http://groups.yahoo.com/group/proletar/message/301583

Ibu saya itu keras, dari kecil saya dididik keras untuk belajar...
ketika smp, saya disekolahkan di kota, dan setiap hari harus berangkat jam 5.30
pagi, untuk berangkat sekolah, dan pulang sampe rumah baru jam 2 siang...

kelas 2 smp, saya di koskan, di kamar kos itu saya ingat lemari pakaiannya
bergambar poster Soekarno, sehingga saya penasaran thd Soekarno...

yang menyebalkan lagi, ibu saya suka membanding-bandingkan saya dengan
orang-orang lain yg punya prestasi akademik,

saya sendiri tidak tertarik dng prestasi akademik, karena itu sekedar penilaian
hasil dari foto copy pikiran...

artinya kalau saya bisa menghapal "abcde" dan dikertas ulangan menulis jawaban
"abcde" maka saya dapat nilai bagus...

ini seperti anak kecil menghapal quran,hanya hapal tapi tidak bisa mengerti
maksudnya...

saya jengkel...

saya lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain tetris...otak atik elektronika,
atau membuat perangkat audio yg yahud, atau main musik...

akhirnya saya dipindah sekolah, karena akademik buruk..

lalu 1 tahun saya mencoba nurut yg dimaui ibu...

dan nilai akademik saya bagus...

tapi saya sadar ini gak ada gunanya,...lha wong sistem pendidikan di masa saya
itu cuman system pendidikan foto copy...

---

ketika kuliah...2 tahun pertama, saya menang lomba karya tulis 2x
berturut-turut, selain itu saya mulai jadi pembicara2 yg berkaitan dng
"Internet" dan "System operasi komputer"

lalu saya merasa sudah tidak ada gunanya lagi saya berlama-lama di university yg
program pendidikannya ketika itu masih text book..

saya memilih bekerja di internet service provider dalam usia 21 tahun...(saya
benernya dalam usia ini juga diterima kerja di detik.com yg waktu itu kantornya
di lebak bulus)

ketika itu....orang yg selalu dibangga-banggakan ibu saya karena gelar
akademisnya, datang ke saya...minta diajari konsep internet dan jaringan...

lalu saya bilang "nah tu mom...liat tu ....orang yg dulu dipuji setinggi langit
karena prestasi akademik datang tuh nanyain ke anaknya mom yg selalu dimarain
karena malas sekolah"

sejak itu diam-diam ibu saya mulai percaya ama saya,apalagi saya sudah mandiri
sejak umur 21 taon...

---

ketika saya sudah banyak membaca "materialisme", saya pernah nanyain lagi ke
mom...

"mom, kira2 pilih punya anak yg bagaimana? berilmu atau beriman?"

mom sih jawab yg penting bisa ngurus diri sendiri...dan ilmu lebih penting
daripada iman...

dulu ketika saya frustasi dan lari ke hal-hal mistik...

ketika itu saya berpikiran ingin menghabiskan usia jadi santri aja...

tapi mom bilang gak boleh...saya disuruh bisnis lagi...

jadi mom saya itu rasional, saya nginjak mushaf didepan dia,
yg menjerit kedua kakak saya (salah satunya sudah meninggal)

tapi mom diam saja....

in principal...saya ngikuti perintahnya..untuk mencari ilmu setinggi-tingginya,

hanya saja mom kadang naif...ilmu itu harus ditunjukan dng banyaknya gelar...

sedangkan saya orang yg gak suka hal-hal yg formal...(dulu saya ke kantor dan
naik pesawat aja sering pake celana pendek)

saya lebih suka menunjukan bukti bahwa saya bisa ini bisa itu/kompetensi...

daripada sekedar gelar formal..

yg sekarang yg terjadi, semua keponakan saya berasosiasi bahwa om-nya itu suka
sains,jadi kalau ngumpul...yg dicari pasti saya...buat tanya ini itu...

tapi saya sempat sedih,ketika kira2 bulan oktober 2010, keponakan saya dari
jakarta datang mencari saya dan saya lagi main ke tempat teman,
anak ini hampir mirip dng saya kecil, selalu ingin bertanya, dan dia cukup
kecewa karena tidak bertemu dng saya...

ada pertanyaan yg mengusiknya ..."mengapa om wawan ketika mama (kakak saya)
meninggal,sama sekali tidak menangis?"

noh...bagi saya ...kematian adalah hal yg lumrah...setiap orang pasti akan
mati...termasuk saya sendiri....

namun jawaban ini belum saya sampaikan ke keponakan saya...:(


--- In proletar@yahoogroups.com, "Jusfiq" <kesayangan.allah@...> wrote:
>
>
> Sembari jogging tadi pagi, dan sembari melihat keindahan gedung tua di
Rapenburg diliputi kabut pagi, saya sempat mikir ke beberapa posting Wawan...
>
> Salah satunya adalah ceritanya dia nginjak al-Mushaf didepan orang tuanya.
>
> Ini tindakan jujur dan berani yang adalah sekali gus tindakan pembebasan diri
Wawan dari "pasung" yang diletakkan orang sekelilingnya, termasuk oleh
keluarganya, dibenaknya, yaitu "pasung" kibulan orang Arab primitif yang
membikin kebanyakan orang itu tidak bisa berfikir rasional: al-Mushaf itu berisi
wahyu Allah - yang nota bene tidak berbukti ada.
>
> Jarang ada orang Indonesia yang kejujuran terhadap dirinya punya keberanian
dan yang punya keberanian untuk mencampakkan omong kosong orang sekelilingnya
yang memasung otaknya itu.
>
> Sejak itu Wawan telah jadi orang bebas.
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke