Di berita, ramainya ngomentarin soal pemerintah ngga bisa bantuin melindungi 
nyawa warganya...ngga salah sih komentar yg ngritik pemerintah spt itu, tapi 
ngga ada satupun yg ngomentari soal hukum pancung itu sendiri..yah, kita bisa 
taulah alasannya...mestinya sih bagi mereka yg memahami hukum di arab, ya ngga 
usah meratapi lg nasib seperti itu..kan udah siap waktu berangkat...sekarang 
udah terjadi, tinggal bgm memulangkan jenazahnya aja...apakah ada yg kapok 
kerja ke arab ?...pasti ada..tapi yg ngga kapok jg jauh lebih banyak krn ngga 
semua bernasib apes seperti si royati...katanya sih kalo ngga salah kenapa 
takut ?...
-----Original Message-----
From: "sunny" <am...@tele2.se>
Sender: proletar@yahoogroups.com
Date: Sun, 19 Jun 2011 14:24:12 
To: <Undisclosed-Recipient>
Reply-To: proletar@yahoogroups.com
Subject: [proletar] Ruyati Dipancung, ke Mana SBY? + Arab Pancung Perempuan 
Indonesia

Refl: Mungkin  SBY lagi di toilet jadi tak tahu, bahwa ada PRT dipancung, 

http://internasional.kompas.com/read/2011/06/19/11014581/Ruyati.Dipancung..ke.Mana.SBY


TKW Dihukum Mati di Arab Saudi

Ruyati Dipancung, ke Mana SBY?
Tri Wahono | Minggu, 19 Juni 2011 | 11:01 WIB 

  
 Tribun Batam/Iman Suryanto Ilustrasi: Tenaga kerja Indonesia (TKI) 


JAKARTA, KOMPS.com - Eksekusi mati terhadap PRT Migran Indonesia Ruyati binti 
Sapubi di Saudi Arabia adalah bentuk keteledoran pemerintah melakukan 
diplomasi. Eksekusi mati ini bukti pidato Presiden SBY pada sidang ILO ke-100 
pada 14 Juni 2011 mengenai perlindungan PRT migran di Indonesia hanya buaian 
saja.

"Dalam pidato itu, Presiden SBY menyatakan di Indonesia mekanisme perlindungan 
terhadap PRT migran Indonesia sudah berjalan, tersedia institusi dan 
regulasinya. Tentu saja pidato ini menyejukkan dan menjanjikan. Namun buaian 
pidato tersebut tiba-tiba lenyap ketika hari Sabtu, 18 Juni 2011, muncul berita 
di banyak media asing. Mengenai pelaksanaan eksekusi hukuman mati dengan cara 
dipancung terhadap Ruyati binti Sapubi, PRT migran Indonesia yang bekerja di 
Saudi Arabia," tulis Migrant CARE, dalam rilisnya, Minggu (19/6/2011).

Peristiwa ini, menurut Migrant CARE, jelas memperlihatkan apa yang dipidatokan 
Presiden SBY di ILO tidak sesuai dengan realitas. Dalam soal hukuman mati 
terhadap PRT migran dan warga negara Indonesia di luar negeri, diplomasi luar 
negeri Indonesia terlihat sangat tumpul.

"Di Saudi Arabia, ada sekitar 23 warga negara Indonesia (mayoritas PRT migran) 
menghadapi ancaman hukuman mati. Kasus terakhir yang muncul ke permukaan adalah 
ancaman hukuman mati terhadap Darsem. Dalam kasus ini pemerintah Indonesia 
lebih berkonsentrasi dalam pembayaran diyat (uang darah) ketimbang melakukan 
advokasi litigasi di peradilan maupun diplomasi secara maksimal," kecam Migrant 
CARE.

Eksekusi mati terhadap Ruyati binti Sapubi, menurut Migrant CARE, merupakan 
bentuk keteledoran diplomasi perlindungan PRT migran Indonesia. Dalam kasus 
ini, publik tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang 
pernah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

"Keteledoran ini juga pernah terjadi pada kasus eksekusi mati terhadap Yanti 
Iriyanti, PRT migran Indonesia asal Cianjur yang juga tidak pernah diketahui 
oleh publik sebelumnya. Bahkan hingga kini jenazah Yanti Iriyanti belum bisa 
dipulangkan ke Tanah Air atas permintaan keluarganya," papar Migran CARE.

Dijelaskan, dalam kasus Ruyati binti Sapubi, sebenarnya Migrant CARE telah 
menyampaikan perkembangan kasus ini ke Pemerintah Indonesia sejak bulan Maret. 
Namun, ternyata tidak pernah ada tindak lanjutnya.

Migrant CARE menyatakan duka sedalam-dalamnya atas eksekusi mati terhadap 
almarhumah Ruyati binti Sapubi. Atas kasus ini pula Migrant CARE mendesak 
Presiden SBY untuk mengusut tuntas keteledoran diplomasi perlindungan PRT 
migran Indonesia.

"Migrant CARE juga mendesak agar dilakukan evaluasi kinerja (dan jika perlu 
pencopotan) terhadap para pejabat yang terkait dengan keteledoran kasus ini 
seperti Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Luar Negeri, Kepala 
BNP2TKI dan Duta Besar RI untuk Saudi Arabia," demikian Migrant CARE. 

++++

http://internasional.kompas.com/read/2011/06/19/06584176/Arab.Pancung.Perempuan.Indonesia


Arab Pancung Perempuan Indonesia

Josephus Primus | Minggu, 19 Juni 2011 | 06:58 WIB 

JEDDAH, KOMPAS.com - Seorang perempuan Indonesia telah dipancung dengan pedang, 
Sabtu (18/6/2011). Perempuan itu dihukum karena membunuh seorang perempuan Arab 
Saudi, kata Kementerian dalam Negeri Arab Saudi.    

Perempuan bernama Raiaiti Beth Sabotti Sarona, menurut penyalinan huruf dari 
bahasa Arab, terbukti bersalah membunuh perempuan Saudi Khairiya binti Hamid 
Mijlid dengan menyerangnya berulang kali pada kepala dengan pemotong daging dan 
menikamnya di leher, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang diangkat 
oleh kantor berita resmi SPA.    

Kantor berita itu tidak menguraikan motif kejahatan itu, ataupun mengungkapkan 
hubungan antara kedua perempuan itu. Tapi beberapa pejabat Indonesia mengatakan 
bahwa sekitar 70 persen dari 1,2 juta warga Indoesia yang bekerja di Arab Saudi 
adalah staf domestik (rumah tangga).    

Pemancungan di provinsi Mekah di Saudi barat itu membuat jumlah eksekusi di 
kerajaan yang sangat konservatif itu tahun ini menjadi 28 orang, menurut 
hitungan AFP berdasarkan pada laporan-laporan pejabat dan kelompok hak asasi 
manusia.     Kelompok Amnesty International yang bermarkas di London pekan lalu 
minta pada Arab Saudi untuk berhenti melaksanakan hukuman mati, mengatakan 
telah ada peningkatan signifikan dalam jumlah eksekusi yang dilakukan pada enam 
tahun terakhir.    

Mereka menyatakan sedikitnya 27 orang telah dieksekusi di Arab Saudi pada 2011. 
Jumlah itu sama seperti jumlah semua orang yang dieksekusi pada sepanjang 2010. 
Ada 15 orang dieksekusi pada Mei saja. Pada 2009, jumlah eksekusi mencapai 67, 
dibanding 102 oada 2008.    

Pemerkosaan, pembunuhan, kemurtadan , perampokan bersenjata semuanya dapat 
dihukum dengan hukuman mati menurut interpretasi keras hukum syariah Islam Arab 
Saudi.


[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke