengamatan penulis ketika meninjau salah satu sekolah unggul tingkat negara, mereka mempunyai mutu tidak kalah dari sekolah sejenis yang bermutu di negara maju. Penentuan untuk mencapai sekolah unggul negara dilakukan oleh penilaian pemerintah pusat. Menurut para pejabat Cina di setiap provinsi ada lebih dari satu sekolah unggul negara. Dikatakan pula perbedaan antara mutu sekolah unggul negara dan sekolah unggul provinsi tidak terlalu banyak. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa di semua provinsi ada pendidikan SD, SLTP dan SMU yang bermutu internasional, meliputi jumlah murid paling sedikit 4.000 orang setiap saat. TK Musiman Pendidikan TK mendapat perhatian besar pula. Di daerah perkotaan berlangsung selama 3 tahun sedangkan di pedesaan berupa TK musiman dan nursery classes. Pada akhir 1998 terdapat 180.000 TK dengan 24 juta murid. Pendidikan Vokasional atau kejuruan memainkan peran penting dalam peningkatan kemampuan profesional, terutama sejak 1978. Ada SLTP Vokasional, SLTA Vokasional dan Pendidikan Tinggi Vokasional. SLTP Vokasional terutama terdapat di daerah pedesaan dan telah berhasil meningkatkan mutu tenaga kerja pada umumnya. Seluruhnya ada 1.472 SLTP Vokasional dengan 867.000 murid. SLTA Vokasional berupa sekolah teknik umumnya berlangsung selama 4 tahun dan pada dasarnya hanya menerima murid lulusan SLTP Umum. Ada SLTA Vokasional tertentu yang mendidik keahlian khusus dan muridnya adalah lulusan SMU atau SLTA Umum. Pada tahun 1998 ada sekitar 17.000 SLTA Vokasional dengan 11,46 juta siswa. Pendidikan Tinggi Vokasional bertujuan mendidik keahlian manajemen dan teknik dengan spesialisasi tinggi (highly specialized). Dapat disamakan dengan pendidikan politeknik di Indonesia. Menurut penjelasan pejabat Cina, dana penyelenggaraan pendidikan mencapai sekitar 3 persen GDP-nya. Kalau kita melihat bahwa GDP RRC pada tahun 2000 adalah sekitar US$ 4000 juta, maka dapat diperkirakan bahwa angka itu mencapai sekitar US$ 120 juta. Dikatakan bahwa diusahakan untuk meningkatkan angka itu menjadi 4 persen. Namun yang lebih penting ketimbang angka-angka ini adalah kondisi dan suasana pendidikan yang ada. Dalam kunjungan di berbagai sekolah di Beijing dan Shanghai dapat dilihat suasana yang kondusif untuk pelaksanaan pendidikan yang intensif dan menuju pendidikan bermutu tinggi. Perhatian para kepala sekolah tidak hanya kepada pendidikan kognitif, tetapi juga besar perhatian kepada budi pekerti. Adalah menarik bahwa di negara komunis Cina pendidikan tidak hanya tertuju kepada sikap kolektif tetapi juga meningkatkan mutu dan daya saing individu. Buat Cina yang begitu luas wilayahnya dengan jumlah penduduk begitu besar tentu tidak mungkin untuk mencapai standard pendidikan sama di seluruh provinsi, kabupaten dan kecamatan. Akan tetapi andaikata hanya 10 persen saja penduduk Cina memperoleh pendidikan bermutu internasional, maka itu sudah mencapai angka 130 juta orang. Dengan sumber daya alam yang cukup banyak serta semangat pembangunan ekonomi yang konsisten sejak 1979, dapat diperkirakan bahwa Cina akan mencapai kemajuan ekonomi yang satu saat tidak kalah dari Jepang dan Amerika Serikat. Perkembangan seperti itu mau tidak mau mempunyai dampak luas kepada Asia Timur khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya. Namun para pemimpin Cina nampaknya menyadari bahwa untuk kepentingan Cina sendiri tidak boleh menganut sikap yang agresif sebagaimana sering dikhawatirkan para pemimpin Barat. Sebab perjalanan untuk menciptakan kesejahteraan bagi 1.300 juta orang masih amat jauh. Itu akan mengalami hambatan besar kalau Cina terjun dalam petualangan militer yang makan biaya material dan manusia besar. Yang lebih penting untuk diperhatikan adalah hasil produksi Cina yang akan membanjiri negara lain dengan daya saing yang tinggi, baik dalam harga maupun kualitas yang makin meningkat. Tidak ada jalan lain bagi Indonesia yang pasti juga akan menghadapi banjir itu kecuali dengan makin meningkatkan kemampuan kita sendiri dengan lebih cepat dan lebih luas. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang lebih mampu mengembangkan kemajuan bangsa, khususnya dalam ekonomi. Hal itu tidak mungkin tanpa penyelenggaraan pendidikan yang lebih tinggi mutunya dan lebih luas pencapaiannya. Penulis adalah mantan Gubernur Lemhannas. ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/