Refleksi : Kalau lebih enak Orde Baru, berarti apa yang dilakukan rezim SBY dan 
komplotannya tidak laku, sekalipun mereka ini adalah muirid-murid Soeharto. 
Jadi pertanyaannya ialah apakah murid-murid  Soeharto ini tidak cerdas alias 
tolol bin goblok untuk menerapkan apa yang diajarkan oleh sang guru?

Hehehehe 

http://www.equator-news.com/utama/jangan-membuat-ilusi-rakyat

Rabu, 18 Mei 2011 
Jangan Membuat Ilusi Rakyat 
Metodologi Riset Dipertanyakan
Pontianak -  
Meski dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, namun hasil survei Indo 
Barometer dianggap memiliki motif dan desain yang dibangun sebelum pelaksanaan 
survei.

"Saya kira publik patut mempertanyakan apa motifnya dan desain penelitiannya 
bagaimana," kata M Hanif Dhakiri, Sekretaris FPKB DPR kepada Equator via email, 
kemarin (17/5).

Hanif menanggapi hasil survei Indo Barometer yang menemukan Soeharto lebih 
populer di mata rakyat dibanding Presiden-presiden sesudahnya. "Mengkritisi 
desain dan mempertanyakan motif survei Indo Barometer itu penting. Ini agar 
persepsi publik tidak dijadikan legitimasi bagi kembalinya kekuatan 
otoritarianisme Orde Baru yang nyata-nyata merupakan the dark side (sisi kelam) 
sejarah Indonesia modern," imbuhnya.

Dia menambahkan, dari sisi methodology bisa saja sebuah survei itu memenuhi 
kaidah-kaidah penelitian. Namun dari sisi pemilihan pertanyaan, itu hampir 
tidak pernah bebas nilai. Artinya, selalu ada kepentingan yang menyertai sebuah 
survei, baik berupa kepentingan akademik maupun politik.

Hanif mempertanyakan mengapa yang dipilih adalah pertanyaan perbandingan antara 
mantan Presiden Soeharto dengan Presiden-presiden sesudahnya. "Bagaimana 
mungkin seseorang yang berkuasa 32 tahun dibandingkan yang berkuasa hanya 
selama 7, 3, 2 dan bahkan 1 tahun seperti Habibie," ujar politisi muda yang 
juga Ketua DPP PKB itu.

Menurut Hanif, pertanyaan perbandingan antara Soeharto dengan Presiden 
Indonesia sesudahnya tidak masuk logika perbandingan. Yang bisa masuk logika 
perbandingan adalah apabila perbandingannya bersifat tematik, bukan umum.

"Misalnya perbandingan antara kebijakan Soeharto mengenai pers dibandingkan 
kebijakan presiden lain. Kalau umum sifatnya, jelas tidak logis 
diperbandingkan," kata Hanif.

Lebih lanjut Hanif meminta agar lembaga survei lebih hati-hati dalam melakukan 
survei persepsi. Jangan sampai terkesan propaganda Orde Baru.

Hanif juga mengingatkan, semestinya tendensi reformasi harus terus diperkuat, 
bukan sebaliknya. Institusi-institusi demokrasi harus terus diperkuat dan 
kekurangannya harus segera diperbaiki.

"Sudah banyak capaianan kita sejak reformasi. Itu banyak jasa Gus Dur, SBY, 
Mega dan Habibie. Bahwa disana-sini masih ada kekurangan, ya mari kita benahi. 
Tapi jangan sampai dimentahkan semua dan membuat rakyat berilusi akan masa 
lampau yang otoritarian serta anti-demokrasi," katanya.

Hanif mengajak semua pihak untuk menghargai, merawat dan memajukan 
kemenangan-kemenangan yang sudah diperoleh bangsa ini sejak reformasi. "Tanpa 
itu, bangsa Indonesia akan kehilangan harapan pada demokrasi dan akan berharap 
pada lawan-lawan demokrasi yaitu anarkisme dan otoritarianisme," ujar dia. 
(rdo/rls)

++++

http://www.equator-news.com/utama/lebih-enak-orde-baru

Rabu, 18 Mei 2011 
Lebih Enak Orde Baru 

  Bukti ilmiah melalui riset menyebutkan masa kepemimpinan Presiden Soeharto 
lebih memuaskan. Politisi Kalbar menanggapi beragam. Apa langkah berikutnya?

PONTIANAK - Hasil survei Indo Barometer yang membandingkan tingkat kesukaan 
masyarakat terhadap massa Orde Baru dan Orde Reformasi ditanggapi beragam 
politisi Kalbar. Ada yang menilai realistis, ada pula yang menilai sebaliknya.

"Hasil survei itu sangat realistis dan menggambarkan kenyataan yang ada," ujar 
Drs Inosensius, Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Kalbar kepada Equator, Selasa 
(17/5).

Penilaian realisitis ini, menurut Ino, salah satunya terletak pada tingginya 
tingkat keamanan masyarakat saat massa orde baru. Jika dibandingkan sekarang, 
keamanan sangat terjamin.

"Sekarang rasa aman masyarakat benar-benar hilang. Banyak bermunculan teroris, 
gerakan yang menyimpang seperti NII, serta rasa kebangsaan dan persaudaraan 
yang semakin memudar," katanya.

Di bagian lain, marwah Indonesia di mata dunia juga jauh lebih terjaga di masa 
Orde Baru. Diplomat-diplomat Indonesia sangat dihormati di dunia internasional, 
sehingga semakin menambah kehormatan bangsa. "Pada masa Orde Baru kita punya 
banyak diplomat andal. Mereka antara lain Ginanjar Kartasasmita, Ali Alatas, 
dan banyak lagi diplomat lainnya," ucap Ino.

Walau sikap otoriter pemerintah zaman Orde Baru sering mendapat kritikan, namun 
Ino menilai sikap tersebut tidak selamanya membawa dampak negatif. Ada banyak 
manfaat positif yang bisa diambil dari sikap otoriter tersebut.

"Memang ada sedikit dampak buruk dari sikap otoriter itu. Tapi secara umum 
sikap tersebut mampu mencegah terjadinya tindak anarkis dan tindakan yang 
mengarah terjadinya makar. Wajar dalam survei Indo Barometer ini banyak 
masyarakat yang menyenangi Orde Baru," pujinya.

Survei ini dilakukan terhadap 1.200 responden di 33 provinsi di Indonesia pada 
25 April sampai 4 Mei 2011. Indo Barometer menemukan, 40,9 persen memilih 
kondisi pada saat masa Orde Baru. Hanya 22,8 persen yang memilih masa Reformasi.

Masyarakat yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan sama-sama menyatakan Orde 
Baru lebih baik. Namun publik perkotaan menyatakan Orde Baru lebih baik sebesar 
47,7 persen dibandingkan pedesaan sebesar 35,7 persen.

Responden dari semua pulau menganggap Orde Baru lebih baik dari pada Era 
Reformasi kecuali Pulau Sulawesi. Publik di Pulau Jawa yang memberikan 
tanggapan paling banyak dalam memilih masa Orde Baru yakni 48 persen. Di 
Sulawesi sebanyak 41,1 persen memilih era reformasi.

Sebanyak 36,5 persen responden menyukai mantan Presiden Soeharto sebagai 
pemimpin Orde Baru. Angka ini jauh di atas Presiden SBY yang menempati posisi 
kedua sebanyak 20,9 persen. 9,8 persen responden menyukai mantan presiden 
pertama RI, Soekarno. 9,2 responden menyukai presiden wanita pertama Indonesia, 
Megawati Soekarno Putri.

Sedangkan Presiden pertama masa orde reformasi, BJ Habibie hanya disukai 4,4 
persen responden. Posisi paling akhir ditempati Abdurrahman Wahid yang disukai 
4,3 persen.

Survei lainnya dilakukan Puskaptis pada 15-22 Maret 2011 terhadap 1.250 sampel 
yang disebar di seluruh Indonesia. Hasilnya, sebanyak 52 persen responden 
menginginkan kondisi yang sama seperti Orde Baru. Sebanyak 25 persen responden 
menyatakan sama saja, dan 23 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Sekretaris DPD Demokrat Kalbar, Drs Nicodemus R Toun masih enggan mengomentari 
hasil survei tersebut. "Saya pikir besok saja (hari ini, red) saya komentari. 
Saya takut salah omong," kata Nico.

Sementara itu, Wakil Ketua DPD Demokrat Kalbar, Saiyan SH MH justru menilai 
hasil survei Indo Barometer tidak realistis. Dari berbagai faktor, banyak fakta 
yang tidak terungkap dalam survei tersebut.

"Dari faktor hukum dan keamanan, zaman sekarang justru lebih maju. Tidak ada 
penangkapan atau penembakkan misterius terhadap para aktivis tanpa proses hukum 
yang jelas," ujar Saiyan.

Di zaman reformasi, khususnya era kepemimpinan SBY, HAM benar-benar 
dikedepankan. "Kebebasan berpolitik dan berpendapat tidak dibatasi. Kalau dulu, 
siapa yang berbeda dengan Negara bisa ditangkap," ingatnya.

Saiyan menambahkan, keberhasilan seorang pemimpin juga tidak bisa dinilai 
secara sepotong-sepotong. Keberhasilan itu harus diukur secara menyeluruh dan 
melibatkan responden yang benar-benar kredibel.

"Massa Orde Baru itu 32 tahun. Sedangkan reformasi baru 13 tahun. Karena itu, 
hasil survei ini belum bisa mewakili seluruhnya. Apalagi mewakili seluruh warga 
Negara Indonesia karena umur peserta survei yang tertentu, serta jumlah peserta 
yang sedikit. Minimalnya responden 10 persen dari jumlah masyarakat Indonesia," 
tukas Saiyan. (bdu)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke