Pake prinsip dr orang Islam plus plus di milis ini donk, ga usah peduli dgn 
nasib orang lain, terutama orang miskin. 


Dan kalo ada orang miskin yg ngutik2, balas aja ditambah bunganya. Prinsip yg 
baik, bukan?





>________________________________
> From: Sunny <am...@tele2.se>
>To: undisclosed-recipi...@yahoo.com 
>Sent: Tuesday, November 29, 2011 9:24 PM
>Subject: [proletar] Utang kian Menggunung
> 
>
>  
>Refl: Kalau presiden mesti punya pesawat terbang, dibangun bangunan 100 
>tingkat, membersihkan sungai-sungai di Jakarta dan sekitarnya, perbaikan 
>sistem lalu lintas di Jakarta, jembatan antara pulau Jawa dan Sumatera 
>ditambah korupsi penguasa, maka tentu saja harus berutang. Dongengan 
>pertumbuhan ekonomi sekian x prosen tiap tahun tidak akan menyelesaikan 
>masalah deficit APBN, apa yang dipinjam langung diterkam rayap penguasa al 
>tukang catut bin koruptor. Mungkin kalau sang presiden ngamen dengan 
>lagu-lagunya yang melanholik bisa menolong tetapi ini hanya impian di siang 
>hari bolong. 
>
>http://www.siwalimanews.com/post/utang_kian_menggunung
>Saturday, 26 November 2011
>Utang kian Menggunung
>UTANG bagi sejumlah negara, pada saat-saat tertentu, menjadi penolong. Namun, 
>utang bisa berubah menjadi bencana ketika sudah menjelma sebagai candu.
>
>Celakanya, utang yang sudah menjadi candu itulah yang kini menjerat bangsa 
>ini. Jumlah utang negara ini terus menggunung, bahkan sudah mencapai Rp 1.768 
>triliun.
>
>Padahal, sepuluh tahun lalu, utang negeri ini masih sekitar Rp 1.273 triliun. 
>Itu berarti, tiap tahun jumlah utang negeri ini naik rata-rata sekitar Rp 50 
>triliun.
>
>Bahkan, dalam setahun terakhir tren penambahan utang meningkat. Data 
>Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menunjukkan pada 
>2010 jumlah utang pemerintah Rp 1.676 triliun. Artinya, dalam kurun setahun 
>terakhir utang bertambah sebesar Rp 91,19 triliun.
>
>Bila beban utang dibagi rata kepada penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta 
>orang, tiap rakyat termasuk bayi memikul utang Rp 7,4 juta.
>
>Jeratan utang kian menyulitkan karena hampir 45% pinjaman itu berbentuk mata 
>uang dolar Amerika Serikat. Akibatnya, sedikit saja terjadi pergerakan nilai 
>tukar rupiah terhadap dolar AS, nominal utang pun kian menggembung.
>
>Makin menyedihkan lagi ketika utang yang terus menggunung itu masih ditanggapi 
>biasa-biasa saja oleh pemerintah. Para penyelenggara negara masih nyaman 
>berlindung di balik rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang 
>menurun, dari 32% pada 2009 menjadi 26% tahun ini.
>
>Rasio utang terhadap PDB sebesar itu selalu dibilang 'masih aman'. Lalu muncul 
>logika, 'karena masih aman, menambah utang pun tidak apa-apa'.
>
>Maka, utang pun menjadi kebutuhan, bukan lagi sekadar instrumen penambah 
>anggaran. Utang-utang baru terus bermunculan, baik utang luar negeri maupun 
>yang berbentuk surat berharga.
>
>Padahal, saat Republik ini dipimpin Megawati Soekarnoputri, sudah ada komitmen 
>dan langkah keluar dari jerat utang. Salah satu kebijakan pemerintahan 
>Megawati ialah membayar kewajiban pokok dan bunga pinjaman kepada IMF sesuai 
>jadwal yang ditetapkan dan memasuki program pengawasan pascakerja sama dengan 
>IMF.
>
>Bahkan dalam sidang kabinet pada 28 Juli 2003, pemerintahan Megawati 
>memutuskan pemerintahan hasil Pemilu 2004 harus melunasi utang kepada IMF. 
>Betul bahwa rekomendasi itu dijalankan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 
>pada 2007. Namun langkah itu justru dibarengi dengan munculnya utang baru 
>kepada lembaga lain. Itu sama saja dengan keluar dari mulut singa masuk mulut 
>buaya.
>
>Kalau kecanduan utang tidak diakhiri, bukan tidak mungkin negeri ini bakal 
>terjerumus dalam kebangkrutan ekonomi. Sinyal itu sudah tampak dari Eropa, 
>ketika Yunani, Italia, Irlandia, dan Portugal terhuyung krisis akibat utang 
>yang menggunung. Apakah pemerintah di negeri ini akan terus nyaman berlindung 
>di balik rasio utang terhadap PDB yang sebenarnya semu itu? (*)
>
>ShareThis 
>
>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> 
>
>

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke