Sumbar Sejajar Dengan Tetangga By padangekspres Selasa, 23-Desember-2003, 06:46:07 WIB25 klik
Padang, Padek-Pertumbuhan perekonomian Provinsi Sumbar segera cerah dan tumbuh cepat menandingi provinsi tetangga, Riau dan Jambi. Hal ini karena pemerintah mulai memperlihatkan terobosannya dengan peresmian pengerjaan jalan layang Kelok Sembilan dan jalan dua jalur Tabing-Duku Padang yang mengakses ke lokasi Bandara International Ketaping. Demikian harapan dan optimisme dari anggota MPR-RI asal Sumatera Barat, H Leonardy Harmainy MBA, Ketua Departemen Promosi dan Pemasaran Dewan Pimpinan Pusat Kadin, Iqbal Alan Abdullah dan Dosen Perencanaan Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Sri Maryati SE MA, kepada Padang Ekspres ketika dimintai komentar mereka secara terpisah, kemarin. "Jika sudah beroperasi, maka jalur Sumbar-Riau dalam waktu yang lebih cepat, aman dapat dicapai. Dengan transportasi seperti ini, mobilitas arus barang dan jasa akan tinggi. Nah, infrastruktur yang baru saja diresmikan pengerjaannya kemarin oleh Presiden Megawati, bahkan langsung mendapat respons itu adalah sebuah harapan bagi Sumbar untuk perekonomian masa mendatang," ungkap Leonardy Harmainy. Lebih jauh dikatakan Ketua Umum BPD Gapensi Sumbar ini melihat, selesainya jalur ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi sektor riil. "Yang lebih dahulu merasakan itu adalah sektor agro bisnis. Sekarang saja mobilitas itu sudah jalan, namun selalu terkendala dengan masalah jarak tempuh karena jalan yang berliku-liku," tambah Leonardy. Ke depan diharapkan tidak adalagi over stock produksi. "Karena pasar sudah terbuka. Artinya, semua hasil bumi yang dibutuhkan pasar Riau dan ada di Sumbar sudah bisa tak masalah lagi dipasarkan di sana. Jadi, effeck sangat jelas di tengah-tengah masyarakat," tegasnya. Disadari betul, pembangunan infrastruktur adalah sesuatu yang mutlak dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakat. Dan masyarakat tinggal meningkatkan mobilitas dan bekerja keras untuk mencapai tarap hidup yang lebih baik. "Maka bukan saja Kelok Sembilan, pelebaran jalan Padang-Duku, tetapi juga Pelabuhan Teluk Bayur. Kalau sudah dibenahi, wah Sumbar bisa berlari mengejar pertumbuhan ekonomi," paparnya lagi. Kalau sudah begitu, apa yang harus dibenahi oleh Pemprov Sumbar? "Pariwisata. Setiap Pemkab-Pemko harus menciptakan trade mark objek wisatanya. Ada dua hal di sini, yang sudah jadi harus dibenahi secara menarik. Dan yang belum jadi harus dibangun segera," tutur putra Koto Gadang yang sehari-hari juga Ketua Partai Golkar Sumbar dan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. Tak jauh beda pandangan ini dengan tokoh pariwisata nasional, Iqbal Alan Abdullah. Selain masalah pasar, terbukanya jalur Sumbar-Riau yang cepat dan aman, Ketaping juga menjadi harapan besar bagi masyarakat. "Karena akses itu tidak sekedar dengan tetangga, tetapi dengan dunia luar. Tak sebatas ASEAN, tetapi seluruh negara yang ada di dunia," tutur Iqbal yang juga Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Indonesia Congress and Convention Association (Incca). Menurut putra Pariaman itu, pariwisata Ranahminang butuh polesan dan promosi agar menarik dan dikenal di dunia luar. "Jangan sampai sebaliknya, masyarakat Sumbar yang konsumtif, belanja keluar dan hanya menerima apa yang masuk dari luar," tutur Pengurus Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) ini. Lebih dari itu, spirit dari rantau harus diserap cepat. "Efesiensi transportasi sekian jam dari kemajuan pembangunan mesti diiringi dengan persiapan sektor pariwisata yang matang. Setiap daerah memiliki objek yang layak jual, pelayanan prima. Inilah potensi Sumbar paling utama disamping potensi pertanian tadi," tegas Iqbal. Sinergi Antar Daerah Senada dengan hal tersebut, pengamat ekonomi Sri Maryati SE MA menilai, proyek strategis yang ditampilkan Gubernur Zainal Bakar menjelang tutup tahun 2003 tersebut tidak akan memberikan multiflier efect yang besar, jika tidak diiringi dengan perencanaan yang matang oleh pemerintah baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Untuk itu perlu sinergi antar daerah, baik antar kabupaten/kota maupun provinsi dalam melakukan perencanaan pembangunan. "Dengan adanya proyek go internasional pelabuhan Teluk Bayur dan beroperasinya Bandara Internasiona Ketaping, ini akan membawa dampak yang luar biasa bagi Sumbar. Khususnya dalam arus transportasi dan perdagangan internasional. Apalagi Pemprov sudah mencanangkan Teluk Bayur sebagai pusat pelabuhan laut terbesar di Indonesia wilayah barat. Namun akan sia-sia, jika pemerintah daerah sendiri tidak siap. Dalam artian, percuma kapal-kapal ataupun pesawat-pesawat internasional itu datang ke Telukbayur atau Bandara Ketaping, jika produk yang akan dibawanya dari sini tidak ada," ujar ekonom muda ini. Sri Maryati yang saat ini terlibat aktif dalam tim penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Padang tersebut menyatakan, belajar dari pengalaman selama ini, kesulitan berkembangnya Telukbayur, karena minimnya produk ekspor yang akan dibawa. "Ke depan bila ingin menjadi Teluk Bayur sebagai satu-satunya pelabuhan terbesar di pantai barat Sumatera, sinergi pembangunan antar kabupaten dan kota di Sumbar dan antar provinsi tetangga, khususnya Riau, Jambi, Sumut dan Bengkulu harus dilakukan. Jika selama ini produk dari daerah tersebut, seperti agribisnis, tambang dan kehutanan lebih cenderung diekspor melalui pelabuhan di pantai timur, maka ke depan di upayakan ke Teluk Bayur. Secara geografis, jarak ke Telukbayur lebih dekat. Cuma selama ini terkendala faktor jalan, dengan dibukanya jembatan layang Kelok Sembilan, pelebaran jalan Lintas Barat Sumatera, khususnya jalur Padang-Solok, dan rencana Jalan Pantai Barat dari Padang-Air Bangis, ini sangat mendukung pengembangan tersebut," lanjutnya. Sri menilai, "Ketertinggalan Sumbar beberapa waktu belakangan, khususnya sejak bergulirnya otonomi daerah, karena kita lebih cenderung menonton. Kita terpesona dengan kekayaan Riau ataupun Jambi, tanpa berbuat. Padahal multiflie efeck dari kekayaan mereka dapat kita nikmati. Misalnya, hampir 90 persen kebutuhan Riau kita pasok dari Sumbar. Demikian juga dengan Jambi. Cuma kita terbiasa jadi penonton, apalagi di era otonomi, sangat mensingkronkan pembangunan antar kabupaten/kota. Ini harus kita tinggalkan, sekarang manfaatkan peluang, " lanjut alumni Pascasarjana FE Universitas Gajahmada itu. Misal, lanjut Sri, Pemko Padang menyiapkan kawasan Bungus sebagai pusat industri maritim pantai barat. Kemudian menyiapkan kawasan Air Pacah dan Lubuk Buaya sebagai pusat industri. Ini dalam rangka menopang kemajuan kawasan Bandara Ketaping kelak. Seharusnya kabupaten dan kota lain, juga sudah menyiapkan sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing. (hry/alt) ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________