Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono

Kami undang anda untuk bergabung di maillist:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join
http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join




Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA):

Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi
dari Ilmu Kompatiologi
Ditulis oleh: Adhi Purwono

Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang
telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi
diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah
bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya
tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis
yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya
berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap
bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut
aliran manapun.

Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa
yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri.
Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu
dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai
agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli
dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi
supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya
sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga
dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting
disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi
pada saya sejak didekons oleh Vincent.

Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya
bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang
belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan
jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan
Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal
akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami
ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira
didekons itu seperti belajar melepas atau belajar
menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang
telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami
oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak
diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak
diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima
sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu,
diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak
diajak untuk belajar
sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya
bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja.
Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya
ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini.
Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent
seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya
orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai
perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini
basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya
memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi
disini topiknya TANPA TEDENG
ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal
biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya
tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik.
Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak
dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN
BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula
orang yang baru kenal akan melakukan beberapa
kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun
disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN
VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok
kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai
membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya
dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di
perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan
curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk
sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung
saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja
tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan,
tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang
sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami
paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi
terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang
melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan
dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai
kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya
sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui
ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan
baru kali ini pula saya melihat manusia seperti
Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa
penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari
dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya
mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya,
yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent
juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia
adalah memori), memori secara langsung dari tiap
kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya.
Membaca secara copy & paste. Merasakan keadaan
emosional psikologis orang lain yang juga dapat
dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya
saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat
berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun
dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan
kepribadiannya. Bahkan dapat memanipulasi
memori-memori yang begitu saja berseliweran lewat
melalui pikiran dan tubuhnya. Bagi dirinya pembacaan
memori tidak hanya dari orang lain, namun juga dari
benda mati. Karena menurut teorinya benda mati seperti
buku masih menyimpan kesan dari si pemiliknya atau
penulisnya. Jadi semakin privat sifat kepemilikan
benda mati tersebut semakin mudah terbaca
memori-memori yang tertinggal pada benda tersebut.

Setelah itu, saya sendiri telah menganggap diri saya
terdekons oleh Vincent. Mengapa? Karena 1) saya telah
melihat Vincent sebagai cermin kepribadian saya,
sehingga tidak ada yang dapat saya sembunyikan dari
diri saya sendiri. 2) Vincent telah menunjukkan
contoh-contoh kepribadian dan perilaku yang nir nilai
(bebas nilai bukan berarti memilih nilai-nilai
negatif, namun hanya menyadari dia bebas untuk
memilih). Vincent juga telah menunjukkan cara
melakukan empati tanpa sugesti, tanpa
kepercayaan/belief, tanpa hipnotis, bahkan tanpa
keruwetan atau metode yang diistilahkannya sebagai
yang `wah'. Empati sesederhana ketika kita melakukan
kegiatan membaca buku. Empati adalah membaca memori.
Dan membaca memori hanya bisa dilakukan kalau
konsep/belief/nilai/sugesti/dll tidak memenuhi benak
diri kita. Saya dulu menganggap memori itu dicari dan
dibaca dari dalam diri kita. Saya dulu menganggap
kegiatan menyadari sebagai kegiatan yang pasif dan
hanya terbatas pada menyadari asal mula pikiran kita
saja. Namun saya sekarang menyadari bahwa fokus saya
kepada kegiatan menyadari pikiran saya sendiri malah
membuat saya menutup diri atas realitas di sekeliling
saya. Saya masih memisahkan diri saya dengan realitas.
Bahkan dulu saya sering menganggap remeh teman-teman
yang bisa baca pikiran, yang melihat hantu, yang
mendengar suara/pesan, yang meramal/menebak
keadaan/masa depan seseorang/lingkungan, dsb. Saya
bisa menyadari perbedaannya sekarang. Dulu ketika saya
sedang berkontemplasi misalnya melihat sebuah kursi,
saya telah mengira dapat menyadari suatu realitas
sesungguhnya. Yang nyatanya yang saya miliki hanyalah
penyadaran atas konsep gambar kursi di dalam kepala
saya. Saya sadar itu adalah konsep namun berhenti pada
penyadaran hal itu saja. Saya tidak bergerak lebih
lanjut karena yah saya telah menganggap itulah realita
sesungguhnya. Saya menganggap semua gambar-
gambar ini adalah ilusif, semua adalah konsep, dan
tanpa rendah hati lagi menganggap kemampuan manusia
yah hanya sampai situ saja. Hanya sampai pada
penyadaran konsep. Namun ketika saya bertemu Vincent
minggu kemarin, semuanya telah berubah.

Berkat tulisan-tulisan mang Iyus saya jadi mengetahui
bahwa MASIH ADA OTAK KANAN yang perlu dielaborasi
dalam mesin kesadaran dan mesin ilusif dunia
ruang-waktu ini. Berhenti pada penyadaran konsep
sama-saja seperti tidak melihat realita sama-sekali.
Ini seperti yang telah diterangkan dalam tulisannya
mang Iyus, otak kanan yang mengenal bentuk huruf
secara geometris, otak kiri yang menerjemahkan arti
dan maknanya. Jadi, terpaku dengan konsep berarti
terpaku pada hasil pengolahan otak kiri belaka. Dan
hal ini bisa menyesatkan! Dalam contoh mengenal
tulisan tadi, kita bisa saja ngotot bahwa yang kita
eja adalah huruf A padahal sesungguhnya bentuk
geometris tulisan tersebut adalah huruf B! Dalam
empati, kita bisa saja ngotot mengira si Udin sedang
berbohong, padahal bahasa tubuh dan kimiawinya
menyatakan bahwa Udin itu sedang mengatakan
sejujurnya. Mengapa? Karena sebelum bertemu dengan si
Udin, kita telah memiliki prasangka, praduga dan
penilaian terhadap Udin. Penilaian kita telah
menyangkal realitas yang telah kita lihat dan malah
lebih mempercayai sterotip dan prasangka kita terhadap
dirinya. Ya! Selama ini baru saya sadari, saya telah
begitu lama menyangkal apa yang telah saya lihat dan
rasakan dari realitas murni. Vincent secara harafiah
hanyalah membantu saya membuka kedua telapak tangan
saya yang sedang menutup kedua mata yang sesungguhnya
dalam melihat. Mirip seperti anak kecil yang ketakutan
melihat film horror lalu menutup kedua matanya dengan
telapak tangannya dan lebih memilih mengalihkan
pikirannya pada hal yang menyenangkan dibanding
daripada merasa ketakutan oleh film tersebut.
Begitulah dengan saya yang selama ini memilih cara
melihat realitas dengan menutup kedua mata saya
seolah-olah realitas dan kehidupan itu begitu
menakutkan dan mengalihkan pikiran hanya melihat
hal-hal yang menentramkan hati saya. Padahal itu
hanyalah penyangkalan dan melarikan diri saja dari
realitas dan kenyataan sesungguhnya. Ketakutan,
harapan, obsesi, keterikatan saya telah membutakan
kemampuan melihat orang lain untuk berkomunikasi
dengan saya secara APA-ADANYA. Saya mengira telah
mampu berkomunikasi dengan orang lain padahal
komunikasi saya hanyalah SATU-ARAH SAJA dan itupun
HANYA KE DIRI-SENDIRI. Misalnya, penglihatan saya
buta, sehingga tidak bisa melihat bahasa tubuh orang
lain yang sudah tidak nyaman dengan diri saya namun
saya tidak sanggup (atau tidak mau?) melihatnya
dikarenakan ada kepentingan diri saya yang harus saya
penuhi melalui orang tersebut. Pendengaran saya tuli
di saat saya sedang mencoba mendengarkan orang lain
namun sebenarnya saya sedang sibuk membuat 1001 macam
penilaian (judgemental) saya, ide saya, konsep saya,
urusan saya, ekspresi saya, keinginan saya, tujuan
saya berikutnya tentang dirinya,... daripada
benar-benar mendengarkan saja secara sederhana.
Perasaan saya tumpul ketika saya mencoba mengerti apa
maunya pacar saya, namun sebenarnya saya ketakutan
kehilangan pacar saya, ketakutan disalahkan, ketakutan
dibilang tidak jantan, ketakutan putus cinta, bahkan
ketakutan kalau-kalau sang pacar telah bosan dengan
saya. Oh makin diingat, makin banyaklah saya menyadari
bahwasanya saya telah menutup diri begitu rapat
sehingga yang ada di dalam tubuh saya hanyalah
memori-memori usang yang terus didaur-ulang,
permasalahan yang tak pernah terselesaikan karena
terus didaur-ulang, kegelapan psikologis yang tak
pernah dibawa ke permukaan realitas karena terlalu
takut untuk dikonfrontasikan, trauma waktu kecil yang
dibiarkan mengendap, dsb. Ini semua hanya karena takut
terkena sinar matahari realitas. Saya secara
kepribadian telah hidup di dalam kegelapan gudang
memori yang sedang membusuk. Penyadaran yang selama
ini saya lakukan melalui meditasi ternyata hanyalah
seperti video rekorder yang saya pasang dalam gudang
gelap saya lalu saya menonton seperti apakah realitas
di luar gudang sana? Lalu menganggap gambar yang
tampil pada layar adalah `konsep' yang harus disadari.
Saya tahu itu hanyalah gambar dalam video rekorder
(yang artinya saya tahu itu hanyalah ilusi), namun
usaha saya hanyalah sampai pada sadar akan gambar
ilusi tapi TIDAK MAU KELUAR DAN BERSENTUHAN dengan
realitas di luar gudang gelap memori saya. Saya tahu
gambar-gambar di layar video rekorder itu palsu dan
telah juga saya sadari sebagai konsep namun tetap
munafik karena terus-menerus saya konsumsi.
Menghindari dan menyangkal realitas.

Membaca memori realitas mempunyai 2 aspek yang
berlangsung sekaligus. Kegiatan membaca dan kegiatan
mempengaruhi. Vincent secara sederhana telah
memamerkannya kepada saya hal tersebut melalui
metoda-metoda yang ditunjukkan kepada saya. Pertama,
menebak karakteristik rasa masakan dari berbagai macam
konter makanan di foodcourt mal. Kedua, menebak isi
buku tanpa melihat buku secara langsung, hanya melihat
si Vincent yang sedang memegang buku. Ketiga, meracik
efek rasa dari 4 macam minuman teh hijau dan sebuah
minuman isotonik. Metode-metode ini bertujuan terutama
untuk menghilangkan rasa bersalah kita ketika kita
sedang melakukan kegiatan menebak/membaca memori
tersebut. Selalu ditekankan oleh Vincent, tidak akan
disalahkan kalaupun tebakannya akhirnya meleset. Tidak
ada tujuan, tidak ada maksud,
tidak ada rasa benar-salah, hanya menebak, sesederhana
itu. Dan bila kondisi-kondisi itu telah terpenuhi
biasanya tebakannya tidak meleset. Tentu ada alat
bantunya. Yaitu variabel-variabel kata bantu untuk
mendefinisikan memori yang telah kita dapatkan supaya
bisa dibahasakan dan dikomunikasikan dengan jelas.
Misalnya dalam menebak
buku, Vincent membantu saya memberikan kata bantunya
yaitu, bersifat feminim atau maskulin? Ketika itu saya
menjawab feminim, dan entah mengapa tebakan
selanjutnya mengalir saja gambar-gambar dan kata-kata
yang aku luncurkan begitu saja tanpa pretensi (tentu
setelah aku melepaskan kepura-puraanku untuk berpikir
atau menganalisa. Tanpa pretensi berarti aku telah
siap menerima konsekuensinya apapun itu sampai
dikatakan pembohong pun aku siap) cuma rasanya lucu
saja gitu...Saya jadi teringat ada satu ungkapan yang
paling sering dikatakan oleh Vincent, "lucu?" Keempat,
saya melihatnya dari sikap, kepribadian dan emosi si
Vincent yang terus-menerus berubah-ubah. Lalu
menunjukkan kepada saya bagaimana cara kerjanya. Saat
itu Vincent menunjukkannya ketika saya sedang
mengantri untuk membayar minuman-minuman
`percobaannya' dan saya sedang kesal sekaligus
berpikir kok bisa ya aku mengeluarkan duit untuk
hal-hal yang aneh dan mungkin gak ada gunanya seperti
ini? Lalu si Vincent mengatakan kekesalan yang aku
alami itu bukanlah semata-mata berasal dari diri saya
sendiri. Melainkan hasil pengaruh/timpaan dari
perasaan/memori orang lain. Saya sendiri tidak begitu
saja menerima perkataan Vincent tersebut karena
mungkin saja itu cuman excuse-nya Vincent untuk
pembenarannya sekaligus untuk menyangkal rasa kesal
saya karena telah mengeluarkan duit. Namun dipikir
lebih mendalam lagi, saya juga telah diajarkan bahwa
semua perasaan berasal dari dalam diri saya sendiri,
jadi jangan selalu mencari kambing hitam. Saya yang
mau dikerjain oleh anak indigo gila ini, maka saya
harus rela disuruh-suruh mengeluarkan duit untuk
barang-barang yang tak jelas. Jadi saya tidak mau
begitu saja menyalahkan si Vincent, gak baik
menyalahkan orang lain. Apalagi menyalahkan seorang
ibu yang tadi mengantri di depan saya yang dikatakan
oleh Vincent sebagai asal penyebab dari perasaan saya
itu. Sejurus kemudian, karena saya melihat mudahnya
perubahan kepribadian pada diri Vincent, saya kemudian
menjadi sadar bahwa saya masih MEMISAHKAN ANTARA ASAL
MULA PERASAAN PRIBADI SAYA DENGAN REALITAS. Tidak
mungkin asal mula perasaan saya terputus dari
realitas! Di suatu tempat/posisi pasti ada suatu awal
dimana saya mulai merasa mengklaim perasaan itu
sebagai milik saya. Dan Vincent melihatnya pada posisi
perasaan si ibu tadi. Bagi Vincent, saya telah
melakukan copy & paste tanpa saya sadari sehingga
perasaan ibu itu
menjadi perasaan milik saya yang tentu saja telah
disesuaikan dengan konteks permasalahan saya. Tapi
tema-nya sama. Yaitu permasalahan uang. Kalau
dipikir-pikir lebih lanjut lagi, hal ini sebenarnya
tidaklah aneh. Sudah sering bukan ketika kita memasuki
suatu ruangan yang penuh dengan orang, kita dapat
`merasakan' suasana ruangan tersebut. Atau baru saja
tadi pagi saya melihat acara Ceriwis, dimana saya
menonton idola saya Dian Sastro. Seketika itu juga
saya bisa membaca perasaan yang sedang dimiliki oleh
Dian Sastro, memang saya tidak langsung ketimpa dengan
perasaan yang sama sih, tapi saya langsung tahu Dian
Sastro sedang putus cinta dan dia memotong rambutnya
ketika mengetahui dirinya bakal putus (walaupun dia
menyangkal alasan memotong rambutnya karena putus
cinta, ketika ditanya pada acara tersebut). Jika saya
bertemu fisik dengannya mungkin saja saya langsung
dapat ketimpa `suasana' perasaan tersebut seperti yang
telah saya alami bersama ibu yang ngantri di depan
saya tadi. Mungkin karena perasaan itu sifatnya mudah
menular. Kata Vincent, lanjutnya, perasaan yang telah
aku alami tadi itu terjadi karena perasaan ibu
tersebut cukup kuat, namun sebenarnya bisa aku ubah
dengan cepat dan tidak tertimpa lagi, tergantung
seberapa sadar dan besarnya kendali kita terhadap diri
kita sendiri. Untuk mendapatkan kendali tentu saja
kita haruslah nir-nilai, tidak sedang terikat oleh
sistem binari (benar-salah atau rasa bersalah).

Terakhir baru saja tadi malam Vincent memberi saran
kepada saya. Dhi, sekarang kamu menganggap terpisah
kegiatan menebak/membaca memori dengan kegiatan
mengalami kehidupan sehari-hari. Kamu masih merasa
`wah', `aneh', `lucu', `hebat' dapat melakukan tebakan
atau pembacaan memori seperti itu. Tapi ada saatnya
nanti kamu tidak dapat membedakan lagi apakah kamu
sedang membaca memori atau hanya mengalami kehidupan
sehari-harimu yang biasa itu. Pada saat itu membaca
memori/melakukan kompati sudah begitu alaminya
sehingga tidak menjadi `wah' lagi. Hanya kegiatan
sederhana. Mendengar hal ini, terus-terang saya
menjadi tersentuh.

Ini barulah sekelumit dari segudang yang pengen saya
bagikan dan curahkan dari perasaan dan pengalaman saya
setelah didekons, namun saya rasa tulisan ini cukup
untuk mewakilkan perasaan saya ketika pertama kali
bertemu Vincent dan didekons olehnya. Lalu
rekonstruksinya kok enggak diceritain? Tentu kalau
para pembaca cukup teliti membaca tulisan ini, pembaca
telah mengetahui dimana letak rekons pada diri saya.
Terima-kasih karena telah berbagi `rasa' dengan saya.

Salam,
Adhi Purwono
Ciledug, 30 Agustus 2006






Kitab Masuk Angin
Pendahuluan dan Tujuan Penulisan.
Ditulis oleh: Adhi Purwono

Tentu di setiap tulisan, ada maksud yang ingin
disampaikan. Anda mungkin menilai judul kitab yang
saya bawakan cukup aneh atau mengada-ada. Saya ingin
menjelaskan latar-belakangnya dulu. Kitab yang saya
tuliskan ini adalah salah satu perwujudan versi saya
sendiri dari ilmu kompatiologi. Walaupun Vincent
sebagai penemu ilmu Kompatiologi tersebut dan Vincent
juga yang telah memperkenalkan dan mengajarkannya
kepada diri saya (baik tatap-muka, hubungan telepon
ataupun melalui milis), namun isi dari kitab ini
adalah sepenuhnya tanggung-jawab saya dan tidak
terikat dengan kitab-kitab lain yang
telah ada juga tidak terikat dengan Ilmu Kompatiologi
itu sendiri, alias isi kitab ini hanyalah pemahaman
saya sendiri tentang ilmu tersebut yang bisa saja
tidak sesuai dengan yang ditemukan/dimaksudkan oleh
Vincent sendiri.

Jadi saya sendiri telah merasa ikut memiliki Ilmu
Kompatiologi (sehingga menjadi ilmu versi pemahaman
saya) dan ingin ikut serta juga mengembangkannya
sejauh yang saya sanggupi. Saya juga tidak mengklaim
bahwa pengembangan Ilmu Kompatiologi versi saya adalah
yang paling benar karena saya tidak peduli apakah
pemahaman saya harus sesuai dengan pemahaman Vincent,
atau pemahaman mang Iyus, mbak Isti, Audivax, atau
pemahaman teman-teman yang lain. Pemahaman saya adalah
pemahaman saya sendiri, ekspresi diri saya sendiri.
Jika ada yang ingin memberikan kritik dan saran, saya
menerimanya dengan tangan terbuka, dan jika pula ada
yang dapat memetik manfaat dari tulisan kitab ini,
saya merasa sangat senang kitab ini telah dapat
berguna bagi anda sekalian.

Mengapa saya menulis kitab dengan judul Kitab Masuk
Angin? Pertama, karena saya terinspirasi dengan sistem
cell-nya yang digagas oleh Vincent, sehingga untuk
mewujudkan tiap cell maka diciptakanlah aliran-aliran
pemahaman atau kitab-kitab. Kedua, saya memilih
menulis aliran pemahaman Angin (bukan berarti saya
penganut aliran pemahaman Angin, saya tidak terikat
dengan aliran pemahaman apapun) karena saya lebih suka
membawakan Ilmu Kompatiologi yang bersifat tidak
berhenti lalu kemudian eksklusif menjadi milik
golongan tertentu. Melainkan yang selalu menciptakan
pemahaman baru, ide baru, pengembangan baru yang
sifatnya seperti angin, muncul dari mana-mana dan
dapat dirasakan manfaatnya dimana-mana dan bagi
siapapun yang berminat. Ketiga, kenapa Masuk Angin?
Sederhananya karena mang Iyus sudah menulis Kitab
Angin (tanpa embel-embel) sehingga saya tentu tidak
bisa mengambil judul yang sama karena akan menjadi
ambigu. Dan walaupun sama-sama memakai judul kata
Angin, tapi pemahaman saya tidak terikat dan tidak
harus sesuai dengan pemahaman mang Iyus. Alasan
lainnya, bagi saya, Angin sebagai sumber tenaga alam
bisa `ditangkap' atau dimanfaatkan seperti pada
teknologi kincir angin atau teknologi sayap pesawat
terbang. Dan akan sangat disayangkan bila Angin
sebagai sumber tenaga alam yang sangat melimpah hanya
diabaikan/dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan
berarti. Artinya, walaupun bisa menciptakan konsep
pemikiran segudang (karena berasal dari Angin), dan
seberapapun kreatif-orisinilnya konsep tersebut,
haruslah pertama-tama disadari dulu Angin manfaatnya,
dihayati, kalau perlu sampai `masuk-angin' sehingga
bisa menjadi sumber energi Api, sumber gerakan Air,
atau sumber kelembaban Tanah. Lagipula orang yang
sedang `masuk-angin' dia akan terpaksa melakukan
`retret sejenak' alias beristirahat yang cukup untuk
memulihkan kondisinya. Sekaligus sebagai penyadaran
bahwa `kebanyakan-angin' (terlalu berkonsep) atau
`udara sakit - angin mati - gerah' (mengabaikan
konsep) bisa mengganggu kestabilan `kesehatan – sistem
tubuh' dan bisa mengakibatkan orang masuk angin.

Akhir kata, selamat menikmati tulisan-tulisan pada
Kitab Masuk Angin ini. Saya bersama tulisan-tulisan
dalam kitab ini berharap, kita semua semakin
mensyukuri kehidupan yang sangat-sangat indah ini.
Jika tidak percaya, coba saja masuk-angin, anda akan
merindukan kesehatan anda sekaligus kehidupan normal
anda yang sementara hilang karena anda lagi
beristirahat di rumah.

Salam,
Adhi Purwono.
Ciledug, 31 Agustus 2006



Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]
----------------------------------------
sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
---------------------------------------- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke