----- Forwarded Message -----
From: Trikoyo <s.trik...@gmail.com>
Sent: Monday, August 15, 2011 3:56 PM
Subject: palu arit pak kiyahi haji muxhlas ayah MH Lukman Wk Ketua CCPKI


•  
·                                 
 
 
PALU  ARIT-  YA PALU ARIT  YANG BANYAK KULIHAT DI FASEBOOK
-
ARIT PAK KIYAHI HAJI MUKHLAS AYAH MH. LUKMAN WK. KETUA CCPKI.  
Oleh :Tri Ramidjo.
 
Aduh
aduh aduh, untung sekarang ini bukan zaman orba Suharto, Kalau masih zaman
Suharto apa jadinya ya. Aku bergumam
mengucap terus tak henti-hentinya. Mengapa?
 
Ya, aku sungguh tolol dan gak habis pikir.Di facebook di pojok sana, di bagian 
sini dan di mana-mana
kulihat gambar kecil  PALU ARIT.  Gambar palu
arit – palu dan sabit –  simbulnya PKI yang berarti simbul
persaatuan  buruh dan tani. PKI, Acoma (Angkatan Comunis Muda) dan entah apa 
lagi  selalu memakai
simbul palu arit.
 
Aku
jadi teringat  masa kecilku di Tanah Merah Digul tempat pembuangan ayahku 
Kiyahi Anom Dardiri
Suromidjoyo (stb. No.108). Bukan ayahku itu yang kuingat tapi
aku teringat mbah Kiyahi Haji Mukhlas yang tidak pernah lepas dari aritnya itu
kecuali di waktu tidur.
 
Wah
wah wah, aku jadi harus cerita siapa mbah Kiyahi Haji Mukhlas ini.
Dahulu
ya dahulu dulu sekali kira-kira delapan puluh tahun lalu di kota yang tidak 
begitu besar TELGAL namanya tinggal
di sana seorang
kiyahi, Kiyahi Haji Mukhlas namanya. Beliau tidak sendirian sebab diantara
saudara-saudaranya ada  seorang diantaranya yaitu Kiyahi Haji Mohamad Ishak.
 
Konon
ceritabnya K.H.M. Iskhak adalah orang terkaya di daerahnya TEGAL  tapi mereka 
itu sangat benci kepada
kompeni atau penjajah Belanda. Untuk  memuntahkan rasa bencinya kepada
Belanda timbullah akalnya untuk meminta izin kepada kompeni Belanda  untuk 
membuat rumah yang lantainya perak
terbuat dari uang ringgit  
 
Ya,
lantainya dari uang ringgit dan harga seringgit – satu ringgit adalah dua
setengah gulden ( 2 ½ rupiah)  dan di uang  ringit itu tertera gambar ratu 
Wilhelmina dan crown atau mahkota
kerajaan Belanda dengan tulisan je main tien… wah aku lupa namanya. Ya
pokoknya uang ringgit yang berarti mahkota dan ratu Belanda Wilhelmina yang
akan terijak-injak jika benar menjadi lantai dari ruangan  rumah K.H.M. Ishak 
itu.
 
Begitulah,
pada suatu hari  pergilah pak Kiyahi ini ke kantor gubernemen untuk meminta 
izin.
Gubernemen atau pemerihtah Belanda tidak serta merta memberi
izin tetapi bertangguh seminggu untuk memberikan izin itu.]
 
Seminggu
sudah berlalu dan datang lagi pak Kiyahi untuk  menagih janji gubernemen.
Gunerbenemen  menerimapak Kiyahi dengan sangat ramah dan mengatakan, bahwa  
permintan izin itu diterima  dan diizinkan untuk memasang uang ringgit
sebagai lantai rumah. 
 
Senang sekali hati Kiyahi itu waktu itu.Tapi kata gubernemen  Lantai beringgit 
itu boleh-boleh saja
hanya memasangnya tidak boleh terlentang dan harus dimiringkan. Jadi dengan 
memasang miring gambar ratu Wilhelmina dan mahkota
Belanda itu tidak terinjak kaki.
 
Dengan
bersungut-sungut pulanglah pak  Kiyahi ke rumah.   Beliau tak jadi  memasang 
ringgit untuk lantai rumahnya
sebab bayangkan berapa banyak ringgit yang  harus dipasang  kalau tidak boleh
ditelentangkan.
 
Konon
ceriteranya di kota Tegal itu telah berdiri organisasi yang namanya Sarikat 
Dagang Islam yang
dikemudian hari bernama Sarikat Islam.  
 
Sebagai
pedagang besar K.H.M. Iskhak dan Kiyahi Haji Mukhlas tentu saja segera menjadi
anggota dan karena aktif dan banyak iurannya kepada organisasi dengan suara
bulat terplilihlah dua saaudara itu  sebagai pengurus. Semua
berjalan lancar tanpa hambatan. SR atau Serikat Rakyat makin banyak
anggotanya dan kebencian terhadap penjajah  makin hari  tambah meningkat
apalagi  kaki tangan  Belanda makin kejam dalam  menunaikamn tugas menarik 
pajak.
 
Kalau
tadinya pajak hanya ditarik berupa uang semakin sehari penarik pajak makin
ganas bukan menarik pajak berupa uang tetapi apa saja yang ada yang bisa
mendjadi duit mereka ambil misalnya ayam, kambing dan bahkan nasi didalam
periuk pun mereka ambil tanpa peduli apakah yang punya periuk sudah makan atau
belum.
 
Keadaan
yang menggila ini membuat rakyat naik pitam dan pada tanggal 12 November 1926
meletuslah pemberontakan rakyat di Jakarta, Banten dan tempat-tempat lainnya
melawan ketidak adilan kolonialis Belanda.
 
Tombak,
parang, pentung, pisau, keris dan apa saja yang bisa dijadikan senjata mulai
beradu melawan bedil senjata  Belanda. Korban berjatuhan di sana-sini dan 
rakyat dengan gagah berani  melawan kekuasaan serdadu-serdadu kumpeni  Belanda. 
Rawe-rawe rantas malang-malang mutung, sekarang mati besok pun
akan mati  Belanda harus enyah dari bumi ini selama Belanda masih ada tak ada 
ketenteraman negeri
ini.
 
Semua
mata, hati dan segalanya hanya tertuju kepada Belanda sebagai musuh dan musuh
nomor satu adalah Belanda. Tak ada yang ingat bahwa yang
salah adalah sistimnya bukan orang Belanda tapi sistim penjajahan itulah yang
salah. Sistim sistim sistim, itu hanya dimenerti sebagian dari mereka
yang berpendidikan dan sebagian besar rakyat hanya berpengertian Belanda harus
dilawan dan haruns lenyap dari bumi Indonesia .
 
Tegal kota pesissir itu juga tak luput dari pemberontakan rakyat. Tentu
saja K.H.M. Iskhak dan adiknya K.H. Mukhlas ambil bagian dalam pembertakan itu. 
Sarekat Islam bukan hanya mengikut sertakan anggotanya tetapi
yang bukan anggota pun ambil bagian dalam memberontak melawan Belanda.
 
Karena perlawanan rakyat yang tidak seimbang dibidang
persenjataan akhirnya setelah beberapa hari berlangsung pemberotakan rakyat itu
walau pun telah meluas ke Sumatra dan pulau-pulau lainnya di Indonesia akhirnya 
dapat ditumpas
dan dengan cap pemberotakan PKI perlawanan rakyat itu dapat di tumpas.
 
Pimpinan-pimpinan pemberontakan apakah itu dari PKI, Serikat
Islam dan lain-lain ditangkapi semua dan sebagian terbesar adalah dari PKI dan
Serikat Islam dan Sarekat Rakyat.
 
Belanda
yang sejak Gubernur Jenderal De Graef pada tahun 1925 telah memerintahkan
Kaptein Backing mencari tempat yang cocok  untuk menginternir atau membuang 
para pembangkang Belanda itu agar
membuat daerah jajahannya aman tidak diganggu para pembangkang.  Daerah jajahan 
haru dibuat sedemikian rupa
menjadi daerah yang  in orde, yang aman tenteram tak ada ganguan apa pun atau 
daerah normal. 
 
Orang-orang
yang melawan Belanda adalah orang-orang yang tidak normal yang mengganggu
daerah normal  yang harus bertempat tinggal terpisah dari tempat 
manusia-manusia yang normal yang
tidak melawan Belanda. Nah dari sinilah timbul kata-kata
“zaman normal dan zaman tidak normal”.
 
Demikanlah
kapten Becking berhasil mendapat tempat yaitu di Tanah Merah Digul Papua  di 
hulu Sungai
Digul  terdapat sebuah tempat yang sangat
srtrategis tepisah  dari mana-mana. Di
sebelah utara ada hutan belukar yang kayunya saja lebih dari 20 metter
tingginya dan penuh rawa-rawa  sarang nyamuk malaria, sebelah selatan sama juga 
dengan
utara  disebelah timur seperti utara dan
selatan ada kali atau sungai Fliy yang cukup lebar sedang di  barat  disamping 
hutan lebar juga ada sungai Digul yang sangat lebar dan dalam
penuh ikan dan buaya yang cukup ganas.
 
Dengan
mengerahkan hukuman perantaian  - orang hukuman perantaian adalah hukuman
yang lebih 10 tahun kesalahan membunuh atau lainnya yang tidak mungkin keluar
atau melarikan diri  mereka inilah yang
diperihtahkan membat hutan dan membuat barak-barak untuk persiapan
pemberotak-pemberontak yang akan diasingkan.
 
Pemberontakan
rakyat 12 November 1926 akhirnya dapat ditumpas oleh kolonialis Belanda dan
kapal demi kapal, sending demi sending diberangkatkan ke Tanah Merah Boven
Digul. Berangkatlah sending pertama  dari Batavia 
( Jakarta ) Aliarkham dan rombongannya, menyusul
sending ke dua dari Semarang 
dengan kapal perang Kruiser JAVA terdiri dari Kiyahi Anom Dardiri Suromidjoyo 
Stb.108  dan rombongannya dan menyusul sending-sending
lain yang tidak kuingat lagi jumlahnya. 
 
KHM
Iskhak dan KH Mukhas dari Tegal  tentu saja ikut diinternir ke Tanah
Merah Digul. KH Mukhlas tentu saja membawa keluarganya
terdiri dari isteri beliau Nyi. Maimunah dan anak-anak
beliau   Akhwan, MH Lukman, Siti Rollah Syarifah
dan Ali Mukafin.
 
KH
Mukhlas dan keluarganya ini tinggl di kampong “B” berdekatan dengan
rumah Kiyahi Anom (ayahku), oom Ponco Pangrawit ahli gending, oom Kadirun bekas
Kepala Stasiun di Kendal Kaliwungu, Tubagus Suleman keurmeester dari Serang 
Banten,
oom Tugimin akli musik, Kiyahi Harun Alrasyid dan banyak lagi lainnya.
 
Mbah
Kiyahi Haji Mukhlas ini juga seperti Kiyahi-kiyahi lainnya sangat anti kepada  
Belanda dan
sedikit pun tak mau tunduk atau bersikap mengalah. Tegar dan tetap berani dan
menjadi kaum natura yang  setiap bulan menerima ransom berupa bahan mentah.
 
Sebenarnya  takada yang istimewa yang perlu kukagumi. Tetapi melihat mata
beliau yang sangat tajam dan ………….. arit tajam yang dibawanya  itulah yang 
sangat
lain dari yang lain. Kalau ayahku Kiyahi Anom tak pernah lepas dengan pisau
belatinya yang  sangat tajam dan pernah
menghabisi seekor buaya kuning ganas, begitu jugalah mbah Kiyahi Haji Mukhlas
ini yang tak pernah lepas berpisah dengan aritnyqa yang sangat tajam dan bisa
untuk mencukur jenggot.
 
Melihat
gambar palu-arit  yang berserakan di sana-sini dalam facebook yang kullihat 
setiap hari ini, teringatlah
aku akan mbah Kiyahi Haji Mukhlas dengan aritnya yang sangat tajam, yang berani
memenggal kolonial   Belanda dan
antek-anteknya.
 
Nah
itulah cerita singkat mbah Kiyahi Haji Mukhlas Ketua Sarikat Islam Tegal yang
puteranya yang juga mewarisi keberaniannya tidak lain adalah MH Lukman Wakil
Ketua CCPKI Yang hilang tak tentu rimbanya mati tak tahu kuburnya dihilang
lenyapkan oleh orba Suharto yang tentu saja memakai kaki tangannya.****
 
 
Tangerang, memperingati proklamasi 17 Agustus 1945.  
-----------------------------------------------------------------

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to