anjing saya sama dengan anda, fiq.

anjing saya juga dapet tunjangan perumahan, dapet tunjangan makan, dapet 
tunjangan kesehatan juga dari saya.   persis sama deh anjing saya dengan anda, 
cuman bedanya anjing saya ada gunanya bagi majikannya sebagai penjaga rumah 
sementara anda cuman bikin onar dan bikin pusing majikan anda karena stoned dan 
mabok mulu sih.

hehehe....





--- In proletar@yahoogroups.com, "Bukan Pedanda" <bukan.pedanda@...> wrote:
>
> 
> Sekali lagi: di  negeri Belanda orang dianggap "miskin" kalau penghasilannnya 
> dibawah kira-kira 1,200 euro tiap bulan.
> 
> Kalau kurang mereka segera dapat berbagai tunjangan, seperti tunjangan sewa 
> rumah dan tunjangan untuk membayar asuransi kesehatan.
> 
> Dan jaminan kesehatna di negeri Belanda itu termasuk yang paling aduhai di 
> Eropa.
> 
> --- In proletar@yahoogroups.com, "sunny" <ambon@> wrote:
> >
> > 
> > http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/25/237205/70/13/Dua-Wajah-Kemiskinan
> > 
> > 
> > Dua Wajah Kemiskinan 
> > 
> > 
> > Sabtu, 25 Juni 2011 00:00 WIB     
> > PEMERINTAH seperti sudah kehabisan akal menumpas kemiskinan. Tak tahu lagi 
> > bagaimana cara mengurangi jumlah orang miskin, pemerintah mencari jalan 
> > pintas dengan mengamuflase angka kemiskinan. 
> > 
> > Salah satunya dengan mengutak-atik patokan yang dijadikan acuan untuk 
> > menghitung jumlah orang miskin. Versi pemerintah, yang disebut orang miskin 
> > adalah mereka yang berpenghasilan Rp7.000 per hari atau sekitar Rp210 ribu 
> > per orang per bulan. 
> > 
> > Patokan itu jauh di bawah acuan yang digunakan kebanyakan lembaga 
> > internasional yang menetapkan garis kemiskinan di US$1-US$2 atau 
> > Rp8.500-Rp17.000 per orang per hari. 
> > 
> > Patokan itu juga jauh di bawah upah minimum regional (UMR) atau upah 
> > minimum kabupaten (UMK) terendah Rp660 ribu per bulan yang sudah sangat 
> > terbatas untuk memenuhi kebutuhan pokok. 
> > 
> > Tidak mengherankan kalau pemerintah dituding tidak realistis. Patokan untuk 
> > menghitung orang miskin terkesan lebih banyak mempertimbangkan aspek 
> > politis ketimbang hitung-hitungan ekonomi yang rasional. 
> > 
> > Garis kemiskinan sengaja dibuat rendah agar jumlah orang miskin tidak 
> > melonjak. Sebab, menaikkan parameter kemiskinan dengan menyesuaikan kondisi 
> > saat ini dikhawatirkan menaikkan jumlah orang miskin. 
> > 
> > Pemerintah yang mementingkan citra pasti alergi dengan hal itu. Membuka 
> > angka valid kemiskinan dianggap sama saja dengan menyeret turun popularitas 
> > di mata rakyat. 
> > 
> > Kalau menggunakan acuan angka kemiskinan internasional, jumlah orang miskin 
> > pasti melonjak drastis dari angka yang diklaim pemerintah. 
> > 
> > Pemerintah mengatakan saat ini jumlah orang miskin di Indonesia 31,023 juta 
> > atau 13,3% dari total jumlah penduduk Indonesia. 
> > 
> > Angka tersebut menjadi alat propaganda politik sekaligus alat ukur 
> > keberhasilan kinerja. Realitas kemiskinan pun menjadi nomor dua. 
> > 
> > Termasuk realitas itu ialah terus membeludaknya tenaga kerja Indonesia 
> > (TKI) ke luar negeri kendati harus menyabung nyawa. Kelak, jika langkah 
> > moratorium penempatan TKI benar-benar diterapkan, jumlah pengangguran pun 
> > kian membengkak. 
> > 
> > TKI itu bakal menghadapi situasi kemiskinan yang akut karena tidak diurus 
> > negara. Bagaimana mungkin pemerintah bisa menyusun program yang tepat 
> > sasaran dan mampu menyejahterakan kalau potret nyata kemiskinan 
> > disembunyikan? Padahal, tolok ukur sebuah negara disebut naik kelas dalam 
> > tataran global adalah sejauh mana negara itu mengatasi kemiskinan. Itu 
> > karena kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam 
> > pendidikan, kesulitan mengakses pelayanan kesehatan dan pelayanan publik, 
> > serta kurangnya lapangan pekerjaan yang dapat memberdayakan mereka. 
> > 
> > Nasib orang miskin di negeri ini seperti dua sisi mata uang yang sangat 
> > kontras. Dalam pidato politik, mereka jadi alat untuk menaikkan citra, 
> > tetapi di satu hari lain, mereka disembunyikan dan dianggap aib karena 
> > bakal menjatuhkan kinerja. 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to