Catatan laluta: 

Dalam suasana menahan haus dan lapar di bulan puasa, maka kebutuhan sandang dan 
pangan pun mengalami kenaikan harga. Sehingga budaya kenaikan harga barang 
konsumsi di setiap bulan suci ini sudah dianggap terbiasa 
rasanya...namun...lain halnya dirasakan rakyat miskin yang selalu menjadi 
korbannya...misalnya harga ayam Rp. 14 ribu per kg di Plein 50-51 (Amsterdam) 
sedangkan di pasar swalayan (jakarta) seharga Rp. 20 ribu per kg...

Nyatanya nasib pemiskinan rakyat miskin di Tanah Air tercinta selalu terabaikan 
diantara kehidupan masyarakat lingkungan yang tak miskin...dan... sampai saát 
kini pihak pemerintah maupun para wakil rakyatpun tetap mengabaikannya... 
sementara itu arus peranan media televisi di Indonesia semakin gencar 
menayangkan serial kasus dugaan suap si Nazaruddin terhadap proyek pembangunan 
wisma atlet SEA Games 2011, telah menjadi pelayanan konsumsi penghibur hati 
pemirsa yang terobsesi dengan gosip kasus KKN yang tak pernah ditangani sampai 
tuntas...

Berkaitan dengan kasus korupsi si Nazaruddin, saya lampirkan dibawah ini a.l.  
berita "Hot News" dalam peran utama sekaligus promotor pembuat skenario cerita  
"sepucuk surat buat SBY" di bulan puasa 2011, bersama dua opini kompasiana.com 
dari Djohan Suryana dan Vence Marines, masing2 berjudul "SBY “Ditembak” oleh 
Nazar" dan "Siapa Bilang Nazaruddin Bungkam ?!". 

Juga, saya lampirkan karya tulisan Wahyu Effendy, berjudul "Korupsi dan 
Ekonomi-Rente" . Artikel ini saya ambil dari facebook DUKUNG NAZARUDDIN BONGKAR 
TUNTAS MAFIA PROYEK, HUKUM & POLITIK DI INDONESIA
Description:  "M. Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang 
terindikasi terlibat kasus korupsi Wisma Atlet dan beberapa kasus lainnya dalam 
perjalanan pelariannya s/d tertangkap di Kolombia telah beberapa kali 
membeberkan berbagai sinyalemen keterlibatan "pihak-pihak" yang di kategorikan 
"orang penting" di Indonesia.

Sinyalemen ini bisa di jadikan dasar argumentasi adanya konspirasi jahat 
terselubung antara Politisi + Pengusaha + Penegak Hukum dalam berbagai 
proyek-proyek pembangunan yang bermuara pada KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME.

Apapun alasan M. Nazaruddin membongkar indikasi konspirasi jahat ini seharusnya 
di dukung penuh demi pembangunan yang bebas KKN. Negeri ini tidak akan pernah 
menjadi Raksasa Ekonomi dunia selama MAFIA PROYEK, MAFIA HUKUM dan MAFIA 
POLITIK bercokol dan mengusai semua lini kekuasaan."....
Selanjutnya silahkan click: 
http://www.facebook.com/groups/266081623418668/?view=permalink&id=267507429942754#!/groups/266081623418668/

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa...

Salam,

***
  
Sumber: 
http://forum.kompas.com/nasional/39541-ini-isi-surat-nazaruddin-untuk-pak-sby.html


Ini Isi Surat Nazaruddin untuk Pak SBY

Tersangka kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games, Muhammad 
Nazaruddin, mengirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia meminta 
agar Presiden menjamin ketenangan batin anak dan istrinya.

Surat yang ditandatangani Nazaruddin itu dikirimkan pada Kamis (18/8/2011) ini 
melalui tim kuasa hukumnya yang dipimpin oleh OC Kaligis.

Sebelumnya, seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis, 
Nazaruddin sempat berbicara singkat kepada wartawan. Intinya sama, ia meminta 
kepada Presiden Yudhoyono untuk tidak mengganggu anak dan istrinya.

"Saya minta sama Pak SBY, jangan ganggu anak istri saya. Saya enggak akan 
ngomong apa-apa, saya lupa semuanya, saya enggak tahu apa-apa," tutur 
Nazaruddin.

Berikut isi surat Nazaruddin untuk Yudhoyono yang diperlihatkan tim kuasa 
hukumnya kepada pewarta di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta, Kamis, 
seusai pemeriksaan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu:

Jakarta, 18 Agustus 2011

Kepada Yth
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden RI di tempat

Bapak Presiden yang saya hormati,
Saya mohon kepada Bapak agar segera memberikan hukuman penjara kepada saya 
tanpa perlu lagi mengikuti proses persidangan untuk membela hak-hak saya.

Bagi saya, saya rela dihukum penjara bertahun-tahun asalkan Bapak dapat 
berjanji Bapak akan memberikan ketenangan lahir dan batin bagi keluarga saya, 
khususnya bagi istri dan anak-anak saya.

Perlu saya jelaskan bahwa istri saya adalah benar-benar seorang ibu rumah 
tangga yang sama sekali tidak mengetahui apa pun yang berhubungan dengan 
kepartaian.

Saya juga berjanji, saya tidak akan menceritakan apa pun yang dapat merusak 
citra Partai Demokrat serta KPK demi kelangsungan bangsa ini.

Demikian surat ini, mohon bantuan dan perhatian Bapak Presiden.

Hormat saya,

Muhammad Nazaruddin.

***
http://politik.kompasiana.com/2011/08/19/sby-ditembak-oleh-nazar/

OPINI | 19 August 2011 | 06:36 146 0 Nihil


SBY “Ditembak” oleh Nazar

Oleh Djohan Suryana


Pada saat diperiksa oleh KPK tanggal 18 Agustus 2011, Nazaruddin 
menyempatkan diri untuk mengirim surat pribadi kepada SBY, Presiden RI. 
Dalam suratnya itu, yang telah terbuka untuk umum, ia berjanji tidak 
akan membongkar hal-hal yang akan merusak Partai Demokrat (PD) asalkan 
SBY juga berjanji untuk tidak mengusik anak dan isterinya. Surat itu 
ditujukan kepada SBY dalam kapasitasnya bukan sebagai Ketua Dewan 
Pembina PD, tetapi sebagai Presiden RI.

Tentu saja surat terbuka ini telah membuat kasus Nazaruddin menjadi 
makin mengarah kepada adanya tekanan melalui penyanderaan anak serta 
isterinya. Tentu saja “tembakan” ini telah membuat SBY terperangah. 
Mungkin ia tidak menyangka akan di”tembak” langsung oleh Nazaruddin. 
Surat itu merupakan “peluru” tajam yang menusuk sanubari SBY.

SBY menghadapi buah simalakama. Jika ia menyatakan akan berjanji untuk 
melindungi keluarga Nazaruddin, berarti penyanderaan anak dan isteri 
Nazaruddin secara tidak langsung diakui telah dilakukan oleh aparat yang
 berada dibawah kekuasaan presiden. Secara normatif, paling-paling SBY 
akan berkata : “Lanjutkan, sesuai dengan proses hukum yang berlaku. Saya
 tidak mau melakukan intervensi… “

Jika SBY diam saja, tidak menjawab surat Nazaruddin, maka ada 
kemungkinan ia dituduh tidak berperikemanusiaan. Dengan demikian, 
permohonan mantan anak buahnya yang dahulu sangat berjasa terhadap PD 
telah diabaikannya sehingga membuat PD hancur berantakan akibat 
“nyanyian” Nazaruddin di depan pengadilan nanti. Hal ini akan terjadi 
apabila Nazaruddin nekat dan mata gelap akibat jaminan keselamatan anak 
dan isterinya tidak ada lagi.

Jadi, jika nanti ternyata Nazaruddin tidak berbicara banyak atau 
membungkamkan diri, maka itu berarti bahwa SBY telah berjanji secara 
diam-diam akan melindungi keselamatan anak dan isterinya. Skenarionya 
adalah Nazaruddin akan menyatakan bahwa ia telah berbohong, bahwa 
pernyataan-pernyataan tempo hari yang diungkapkannya itu adalah dusta 
belaka. Semuanya dilakukan karena emosi yang tidak terkendali. Selesai.

* Djohan Suryana
Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. 
Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959



***

http://sosok.kompasiana.com/2011/08/19/siapa-bilang-nazaruddin-bungkam/

Siapa Bilang Nazaruddin Bungkam ?!

Oleh Vence Marines

OPINI | 19 August 2011 | 20:09 98 1 Nihil


Apa yang dilakukan Nazaruddin akhir-akhir sama seperti yang banyak kita 
lihat di sinetron-sinetron televisi, lupa…amnesia…tidak ingat segalanya.
 Kelihatannya Nazaruddin penggemar sinetron juga hehe…sehingga meniru 
apa yang dilakukan para aktor dalam sinetron-sinetron itu. Lalu 
pertanyaannya apakah dia betul-betul lupa atau hanya berstrategi, ini 
menjadi lahan perdebatan baru. Sebagai masyakarat yang sudah pusing 
dengan banyak hal kita dibikin semakin pusing dan bingung belum selesai 
satu perdebatan kita sudah disuguhi perdebatan baru dan bagi politisi 
yang terkait mungkin inilah yang dimaui mereka. Menciptakan isu-isu 
baru, perdebatan-perdebatan baru yang pada akhirnya membuat masyarakat 
menjadi tidak mau tahu dan peduli lagi terhadap apa yang terjadi.

Masalah bungkamnya Nazaruddin juga merupakan perdebatan. Bungkam atau 
dibungkamkan ? Banyak yang mengatakan Nazaruddin sudah bungkam dan tidak
 lagi bernyanyi. Menurut saya Nazaruddin tersangka kasus koruptor ini 
tidak bungkam, dia hanya menyanyikan ‘lagu’ yang berbeda dari apa yang 
pernah dinyanyikannya sewaktu dia masih buron dulu. Situasinya berbeda 
semasa dia buron dulu dengan sekarang bahkan jauh berbeda. So kalau 
begitu tidak ada yang aneh ketika dia memainkan ‘lagu’ yang berbeda. 
Bukankah kita juga harus bersikap situasional, sesuai dengan situasi dan
 kondisi. Aksi bungkam dan lupanya ditambah surat terbukanya kepada 
Presiden SBY adalah lagu dengan irama baru yang sedang dinyanyikannya. 
Cuma nyanyiannya kali ini tidak langsung bisa dicerna atau ditelan 
bulat-bulat karena nyanyiannya kali ini bersayap. Perlu pemikiran dan 
pengkajian yang lebih jeli dalam mendengarkan nyanyian-nyanyiannya 
sekarang.

Kalau pun kita merasa janggal dengan apa yang diucapkan dan dilakukan 
Nazaruddin sekarang bukankah itu sudah biasa dalam panggung politik 
kita. Khususnya yang berkaitan dengan kasus Nazaruddin. Kalau kita amati
 banyak sekali kejanggalan-kejanggalan yang sudah terjadi yang dilakukan
 para aktor politik kita. Tapi satu hal yang pasti saya pikir bahwa 
Nazaruddin tidak mungkin melakukan semua ini sendirian. Tidak mungkin 
hanya sendiri. So kalau nanti pada akhirnya hanya Nazaruddin sendiri 
yang dihukum berarti penegakan hukum di republik tercinta ini belum 
mengalami progres yang signifikan. Sama seperti kasus-kasus sebelumnya.

Terima kasih

Salam Mantap

* Vence Marines

Siapa itu Vence Marines? Bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Vence 
Marines hanyalah seorang yang mencoba belajar membaca dan mengkaji apa 
yang ditulis, disampaikan dan dialami oleh manusia. Belajar membaca dan 
mengkaji apa-apa yang ditulis oleh Sang Pemilik Kehidupan melalui 
serangkaian peristiwa dan kejadian yang dihadirkan-Nya dalam kehidupan 
kita dan apa-apa yang ditulis-Nya di alam semesta ini. Terima kasih 
Salam Mantap
 
 
***  
Korupsi dan Ekonomi-Rente

Menemukan tulisan yang cukup menarik menggambarkan realiatas keadaan ekonomi 
yang berkembang saat ini di Indonesia.

Penulis : Wahyu Effendy, Ketua Advokasi Perhimpunan INTI dan Ketua Umum GANDI 
(Gerakan Perjuangan Anti Diskriminasi)

Sumber : 
http://www.gandingo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=119:korupsi-dan-ekonomi-rente&catid=3:artikelberita&Itemid=11

Korupsi dan Ekonomi-Rente

Setelah sempat menjadi pro kontra yang sangat hangat di publik, kasus dugaan  
pemerasan dan penyalahgunaan wewenang dua pimpinan KPK non-aktif, akhirnya 
kasus tersebut berakhir dengan penghentian kasusnya oleh Kejaksaan dan aktifnya 
kembali Chandra Hamzah dan Bibit S. Riyanto sebagai Pimpinan KPK.

Kini publik kembali dialihkan perhatiannya kepada kasus Bank Century yang 
sekarang ini sedang ditangani secara politik oleh Pansus Angket DPR RI.

Kasus Century yang sudah meng-hotelprodeo-kan Robert Tantular, sang pemilik 
bank, bukan saja menarik dikarenakan melibatkan dana yang tidak sedikit : Rp 
6,7 trilyun ataupun isu keterlibatan berbagai petinggi teras Indonesia, namun 
yang lebih substantif adalah gambaran ‘impoten’nya supremasi hukum sebagai 
produsen keadilan hukum dan masih eksisnya pola ekonomi-rente yang melibatkan 
relasi oknum pengusaha-pejabat di negeri ini. Pola kolusi yang sama yang juga 
nyata terlihat dalam kasus Bibit-Chandra dan berbagai kasus korupsi lainnya. 
Bahkan yang sangat controversial, rangkaian kasus korupsi tersebut sempat 
memunculkan prasangka-prasangka rasial di kalangan masyarakat Tionghoa.

Ekonomi rente dalam makna ekonomi politik sendiri dapat diartikan kegiatan 
untuk mendapatkan pendapatan dengan cara monopoli, lisensi, dan penggunaan 
modal kekuasaan di dalam bisnis. Pelaku usaha dalam hal ini memperoleh 
keuntungan dengan cara bukan persaingan yang sehat di dalam pasar, namun dengan 
mengundang kekuasaan atau memengaruhi kekuasaan untuk mengambil dari suatu 
nilai yang tidak dikompensasi. Praktek ekonomi-rente uga diasosiasikan dengan 
usaha untuk mengatur regulasi ekonomi melalui lobi kepada pemerintah dan 
parlemen. Menurut Gordon Tullock yang merupakan ekonom pertama yang membahas 
"Theory of Economic Rent-seeking" bahwa perilaku ekonomi ini cenderung terjadi 
pada mereka yang memegang kendali struktur monopoli. Di sektor ekonomi ia 
memonopoli sumber daya, distribusi dan pasar sementara di sektor publik menjadi 
pengontrol kebijakan di pemerintahan maupun legislatif.

Fenomena ekonomi-rente di Indonesia pernah diungkap Prof. Yoshihara Kunio dalam 
bukunya yang cukup terkenal “The Rise of Ersatz Capitalism in Southeast Asia’, 
yang juga diperkuat oleh Prof. Dr. Ruth McVey, seorang Indonesianis.  Menurut 
Kunio, praktek kapitalisme semu (ersatz capitalism) di Asia Tenggara terutama 
Indonesia menimbulkan tumbuhnya pemburu rente di kalangan birokrat pemerintah 
sehingga pelaku usaha yang sesungguhnya tidak bisa berkembang. Akhirnya 
kemudian kemunculan kapitalis asia tenggara itu dikarenakan adanya orang-orang  
yang punya kedekatan dengan penguasa (personal contact) serta cenderung 
membangun industri berdasarkan kedekatan keluarga, ketimbang membangun industri 
berdasarkan pada profesionalisme industrialis.

Kapitalisme semu itu telah mewujud dalam bentuk kerjasama saling menguntungkan 
antara oknum pengusaha yang menyediakan modal domestik maupun asing dengan 
pejabat yang menyediakan fasilitas, insentif dan proteksi. Pengusaha memperoleh 
keuntungan berupa murahnya sumber daya, mudahnya akses atas informasi dan 
opportunity yang diperoleh melalui kebijakan yang dikeluarkan untuk itu 
sementara pejabat memperoleh keuntungan dalam imbalan suap, kolusi  dan korupsi.

Dalam prakteknya, ekonomi-rente kerapkali tumbuh subur berdampingan dengan 
kebijakan diskriminasi politik yang diterapkan di suatu negara. Dalam konteks 
Indonesia pada masa Orde Baru, lemahnya ‘posisi politik’ dengan status 
kewarganegaraan yang kerap dipandang sebagai imigran ‘asing’, kelompok Tionghoa 
yang memang diposisikan dalam bidang ekonomi menjadi ‘pasar’ yang potensial 
bagi praktek ekonomi-rente. Menurut Kunio, Dengan kedudukan politik yang 
penting dalam birokasi dan akses yang mudah dalam bidang ekonomi mendorong 
‘kapitalis’ birokrat-militer menjual jasa dari keuntungan kedudukannya itu 
kepada pengusaha swasta terutama Tionghoa. Dalam hal ini kapitalis 
birokrat-militer tidak lebih sebagai kapitalis komprador atau kapitalis semu 
yang menjual jasa untuk memburu rente.

Keterlibatan beberapa oknum Tionghoa seperti Anggodo-Anggoro bersaudara, Ong 
Yuliana, Robert Tantular, dan beberapa pengusaha Tionghoa yang dikaitkan dengan 
baik ‘kasus Anggodo’ ataupun Bank Century, bukan saja menguatkan kembali 
fenomena ekonomi-rente di Indonesia, namun juga kembali memunculkan berbagai 
prasangka rasial yang ditujukan kepada kelompok Tionghoa. Berbeda dengan pada 
masa Orde Baru, bergesernya kekuatan politik semasa reformasi dari eksekutif 
kepada legislatif ataupun yudikatif, berbagai kasus korupsi lebih banyak 
melibatkan anggota parlemen dan bahkan kalangan penegak hukum.

Sekalipun banyak dilatarbelakangi persoalan diskriminasi, namun terlalu 
sederhana mengaitkan fenomena ekonomi-rente yang dikemukakan oleh Kunio dengan 
persoalan etnisitas Tionghoa, seperti yang pernah diucapkan oleh pengacara 
Anggodo Widjojo. Walaupun sulit disangkal bahwa diskriminasi yang cukup lama 
mengakibatkan kelompok Tionghoa pada posisi yang inferior dalam berhadapan 
dengan kekuasaan politik. Namun praktek ekonomi-rente dalam bentuk apapun yang 
berlawanan dengan hukum, lebih merupakan persoalan kepentingan dan motif 
ekonomi pribadi atau keluarga oknum Tionghoa yang bersangkutan ketimbang 
dikarenakan faktor ke-Tionghoaannya.  Bahkan komunitas Tionghoa kebanyakan 
bersama juga dengan komunitas masyarakat lainnya kerapkali justru merupakan 
korban yang langsung atau tidak langsung dari praktek ekonomi-rente. Kalau 
ingin lebih obyektif, bahkan di antara korban dari kasus Bank Century juga 
merupakan warga Tionghoa yang sampai detik ini masih berjuang
 untuk mendapatkan keadilan hukum dari kasus ini.

Ekonomi-rente merupakan musuh bersama  bangsa yang harus diatasi bersama 
termasuk komunitas Tionghoa. Praktek ekonomi-rente bukan saja bahwa pola 
ekonomi tersebut melanggar hukum seperti diamanatkan oleh UU No. 31 Tahun 1999 
jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, namun 
praktek tersebut hanya menjadi beban ekonomi tinggi yang pada akhirnya sangat 
merugikan secara ekonomi bagi setiap Indonesia. Bahkan dalam menyongsong 
persaingan global, pola kolusi ekonomi antara pengusaha-pejabat, hanya akan 
semakin menterpurukan comparative-advantage pengusaha-pengusaha Indonesia.

Dalam kondisi birokrasi dan penegakan hukum yang koruptif dan sistem politik 
ekonomi yang kapitalistik, ekonomi-rente, korupsi, kolusi, dan nepotisme setiap 
saat dapat dilakukan oleh siapapun yang ingin meraih keuntungan yang 
sebesar-besarnya, terlebih ketimpangan akses politik dan budaya ekonomi yang 
juga korup masih nyata dalam kehidupan sosial politik Indonesia. Jawaban nyata 
atas permasalahan bangsa ini bukanlah kepada pendekatan rasialistik, namun 
upaya penegakan hukum yang berkeadilan terhadap siapapun tanpa terkecuali, 
pemihakan ekonomi dan akselerasi perwujudan kesejahteraan bagi masyarakat 
miskin dan termarjinalisasi, reformasi birokrasi beserta perbaikan sistem 
remunerasi termasuk instansi peradilan dan penegakan hukum, serta penguatan 
keterbukaan (transparansi)  dan demokratisasi yang memperluas partisipasi 
masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan publik.

Wahyu Effendy, Ketua Advokasi Perhimpunan INTI dan Ketua Umum GANDI

Source : Suara Baru, edisi Jan-Mar 2010


http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanmiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to