Assalamu'alaikum wr.wb.,
 
(Maaf pakai HMTL)

--- Adrisman Yunus <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Wa'alaikum salam wr.wb.
>
> Hehehe.....
>
> Sanak Muhammad Dafiq Saib, terima kasih atas
> tanggapan
> sanak.

Terima kasih kembali.

> Saya perlukan mengucap terima kasih ini karena sanak
> yang walaupun belum saya kenal masih menyempatkan
> diri
> membalas email saya secara khusus.
>
> Selama ini saya perhatikan sanak termasuk orang yang
> knowledgeable, dan memahami agama Islam dengan baik,
> namun postingan saya mengenai agama islam tempo hari
> tidaklah terlalu menarik perhatian sanak rupanya.

Anda terlalu cepat menjudge ( a kolah bahaso awakno). Saya menikmati postingan-postingan yang bermutu, tapi saya biasanya menahan diri untuk tidak ikut-ikutan mengomentari/menambah/mengeritik kalau saya rasa tidak perlu. Saya baru merasa perlu mengomentari biasanya kalau ada postingan yang nyeleneh dan mengaburkan nilai-nilai yang baku dalam Islam yang saya ketahui. Pada suatu saat Rangkayo Evi mengatakan bahwa seorang tokoh agama Nasrani, menurut dia waktu itu pantas duduk sejajar dengan nabi Muhammad di surga nanti. Saya coba meluruskan dengan cara saya, tidak dengan cara offensif, karena saya tidak suka bersifat offensif.

Begitu juga dengan postingan anda, ada yang saya suka, seperti bahasan mengenai seberapa siap kita untuk mengurbankan 'Ismail-Ismail' kita, itu menurut saya sangat bermutu. Namun saya tidak ikut berkomentar, tidak ikut menilai ditampek rami, cukuplah untuk saya saja. Jadi anda keliru merasa bahwa saya tidak tertarik dengan postingan anda.


> Sebaliknya sanak lebih tertarik/tersinggung dengan
> canda saya yang mengatakan nama Rantaunet sebaiknya
> diganti. Baiklah kalau ini suatu kesalahan saya
> minta
> maaf yang sebesar besarnya, saya h arap sanak bisa
> memaafkannya.
Tersinggung? Rasanya tidak. Saya berniat meluruskan (menurut perasaan saya) karena anda sudah mengambil kesimpulan seolah-olah 'orang-orang' Rantau-net menghakimi anda. Padahal siapa sih yang dimaksud dengan 'orang-orang' rantau-net, sementara anda baru berdiskusi dengan Rahima?  Bukankah dengan demikian anda kelihatannya cepat betul mengambil kesimpulan?

> Saya hormati sanak sebagai orang yang dituakan
> disini
> dan dalam ilmu pengetahuannya. Melihat nama depan
> sanak dan nama belakang saya maka kita rasanya
> adalah
> masih bersaudara sesama muslim.
Benar, justru karena kita sesama mulimlah, hendaknya kita ini senantiasa dalam semangat tawashaubil haqqi tawaashaubishshabri. Sekali lagi saya merasa mengingatkan anda yang terlihat oleh saya kurang sabar, dan agak cepat terdorong.
 

> Saya mungkin tidak teliti atau kurang memahami misi
> dan visi Rantaunet ini, kalau saya salah menilai
> tolong dibetulkan.
>
> Melihat dari namanya maka saya mengira rantaunet,
> adalah milis untuk orang minang yang ada dirantau,
> namanya orang rantau maka tentu saja banyak orang
> minang yang tersebar dimana mana bisa di jawa, bali
> atau bahkan manca negara. Kemudian mengingat adat
> minang yang menganut ABS-SBK, maka tentu saja
> tidaklah
> terlalu janggal kalau orang minang dalam obrolan
> atau
> diskusi disamping membicarakan adat juga akan
> membawa
> bawa agama, karena agama bisa dikatakan sudah
> mendarah
> daging bagi orang minang. 
 
Itu adalah maksud yang sebenar-benarnya. Disini kita sesama orang Minang berkomunikasi dengan cara yang baik dengan mengutamakan amar makruf nahii munkar. Begitu pendapat saya. Jadi, selama segala sesuatu itu disampaikan dengan semangat kebersamaan seperti itu harusnya tidak ada masalah. Saya  biasanya sekali-sekali ikut mengingatkan 'taratik' kalau ada yang kurang 'bataratik' tapi rasanya sangat jarang sekali saya mengingatkan hal itu. Jadi ringkasnya, memang itulah tujuan milis ini, tampek maota, pakaro nagari awak, pakaro adaik awak, pakaro agamo urang awak, semuanya disampaikan dengan cara yang patut dan pantas. Sering juga saya lihat di antara kita 'kadang-kadang' sampai agak bakareh-karehan urek lihia, tapi rasa-rasanya masih dalam batas-batas yang bisa diterima.

> Perlu ini saya tegaskan kembali karena mungkin saja
> memang saya telah salah masuk milis, kalau memang
> salah maka saya akan keluar dengan baik baik tanpa
> perlu dipersilahkan dan sudah pasti tak akan
> merepotkan sanak Muhammad Dafiq
> Saib.....hehehe....:)
Kalau yang ini saya rasa terpulang kepada niat kita masing-masing. Sebenarnya kalau niat kita ingin duduak basamo, maota elok-elok, bamufakaik basamo-samo, memang disini tempatnya. Saya tidak yakin anda nyasar disini. Saya justru yakin anda adalah bagian dari komunitas ini tidak berlebih tidak kurang dari anggota yang lain. Karena disini setahu saya tidak ada yang punya previledge khusus. Tidak ada yang bisa man den kalau tidak ingin dipasorak-an urang banyak nantinya. Tapi, seperti dilingkungan manapun tempat berkumpulnya orang baik-baik, orang yang bertata krama, disini kita saling mengingatkan pula, bahwa anggota milis ini banyak ragamnya. Ada yang tua, ada yang muda, ada yang penjabat, ada yang pedagang, ada yang buya, ada yang inyiak mamak. Masing-masing berada di tempatnya masing-masing pula secara patut. Sangatlah sopan rasanya, kalau kita dalam mempostingkan apa-apa ke milis ini mengingat keberagaman itu tadi agar kita mudah-mudahan bisa diter ima setiap anggota.
 
> Baiklah biar saya ambil contoh saya sendiri yang
> kebetulan hidup di dalam lingkungan Christian
> society.
>
> Being a muslim didalam lingkungan yang bukan muslim
> is
> not an easy thing to live with, terlebih bagi
> remaja2
> yang besar dan tumbuh disini never been easy to
> anybody.
>
> Maka ijinkanlah saya memakai remaja2 muslim
> (termasuk
> anak saya)yang tinggal di Houston sini sebagai
> scapegoat (kasihan juga sebenarnya mereka ini,
> kebetulan karena saya senang bergaul dengan anak
> muda,
> jadi saya ini have a sympathy thd kaum muda)
>
> Masa remaja disini tidaklah mudah bagi mereka, Peer
> pressures is the worst. Bagaimana kita sbg individu
> berusaha utk bisa diterima dilingkungan
> pergaulannya.
> Shg penampilan dan image benar2 dijaga spy bisa
> accepted in the eyes of the “cool people ” standard.
> Kalau misalnya muncul jerawat satu di hidung, maka
> harus di usahakan agar si jerawat itu hilang within
> 24
> hrs, otherwise we are no longer cool.
Apalah yang bisa saya komentari tentang ini. Bahwa diperlukan effort extra untuk berinteraksi dilingkungan asing seperti di lingkungan saudara bisa saya bayangkan. Saya pernah pula sebentar dulu hidup dilingkungan seperti itu. Tapi akhirnya terpulang kepada kita juga, disamping banyak-banyak bertawakkal kepada Allah. Bahwa kehidupan kemudian terasa menjadi lebih keras barangkali memang resiko yang harus dihadapi. Tapi sekali lagi, bukankah Allah sebaik-baik tempat berlindung? Saya pernah membaca di majalah Hidayatullah tentang kehidupan Muslim/Muslimah di negeri seperti tempat saudara tinggal. Ada suka dan ada duka dalam kisah-kisah seperti itu. Tapi ada yang pernah mengatakan bahwa rasanya nilai keimanan mereka lebih teruji waktu mereka hidup dilingkungan keras seperti itu dan toh mereka survive.

> Anyway going back to being a muslim in this kind of
> society, beberapa tahun silam Islamic Society
> setempat
> pernah mengadakan semacam angket buat young Muslim
> di
> Houston (ini jauh sebelum kejadian 911 looh). Salah
> satu questionernya adalah apakah mereka
> happy being Muslim in this country. Responden-nya
> sendiri beragam, ada yg lahir besar disini, ada juga
> yg ikut ortunya imigrasi ke US (lahir bukan di
> sini). Tapi jawaban mereka ternyata hampir sama.
> Sebagian besar dari mereka percaya bhw mereka
> feeling
> unfortunate as a Muslim.
 
Terus terang, saya tidak tahu seberapa akurat hasil angket seperti ini. Seberapa banyak sample diambil, dimana saja lingkungannya. Karena cerita sebaliknya juga ada. Saya punya teman yang justru semakin kental keislamannya sejak berada di Amerika.
 
> Karena tdk bisa “having
> fun” like other boys/gals do. Dan saya kira sanak
> mungkin maklum what do they mean by fun in that
> sense:
> party, alcohol, drugs, or sex before marriage,
> and other “cool stuff” to do. After 911, Ooo…… Big
> changes happened. Buat kita yg dewasa aja agak shaky
> juga iman kita, utk sholat di depan umum, atau
> ngeliat wajah teman2 sekantor yg terasa lain setelah
> 911. Gimana adik2 kita coba? Saya pribadi pernah
> iseng
> nanya ke one of the young brother I met once
> a while in the Masjid, “Hey dude, do you pray at
> school?” Jawabannya santai, ”Man, are you crazy? I
> don’t wanna ma friends called me Osama (bin
> Laden).” Mungkin ia bergurau. Karena setelah itu dia
> ketawa2…. Hehehhee. 
Itu bagian dari target memujokkan Islam yang tengah berlangsung di dunia barat, khususnya Amerika saat ini. Tolong dicatat saja bahwa anda-anda sedang diuji Allah. Nah seberapa teguh anda mampu mempertahankan keislaman anda ditengah suasana seperti itu . Namun sebaliknya, saya tidak tahu kebenarannya, saya pernah membaca artikel bahwa saat ini ketertarikan masyarakat Amerika terhadap Islam justru semakin meningkat. Jumlah mereka yang masuk Islam konon berlipat ganda. Kalauini benar saya kok ya melihat, betapa Maha Kuasanya Allah merubah 'makar' mereka.

> Dalam rangka ingin memperdalam kepahaman saya
> terhadap
> agama Islam ini disamping juga kerinduan terhadap
> suku
> minang maka saya lihat milis RN ini adalah tempat
> yang
> cocok untuk harapan saya tsb.
Bukankah sekarang anda telah mendapatkannya disini? Lalu kenapa merasa seolah-olah anda tidak welcome padahal tidak seorangpun yang menyuruh anda pergi? > Tentu saja dengan harapan saya bisa menimba ilmu.
 
> Adapun pernyataan saya bahwa orang akan berfikir
> seribu kali untuk memposting ke milis ini, tidak ada
> sedikitpun niat merendahkan atau unhealthy critics,
> itu lebih dari ungkapan dari saya bahwa kalau sampai
> orang memposting itu pastilah sudah dipikirkan baik
> buruknya, kalau terlihat begitu banyak larangan,
> maka
> sudah tentu sipenanya akan menyusun lebih teliti
> lagi
> pertanyaannya agar tidak membuat sanak emjadi
> terganggu dengan pertanyaan tersebut,
Ya  itulah resiko kita duduk basamo. Kadang-kadang bakasingguangan, walau mukasuik hati bukanlah untuak manyingguang sia-sia. Dan saya tidaklah sampai merasa terganggu dengan ungkapan itu. Jadi diulang pulo baliak, tujuanno adolah untuak saliang manganaan. Cubo pulolah bayangkan, katiko dunsanak 'bangih' atau  'baganyi' atau 'marabo' lalu indak ado nan paduli, bara pulolah ka kurang elokno tampak diurang, padohal awak duduak basamo-samo. Jadi baitulah, jaanlah diambiak barek bana. No hard feeling.
 
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
 
 


St. Lembang Alam


Do you Yahoo!?
Yahoo! Photos - Get your photo on the big screen in Times Square
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke