MASALAH PAKAIAN KE GEREJA Saya senang sekali dengan geliat yang terjadi dimilis Advent, yang belakangan ini sedang hangat-hangatnya mendiskusikan masalah berpakaian ke gereja. Diskusi dimulai dari kegelisahan seorang penatua jemaat yang melihat perempuan-perempuan yang baru dibaptiskan mengenakan celana panjang ketika ke gereja. Kelihatannya ada peraturan yang dibuat oleh Ny. White bahwa perempuan tidak patut mengenakan celana panjang ke gereja. Persoalan-persoalan seputar pakaian: a. Perempuan mengenakan celana panjang, b. Perempuan mengenakan rok yang terlampau ngirit, c. Perempuan yang berpakaian terlalu ketat, d. Perempuan yang mengenakan perhiasan, e. Jas dan dasi yang dijadikan pakaian resmi gereja, f. Sepatu, g. Usulan mengenakan Batik[budaya local] 1. Masalah budaya; a. Jika kita membuang budaya Amerika lalu kita mengenakan budaya lokal, ya, sama ke masalah budaya lagi. b. Baik celana panjang maupun rok, keduanya sama-sama bukan pakaian tradisional kita. Bisa jadi sama-sama Amerikanya. Hanya saja karena Rok masuk ke Indonesia duluan, sehingga Rok diadopsi sebagai lebih baik daripada celana panjang. Tapi apakah yang lebih dahulu mesti lebih baik? c. Kalau menurut saya sih, celana panjang lebih aman bagi perempuan dari pada Rok. Sebab jika perempuan memakai Rok, kesalahan goyang sedikit aja sudah kelihatan bagian dalamnya. d. Mengapa kita tidak kembali pada tujuan kita berpakaian saja, yaitu untuk membungkus tubuh kita? Mengapa kita simpangkan ke masalah modelnya? Kalau kereta api, sudah anjlok, keluar relnya ini. e. Mengapa kita menciptakan pakaian resmi dan pakaian yang tidak resmi? Koq kayak upacara Agustusan? Mengapa bukan halal atau tidaknya pakaian itu yang kita bicarakan? Sebab, siapa tahu Jas dan Dasinya bung Maxwel itu hasil mencuri dari jemurannya bung Ronny? Apa ya masih resmi? f. Mengapa ibadah koq melirik pakaian orang? Kayak juri fashion show aja?! g. Apakah pendeta sudah memberikan tekanan pengajaran tentang tujuan beribadah itu apa, sehingga sampai jemaatnya nggak ngerti sopan-santun? Saya kuatir justru istri-istri pendeta dan penatua jemaatnya memberikan teladan pola hidup yang glammour, berpakaian mewah, berparfum Narwastu, bersepatu kulit Rusa, setiap hari bezuk ke salon spa, bicaranya ke langit-langit, yang mengesankan pola hidup modern. Nah, bukankah pakaian Rok Ngirit ini termasuk dari pola hidup modern? – Salah siapa? 2. Pakaian dengan problem orang: a. Sudahkah anda berusaha mengerti bahwa si-A itu punyanya pakaian yang terbaik ya itu saja? b. Siapa tahu ketika dia mengenakan celana panjang oleh sebab Rok Ngiritnya masih belum kering? c. Siapa tahu Rok-rok yang dia miliki semuanya Ngirit-ngirit, sehingga terpaksa dia mengenakan celana panjang agar lebih sopan ke gereja? d. Siapa tahu pula kakinya berkudis? e. Banyak problem orang yang tidak bisa kita analisa secara gegabah. Mengapa anda tidak berpikir yang positif bahwa orang tersebut telah berusaha berpakaian yang tersopan dan terhormat? 3. Cara berpikir orang yang berbeda; Ada orang yang tidak menaruh perhatian pada masalah penampilan. Ada orang yang tidak mengkaitkan antara penampilan dengan penghormatan. Ada orang yang memegang prinsip; saya menghadap ALLAH, bukan menghadap manusia. Ada orang yang tidak pandai bersolek. Ada orang yang model memble[cuek]. Dan memang ada pula orang yang memang nggak ngerti sopan-santun. Dimana-mana tempat ‘kan selalu ada lalang dan gandumnya? – Yudas Iskariot diantara 12 murid utama YESUS KRISTUS. Iblis diantara anak-anak ALLAH, para malaikat kudus. 4. Cara menghormat yang berbeda-beda; Antara orang Batak dengan orang Jawa, jelas berbeda cara penghormatannya, bukan? Orang Islam kalau ke mesjid cara menghormatnya dengan bersarung dan bersandal jepit. Malah kalau memakai celana panjang dianggap kurang lazim. Perempuan Islam menggunakan busana yang memanjang yang menutupi seluruh tubuhnya. Apakah juga nggak sopan jika mereka beribadah ke gereja? 5. Keselamatan itu pribadi; Ibadah itu pribadi sifatnya, antara kita dengan ALLAH. Sedangkan gereja itu hanyalah mobil tumpangan saja, bukan tujuan peribadatan kita. Karena itu gereja tidak mempunyai kuasa untuk mengatur orang. Gereja hanya menampung orang. Bukan mendekte orang. Lebih-lebih jika pembuatan peraturan gereja itu didasarkan pada voting, suara terbanyak, bukan didasarkan pada Alkitab. Lebih-lebih pula jika peraturan itu tidak menyangkut azas-azas dasar keselamatan yang berorientasi pada iman. 6. Gereja itu kumpulan jemaat; Gereja itu bukan BAIT SUCI. Kalau BAIT SUCI, tujuannya untuk menghadap TUHAN. Dan itu adanya hanya di Yerusalem saja, yang di zaman Perjanjian Baru sudah tidak berlaku lagi. Adapun gereja, tujuannya adalah untuk berkumpul bersama-sama saudara seiman. Ibadah kepada TUHAN-nya, ada pada kesehari-harian kita masing-masing. Dan karena itu perkumpulan dengan saudara seiman, maka kita melakukan ibadah secara bersama-sama. Pemahaman ini jangan dibalik menjadi: Ibadah kepada TUHAN itu di gereja. Ini salah sekali! Jadi, ibadah yang memiliki point dimata TUHAN, adalah yang sehari-hari. Bukan yang di gereja. Yang menyelamatkan adalah yang sehari-hari, bukan yang hari Sabtu. Hari Sabat Sabtu tak pernah menyelamatkan kita. Tapi orang yang menerima keselamatan adalah orang yang memelihara kekudusan hari Sabat Sabtu. – Hati-hati kalimat ini diputar-balikkan oleh orang-orang gereja Minggu. Sebab mereka itu Anti KRISTUS, yang selalu menyangkali Hukum ALLAH. >> Yohanes 4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." >> 1Korintus 14:19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. 14:28 Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. 14:35 Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. 7. Tuntutan mendesak: Tujuan dan fungsi gereja perlu dan harus ditata kembali, menurut sebagaimana mestinya. Jemaat perlu diajar kebenaran yang sebenarnya, bukan kebenaran semu yang amburadul. Tokoh-tokoh gereja wajib memberikan keteladanan yang Alkitabiah, bukan menjadi polisinya jemaat. – Jangan selalu jemaat yang dijadikan kambing hitamnya. Baiklah kita masing-masing berpikir: >> Mencari selamat, bukan mencari gereja. >> Menghadap TUHAN, bukan menghadap gereja. >> Berpegang pada Alkitab, bukan pada peraturan gereja. >> Memberi hati, bukan memberikan kulit/penampilan. Kelihatannya baru saya yang berani datang ke gereja dengan kaos dan bersandal jepit di lingkungan jemaat yang keren-keren, ya?! Nah, siapa yang berani mengundang saya untuk khotbah di mimbar dengan penampilan yang seperti itu? - Bikin gebrakan yang berani, donk.