Jumat, 25/3/2011 | 10:47 WIB

KOMPAS.com - Anda tak percaya ada perempuan yang bisa kecanduan seks? Wajar 
saja, karena perempuan umumnya tidak vulgar dalam berkata-kata, sehingga orang 
lain tak menduga bahwa dirinya sangat mencandu seks. Atau, perempuan itu 
sendiri tak menyadari bahwa ia ketagihan seks, dan bahwa ada perawatan untuk 
mengatasi masalah tersebut.

Memang sulit menebak bagaimana perilaku seseorang yang mengidap kelainan ini. 
Kerap kali kita menduga, merekalah pria atau wanita yang gemar menatap 
gambar-gambar atau video porno. Mereka itu pria yang sering "jajan" di luar, 
atau berselingkuh dari istrinya. Dan, pelakunya kebanyakan laki-laki.

Menurut Tammy Nelson, PhD, psychotherapist yang juga pendiri dan direktur 
Center for Healing di Connecticut, kata "adiksi" merujuk pada suatu perilaku 
yang berusaha dihentikan atau dicegah oleh seseorang, tapi ia tidak mampu. 
Perilaku itu terus berlanjut, meskipun dengan banyak konsekuensi. Untuk 
menghentikan kebiasaan tersebut, akhirnya mereka memilih jalan konsultasi atau 
terapi. Hampir 20 persen dari mereka yang mencari bantuan karena masalah 
kecanduan seks adalah perempuan.

Adiksi seks pada perempuan seringkali lebih tersamar. Umumnya mereka terlibat 
dalam hubungan dengan beberapa pria, berselingkuh, dan melakukan masturbasi. 
Tetapi mereka juga flirting secara berlebihan, atau nge-dance dengan gaya lebay 
di kelab malam, yang mungkin terlihat biasa saja bagi orang lain. Bahkan, 
mereka juga bisa menjadi eksibisionis, melalui gestur atau dandanan yang 
provokatif.

Perilaku adiktif yang tergolong kronis bisa mendorong beberapa perempuan untuk 
melakukan operasi plastik agar tampak lebih seksi, mengunjungi tempat-tempat 
yang berisiko tinggi, bahkan melakukan quickie sex dengan orang asing atau 
gigolo, juga melakukan kencan semalam dan cyber sex, bertukar seks untuk drugs 
atau imbalan lainnya.

Ada kisah memilukan di balik perilaku semacam ini. Kebanyakan perempuan yang 
merupakan pecandu seks sejati dan menderita akibat perilaku ini dulunya 
mengalami penganiayaan seksual saat kanak-kanak.

"Jumlah (korban penganiayaan seksual) ini mencapai 78 persen dari seluruh 
pecandu seks perempuan. Trauma ini bisa menyebabkan pengulangan kompulsif dari 
trauma semasa kanak-kanak, dalam upaya memperbaiki kerusakan atau menghidupkan 
kembali trauma tersebut untuk mengontrol akibatnya," papar penulis buku Getting 
the Sex You Want; Shed Your Inhibitions and Reach New Heights of Passion 
Together ini.

Perempuan pecandu seks bisa saja mencoba menghentikan diri sama sekali dari 
aktivitas seksual, dan menjadi "anoreksia seksual", dalam arti tidak mengalami 
perasaan atau hasrat seksual. Dengan cara ini, mereka berniat menjauhkan diri 
dari kesulitan. Bagi sebagian perempuan, hal itu bisa berhasil, setidaknya 
sementara. Tetapi kebanyakan pecandu seks akan kembali ke pola adiksinya, 
kecuali mereka mendapatkan pertolongan.

Ada berbagai risiko yang bisa ditimbulkan ketika mereka tidak segera 
mendapatkan pertolongan. Misalnya, mengidap penyakit menular seksual, hamil 
tanpa direncanakan, kekerasan fisik, diceraikan, diputuskan, di-PHK, dan 
dijauhi oleh keluarga. Karena itu, keyakinan diri mereka juga di ambang risiko, 
jika mereka tidak segera menyadari ketidakberdayaan mereka.

Ketagihan seks pada perempuan muncul dalam bentuk relasi dengan pria atau 
kecanduan cinta, dengan harapan untuk mendapat perhatian atau kepuasan. 
Sayangnya, mereka tak pernah merasa terpenuhi.

Oleh karena itu Dr Nelson menekankan, adiksi seks sebenarnya bukan cuma masalah 
seks atau cinta. Hal itu merupakan upaya seseorang untuk mencapai suatu jenis 
pengontrol kegelisahan, ketakutan, atau dorongan dalam diri untuk mengulangi 
suatu perilaku terus-menerus, dengan berharap kali ini hasilnya akan berbeda. 
Dan, hasilnya sia-sia.

Nah, jika Anda merasa mengalami, atau mendapati sahabat atau orang dekat yang 
menunjukkan beberapa ciri tersebut, segeralah berkonsultasi dengan therapist 
yang menangani masalah kecanduan seks.  Pemulihan diri dari masalah ini memang 
membutuhkan waktu. Namun dengan bantuan dari orang terdekat dan therapist yang 
baik, pemulihan bisa menciptakan kehidupan yang memuaskan bagi si penderita.

DIN



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke