Beginilah di jakarta dan kota2 besar lainnya

Mereka 'Nggak' Mau Disebut Preman

 

JAKARTA--MI:
Istilah preman memang melekat di masyarakat. Tapi kelompok yang bertikai dan
bentrok di jalan Ampera Jakarta Selatan sehingga menewaskan tiga orang itu
enggan disebut preman. 



Hal ini dikemukakan Jos Rahawadan (55 th), tokoh masyarakat asal Key, Maluku
dalam pertemuan terbatas antara tokoh-tokoh masyarakat asal Nusa Tenggara Timur
(NTT) dan Maluku yang difasilitasi Wakil Ketua DPD Laode Ida di gedung DPD RI
Jakarta, Minggu (3/10) malam. 



Dalam siaran pers yang diterima Senin (4/10), disebutkan para tokoh masyarakat 
Indonesia
bagian Timur ini menggugat istilah preman. Istilah itu dianggap sebagai kurang
tepat, Karena sesungguhnya mereka menjalankan pekerjaan sebagai 'jasa pengaman
informal'. 



"Mereka menyediakan jasa informal kepada pihak yang membutuhkan, hanya
sekedar untuk menyambung hidup. Dan jasa itu dibutuhkan oleh pihak pebisnis dan
juga membantu tugas aparat keamanan", kata Jos Rahawadan. 



Sementara keberadaan para pemuda asal kawasan timur Indonesia (KTI) yang tak
sedikit dari mereka bekerja dalam bidang jasa pengamanan informal itu,
sebenarnya dianggap sebagai dampak dari kesenjangan pembangunan, di mana
kawasan KTI mengalami ketertinggalan atau setidaknya masih banyak yang sangat
terbelakang dengan kondisi masyarakatnya yang miskin. 



Akibatnya, banyak pemuda asal KTI, termasuk dari Maluku dan NTT, yang datang di
Jakarta dengan
mimpi memperoleh kehidupan yang lebih baik. "Tapi ternyata, memperoleh
pekerjaan di Jakatrta sangat sulit. Sehingga dengan modal fisik dan keberanian,
mereka digunakan oleh pihak-pihak tertentu sebagai jasa pengamanan
informal," jelas Jacob Jack Ospara, seorang pendeta dan juga anggota DPD
asal Maluku. 



Dalam menjalankan tugas sebagai jasa pengamanan, sebenarnya tak ada sekat-sekat
etnik, kendati diakui mereka diornaisir oleh figur-figur yang sudah terlebih
dulu namanya menonjol. Maka dikenalah seperti antara lain 'kelompok John Key'
(asal Maluku, khususnya dari Key) dan atau 'kelompok Hercules' (asal Timor
Timur). 

"Tetapi orang-orang yang ada di dalamnya sebenarnya sudah campur aduk,
tidak 

hanya berasal dari suatu suku tertentu," jelas Clemen Dama, tokoh asal
NTT. 



Oleh karena itu, lanjutnya, kalau terjadi perkelahian atau bentrok di antara
mereka, pada dasarnya bukanlah bentrok kelompok etnik, melainkan lebih pada
bentrok antara kelompok bahkan individu. 



"Celakanya, para pemuda itu hanyalah sebagai korban yang dimainkan oleh
para figur untuk kepentingan gengsi dan materi," tambah Herman Hery, tokoh
masyarakat asal NTT yang juga anggota DPR
 RI. Maka dalam bentrok yang
terjadi di jalan Ampera, Jakarta Selatan, harus juga memeriksa pihak Klub Malam
Blowfish sebagai pihak pengguna jasa pengamanan informal dan asal usul kejadian
Ampera itu. (*/X-11)



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke