Tuh reza, coba lihat ! Walau dia dianggap Protestan ! Pasti Protestan Murtad ! 
Bukktinya tuhanpun diejeknya !!!!

--- In proletar@yahoogroups.com, item abu <itemabu@...> wrote:
>
> Soeharto ga piara anjing sih di rumahnya, coba kalo ada anjing, malekat ga 
> akan 
> berani masuk ke rumahnya.
> 
> Kayak gua nih, piara anjing shg auloh, malekat dan orang Islam ga berani 
> masuk 
> rumah gua, makanya doa2 orang Islam spy gua diazab auloh ga manjur sama 
> sekali.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: sunny <ambon@...>
> To: Undisclosed-Recipient@...
> Sent: Sat, April 30, 2011 12:25:28 AM
> Subject: [proletar] Terbit Malam Ketika Soeharto Mangkat
> 
>    
> Refleksi : Waktu membaca judul berita dibawah ini saya kira mengenai  
> matahari 
> terbit malam hari ketika Soeharto mati dicekik malekat Jibrael, tetapi 
> ternyata 
> tentang koran SH terbit malam hari. Semoga Allah tidak mencatat kekeliruanku 
> sebagai dosa yang tak terbayar.
> 
> http://www.sinarharapan.co.id/content/read/terbit-malam-ketika-soeharto-mangkat/
> 
> 29.04.2011 12:07
> 
> Terbit Malam Ketika Soeharto Mangkat
> Penulis : Tim Sinar Harapan
> 
> Edisi Suharto tutup usia terbit pukul 7 malam.(foto:dok/ist)
> Saat Presiden Soeharto meninggal Minggu 27 Januari 2008, Sinar Harapan 
> menerbitkan edisi malam hari.
> Harian sore yang pernah diberedel rezim Soeharto pada 9 Oktober 1986  akibat 
> berita headline halaman satu berjudul "Pemerintah Akan Cabut 44 SK Tata Niaga 
> Bidang Impor" ini terbit sekitar pukul 19.00 WIB ketika Soeharto mangkat.
> 
> Edisi Soeharto tutup usia itu dibanderol dengan harga Rp 4.000 per eksemplar. 
> Sejumlah pengecer ada yang menjual hingga Rp 5.000 per eksemplar karena 
> hingga 
> tengah malam masih ada pembeli yang mencari edisi khusus itu.
> 
> Halaman pertama Sinar Harapan edisi itu hanya memuat dua berita. Satu berita 
> utama berjudul "Soeharto Wafat, Keluarga Minta Dimaafkan", sedangkan berita 
> lainnya bertajuk "Hujan Deras Warnai Astanagiri Bangun". 
> 
> 
> Tiga foto menghiasi halaman pertama yakni Soeharto semasa hidup saat keluar 
> rumah sakit dan foto jenazah jenderal berbintang lima itu tengah dijenguk 
> Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta foto dua kolom bergambar putri 
> tertua 
> Soeharto, Ny Siti Hardiyanti Rukmana atau biasa disapa Mbak Tutut, tengah 
> memberi keterangan pers.
> 
> Edisi meninggalnya Soeharto itu juga diberitakan laman berita detik.com. 
> Diberitakan bahwa meninggalnya mantan Presiden Soeharto menjadi momen penting 
> bagi media massa. 
> 
> 
> Biasanya pada hari Minggu, koran yang pernah diberedel empat kali di masa 
> kepemimpinan Soeharto ini tidak pernah terbit. Namun kali ini harus terbit 
> untuk 
> memberikan informasi kepada masyarakat mengenai meninggalnya Soeharto.
> "Karena ini momen penting. Maka kami menyiapkan edisi khusus untuk memberikan 
> informasi kepada masyarakat," kata Pemimpin Redaksi Sinar Harapan Kristanto 
> Hartadi ketika itu.
> 
> Sebenarnya ketika Soeharto sakit, Sinar Harapan melaporkan setiap ada 
> perkembangan terkait mantan penguasa Orde Baru tersebut. Singkat kata: media 
> massa memberikan arti luas bagi masyarakat untuk ikut merasa terlibat dengan 
> Soeharto. Semenjak sakitnya, media terutama televisi seolah mengajak 
> masyarakat 
> ikut "menunggui" Soeharto di rumah sakit. Apalagi saat ia meninggal, media 
> berlomba-lomba mengeksploitasinya dengan menampilkan berita sebanyak dan 
> selengkap mungkin.
> 
> Saat Siti Hartinah meninggal, di mana Soeharto sebagai suaminya masih 
> Presiden 
> RI, dilakukan TV pooling di mana seluruh stasiun televisi yang ada saat itu 
> (TPI, RCTI, SCTV) diwajibkan menyiarkan ulang atau relay dari TVRI. Saat 
> Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008, memang tidak ada kebijakan seperti 
> itu, 
> namun sepertinya TVRI bersama Sekretariat Negara diberi hak eksklusif 
> menempatkan kameranya hingga jarak terdekat. Hal itu terutama terlihat saat 
> jenazah Soeharto masih disemayamkan di Jalan Cendana. Adanya tulisan 
> "Eksklusif 
> TVRI" makin menegaskan hal itu.
> 
> Persiapan Terbit
> 
> Jauh sebelum Soeharto meninggal, jajaran redaksi Sinar Harapan memang telah 
> menyiapkan sejumlah laporan terkait tokoh yang dijuluki "The smiling general" 
> itu. Redaksi memutuskan untuk membuat folder khusus bagi koresponden, 
> reporter, 
> dan redaktur yang ditugasi menulis sosok Soeharto dari pelbagai sisi. 
> 
> 
> Tulisan itu di antaranya tulisan Yuyuk Sugarman, koresponden Sinar Harapan di 
> Yogyakarta yang menuliskan soal izin pertunjukan di masa Orde Baru dengan 
> judul 
> artikel "Pentas di Zaman Orba Harus Penuh Siasat". Isyanto, redaktur 
> olahraga, 
> juga tak ketinggalan menulis olahraga di masa Soeharto dengan judul "Soeharto 
> dan Sepakbola: Sekali Kayuh, Dua Pulau Terlampaui".
> 
> Selain itu juga ada tulisan tentang "Lunturnya 'Tinta Emas' Warisan Soeharto" 
> yang ditulis Web Warouw. Editor internasional Sinar Harapan ketika itu, Renne 
> Kawilarang, juga menyumbang tulisan berjudul "Timor Timur, Kerikil yang Jadi 
> Batu Besar". 
> 
> 
> Renne yang kini bekerja di laman berita Vivanews itu juga menulis perihal 
> ASEAN 
> dan Myanmar, "Tak Akan Lupa 'Jasa' Soeharto", sedangkan Kristanto Hartadi 
> yang 
> saat itu menjabat pemimpin redaksi menulis artikel berjudul "Harumkan Nama 
> Indonesia di Kancah Dunia". Wartawan senior Sinar Harapan Daud Sinjal pun 
> ikut 
> nimbrung menulis artikel berjudul "Manfaatkan Perintah Pangti!".
> 
> Kasus yang membelenggu Soeharto juga disoroti dalam edisi khusus Sinar 
> Harapan 
> itu yang disajikan dalam bentuk boks berjudul "Byar Pet Kasus Soeharto".
> Tak kalah wartawati Sinar Harapan yang pernah ngepos di Istana Merdeka, Sri 
> Wahyu Dramastuti, juga menyumbang tulisan berjudul "Mengungkung Pers Demi 
> Langgengnya Kekuasaan". 
> 
> 
> Karena semua naskah telah dipersiapkan jauh-jauh hari, edisi meninggalnya  
> mantan penguasa Orde Baru itu tidak sulit. Ini karena redaksi hanya 
> mengerjakan 
> berita di halaman utama dan sambungan. Dan, reporter pun sudah ditugasi untuk 
> memburu kejadian Soeharto meninggal. Begitu juga dengan fotografer. Ada yang 
> meluncur ke Rumah Sakit Pusat Pertamina, ada pula yang siaga di kediaman 
> Soeharto di Cendana. 
> 
> 
> Koresponden juga disiapkan terutama untuk meng-cover keadaan di pemakaman di 
> Astanagiri Bangun karena Soeharto akan dimakamkan di sana, di sebelah Siti 
> Hartinah alias Ibu Tien Soeharto. 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
>  
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to