http://www.sinarharapan.co.id/content/read/mencari-berkah-di-negeri-para-nabi/

23.06.2011 11:27

Mencari Berkah di Negeri Para Nabi 
Penulis : Widjil Purnomo   


 
(foto:dok/hrw)
Arab Saudi dan negara-negara Timur  Tengah lainnya seolah menjadi magnet  bagi  
sebagian warga Karawang, Jawa Barat. Lebih dari 90 persen tenaga kerja migran 
dari daerah ini memilih negara-negara tersebut karena persoalan kebatinan yang 
mereka yakini. Sisanya memilih bekerja di Taiwan, Hong Kong, Korea, Jepang, dan 
Malaysia atau Singapura.

"Negeri Para Nabi", itulah semangat yang mereka kedepankan untuk memilih tempat 
bekerjanya di Arab Saudi atau negara-negara Timur Tengah itu. Di negeri itu, 
mereka berharap pekerjaan yang dilakukannya mendapat keberkahan dunia dan 
akhirat. Itulah sebabnya, kekejian yang mereka dapatkan ketika bekerja di 
negeri itu dianggapnya sebagai ujian dalam memperoleh  keberkahan.

Para sponsor (sebutan untuk "makelar" TKI-red) tampaknya paham dengan suasana 
batin yang dialami sebagaian warga yang rata-rata tidak tamat sekolah dasar 
itu. Dalam setiap perburuan TKW, mereka menerapkan strategi itu agar para 
perempuan miskin di desa-desa tertarik bekerja di negara-negara Timur Tengah. 
Mereka seolah berkampanye bahwa Arab membawa keberkahan.

"Arab itu kan tempat lahirnya Nabi Muhammad  yang selalu dihormati umat Islam. 
Oleh karena itu kerja di Arab akan memperoleh keberkahan. Uang dapat, surga 
juga dapat," begitu alasan yang dikemukakan salah satu sponsor yang enggan 
menyebutkan identitasnya dalam perbincangannya dengan SH, beberapa waktu lalu. 
Ia menambahkan, beberapa nabi lainnya juga lahir di tanah Arab.

Di wilayah-wilayah miskin, para sponsor sangat getol memburu para perempuan 
untuk dijadikan TKW. Mereka tak pandang bulu dalam mencari buruannya. Ada yang 
masih kanak-kanak, gadis, janda, ataupun yang masih memiliki suami. 

Anak-anak yang seharusnya tidak bisa dikirim menjadi TKW tiba-tiba bisa disulap 
sedemikian rupa sehingga bisa memiliki KTP dengan usia sesuai yang 
dipersyaratkan. Bahkan, istri yang tak memperoleh izin berangkat dari suaminya, 
tiba-tiba sudah terbang ke Arab Saudi. 

Beberapa kasus hukum terkait pengiriman TKW dari Karawang sering kali 
ditemukan. Mulai dari pemalsuan umur yang tertera dalam KTP, pemalsuan KTP dan 
perizinan seolah tak pernah berhenti.   Pengadilan Negeri Karawang baru-baru 
ini memvonis 1,5 tahun penjara untuk salah seorang sponsor yang terbukti 
memalsukan dokumen keberangkatan TKW seperti ini.

Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Karawang mencatat, 
terdapat 180 PJTKI dengan masing-masing memiliki sponsor di setiap desa di 
daerahnya. Dengan jumlah sponsor sebanyak itu, bisa dibayangkan bagaimana 
persaingan mereka untuk mendapatkan perempuan yang bisa ditarik menjadi TKW.

Untuk setiap perempuan yang bisa dibujuk menjadi TKW, sponsor mendapat insentif 
Rp 1,5-2 juta dari PJTKI yang memberangkatkannya. Persaingan perburuan 
perempuan di desa-desa ini memang sering menjadi masalah jika di kemudian hari 
ada TKW yang disiksa majikannya atau meninggal dunia. 

Kasus pemalsuan dokumen atau keberangkatan tanpa izin Disnakertrans sering 
membuat aparat Disnakertrans setempat kalang kabut untuk mengurus hak-hak TKW 
yang disiksa atau meninggal dunia. Arsip mengenai data TKW yang bersangkutan 
tak terdata di instansi itu.

Tanpa Keterampilan

Sesuai ketentuan, setiap TKW resmi harus dibekali keterampilan dan cara-cara 
berkomunikasi dengan majikan di negara-negara Arab. Namun, adanya persaingan 
antarsponsor dan kegetolan PJTKI untuk mengirim TKW sebanyak-banyaknya, membuat 
semua persyaratan sering diabaikan.  

Siti Amuni (31) adalah contoh konkret dari persoalan itu. Warga Karawang Timur 
yang pulang ke desanya dengan penuh luka di sekujur tubuhnya itu adalah korban 
ketidakprofesionalan dalam pengirimannya ke Arab Saudi. Ia sering disiksa 
karena komunikasi dengan majikan tak lancar. 

"Kadang salah, kadang benar. Tiga bulan pertama saya suka salah sehingga sering 
disiksa. Tapi ketika saya sudah mulai bisa bahasa Arab, meski hanya sedikit, 
ternyata siksaan itu juga tak berhenti. Siksaan sudah menjadi kebiasaan karena 
saya dianggap tak pernah melawan," ujarnya.

Kalau sudah begini, PJTKI yang memberangkatkannya tak mau tahu. Perusahaan tak 
pernah mengecek kondisi TKW yang ditempatkan di majikan-majikan Arab ini. Upaya 
Siti untuk menghubungi orang yang dikenal atau terdekat pun bukan persoalan 
mudah. Semua dokumen, catatan pribadi, apalagi handphone dikuasai majikan. Ia 
menggambarkan dirinya hidup tanpa harapan.

"Saya pernah punya nomor telepon saudara di Indonesia dan PJTKI, tetapi bukunya 
disobek-sobek majikan. Bagaimana bisa punya handphone, berdiri dekat telepon 
yang ada di rumah majikan saja juga tidak boleh. Selama 27 bulan saya tak bisa 
menghubungi saudara-saudara di Indonesia," ujarnya berkisah. 

Disnakertrans Karawang sejak Mei lalu telah memperbaiki cara pendaftaran calon 
TKW di daerahnya, yakni dengan dibukanya sistem daring. Namun sistem ini 
dinilai lebih mengedepankan perbaikan administrasinya ketimbang aksi pencegahan 
pemberangkatan TKW secara diam-diam oleh para sponsor. 

Dengan sistem daring ini, data keberangkatan dan pemulangan TKW dapat dimonitor 
oleh Disnakertrans, tetapi tak bisa sepenuhnya menyurutkan praktik 
pemberangkatan TKW tanpa izin Disnaker Karawang.

Dalam percakapannya dengan SH, Kepala Disnakertrans Kabupaten Karawang Banuara 
Nadeak mengakui tugas pencegahan pengiriman TKW yang tidak memiliki dokumen 
asli bukan hanya tanggung jawab instansinya, tetapi juga instansi terkait 
lainnya.

Disnakertrans hanya berkewajiban memberikan rekomendasi keberangkatan TKW 
setelah lolos verifikasi dokumen  serta wawancara. Disnakertrans juga  memberi 
pelatihan kepada calon TKW sebelum diberangkatkan ke luar negeri.

Warga Miskin

Kabupaten Karawang adalah salah satu pengirim tenaga kerja Indonesia (TKI) 
terbesar di Jawa Barat. Menurut data Disnakertrans setempat, sekitar 13.000 TKI 
yang hampir semuanya perempuan bekerja di negara-negara Timur Tengah. 

Namun, data lain menyebutkan, ada sekitar 40.000 TKI dari daerah lumbung beras 
ini menjadi PRT di negara-negara tersebut. Data-data tersebut tidak termasuk 
TKI yang bekerja di Taiwan, Korea, Hong Kong, Jepang, Malaysia, maupun 
Singapura.

Besarnya minat warga Karawang menjadi TKW di Arab Saudi dan negara-negara Timur 
Tengah ini disebabkan tidak disyaratkannya kepemilikan ijazah. Sampai 2006, 
lebih dari 117.000 TKI yang umumnya perempuan adalah buta huruf. Mereka tidak 
memiliki kesempatan menjadi buruh di perusahaan yang tumbuh pesat di sekitarnya.

Dengan begitu, menjadi TKW di negara-negara Arab adalah satu-satunya harapan 
mereka untuk memperbaiki  kondisi ekonominya. Bagi yang memiliki ijazah formal, 
mereka lebih memilih bekerja di Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea, dan lainnya.

Setiap tahun tak kurang dari Rp 600 miliar uang hasil kerja TKI ini mengalir ke 
daerah yang memiliki APBD Rp 1,3 triliun setahun ini. Tak heran jika 
rumah-rumah TKW yang semula reyot berubah menjadi bangunan yang cukup megah. 

Bahkan sejumlah ruas jalan, masjid, dan sekolahan dibangun secara swadaya tanpa 
mengurangi keuangan APBD. Di wilayah utama pengirim TKI ini kini muncul sentra 
ekonomi yang terus berdenyut dan memberikan efek peluang kerja bagi masyarakat 
sekitar. 

++++

http://www.sinarharapan.co.id/content/read/klaim-marty-hanya-upaya-pembelaan-diri/

25.06.2011 11:16

Klaim Marty Hanya Upaya Pembelaan Diri 
Penulis : Natalia Santi/Sigit Wibowo   


 
(foto:dok/ist)
JAKARTA - Munculnya bantahan pihak Arab Saudi terkait pemancungan Ruyati, TKI 
asal Bekasi, menunjukkan bahwa klaim Menlu Marty Natalegawa hanya sebagai 
bagian dari upaya pembelaan diri pemerintah Indonesia, karena tidak ingin 
dianggap gagal. Mestinya Menlu Marty tidak perlu mengarang. 

"Karena takut ketahuan gagal. Kan ditutup terus dengan berbagai alasan, 
termasuk katanya Arab meminta maaf melalui dubesnya, ternyata tidak," kata 
Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah ketika dihubungi SH, Sabtu (25/6).

Menurut Anis, bukan sekali ini saja pemerintah Arab Saudi melanggar hukum 
internasional, namun tidak sekali pun mereka meminta maaf. "Arab melanggar 
hukum internasional, tetapi Arab itu selama ini tidak pernah minta maaf dalam 
banyak kasus," ujarnya.

Dia menyesalkan tindakan Menlu yang dianggap mengarang-ngarang. Pemerintah 
Indonesia tidak perlu melakukan hal itu jika benar-benar memantau kondisi 
tenaga kerja Indonesia yang terlibat kasus hukum di Arab Saudi. 

"Mestinya Menlu tidak perlu mengarang, kalau kita lebih kritis, Indonesia tidak 
memantau. Kalau Indonesia memantau terus-menerus, tidak akan kecolongan," 
tegasnya.

Anggota Petisi 28 Salamuddin Daeng di Jakarta, Sabtu mengatakan, Marty 
Natalegawa dinilai telah melakukan kebohongan publik.  "Menlu sebaiknya 
menunjukkan diplomasi tingkat tinggi, bukan membuat pernyataan yang bisa 
dikategorikan kebohongan publik," katanya.

Sebagai pejabat publik, Menlu sebaiknya mengakui secara jujur bahwa 
pernyataannya selama ini tidak didasarkan pada fakta. Jika permasalahan ini 
dibiarkan maka akan merugikan kredibilitas Indonesia dalam pergaulan 
internasional.

Pengamat Hubungan Internasional UI, Syamsul Hadi, mempertanyakan keberadaan 
Doktrin Natalegawa yang diklaim menjadi pijakan politik luar negeri Indonesia. 
"Menlu sebaiknya berangkat dari masalah-masalah konkret seperti perlindungan 
TKI. 

Sampai saat ini kepentingan nasional yang di depan mata saja tidak bisa 
ditangani dengan baik," katanya. Hal ini terbukti banyak TKI diperlakukan 
secara tidak manusiawi seperti gaji tidak dibayar, disiksa, diperkosa, dibunuh, 
dipancung dan diperlakukan seperti budak.

Menolak

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, menolak untuk mengomentari 
pernyataan Kedutaan Besar Arab Saudi karena tidak ingin berpolemik. "Apa yang 
disampaikan Menlu sudah sesuai dengan fakta," katanya melalui pesan singkatnya 
kepada SH, Sabtu.

Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, Jumat (24/6), mengirimkan pernyataan pers 
kepada beberapa media massa. Isinya membantah mereka telah meminta maaf kepada 
Indonesia, seperti yang dinyatakan Marty Natalegawa.

Pernyataan pers itu menyatakan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, 
Abdurrahman Muhammad Amien AlKhayat,  memang telah menemui Menlu Marty, Rabu 
(22/6). Namun, pertemuan itu dalam rangka hubungan bilateral.

"Dalam kaitan ini Kedutaan menjelaskan secara tegas bahwa Yang Mulia Duta Besar 
tidak menyampaikan kepada Yang Mulia Menlu RI bahwa ia mengungkapkan permohonan 
maaf Kerajaan, atas tidak memberitahukan pihak Kedutaan Republik Indonesia di 
Riyadh, mengenai pelaksanaan eksekusi hukuman mati terhadap TKI/Ruyati. Tidak 
juga disampaikan kepada Menlu RI bahwa Arab Saudi lalai mengenai pelaksanaan 
eksekusi," demikian pernyataan tersebut.

Dikatakan Dubes Arab Saudi hanya akan  meneruskan keinginan Menlu RI kepada 
pemerintah Kerajaan Arab Saudi tentang kasus TKI/Ruyati tersebut dan akan 
menyampaikan surat tertulis Menlu RI yang ditujukan kepada Yang Mulia Pangeran 
Saud Al-Faisal, Menteri Luar Negeri Arab Saudi.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke