Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Publikasi: 12/02/2002 10:00 WIB

eramuslim

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rahimahullah, dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu
'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada hari
dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada
hari-hari ini, yaitu: Sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah.

Mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau
menjawab: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar
(berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu
apapun".

Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu 'Anhuma, bahwa
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada hari yang paling
agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada
sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil,

takbir dan tahmid".



Macam-macam amalan yang disyariatkan:



1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih
yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam: "Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan)
di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah
Surga".



2. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya, terutama pada
hari Arafah.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama,
dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: "Puasa
ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah
meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba berpuasa
sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan
puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". (Hadits Muttafaq
'Alaih).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpuasa pada hari Arafah karena
mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan
sesudahnya".



3. Takbir dan Dzikir pada Hari-hari Tersebut

Sebagaimana firman Allah Ta'ala: ".... dan supaya mereka menyebut nama Allah
pada hari-hari yang telah

ditentukan ...". (Al-Hajj : 28).

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah.

Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari
tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma: "Maka
perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". (Hadits Riwayat
Ahmad).

Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah
Radhiyallahu 'Anhum keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya
mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.

Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada
hari-hari ini mengucapkan: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah,
wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu" Artinya : "Allah Maha
Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah.

Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar,
rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah: "Dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu
...". (Al-Baqarah : 185)

Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul
pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak
pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing
orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do'a,

kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti
orang lain.

Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir,
tasbih dan do'a-do'a lainnya yang disyariatkan.



4. Taubat serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab
terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab
dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah itu
cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang
diharamkan Allah terhadapnya" (Hadits Muttafaq 'Alaihi).



5. Banyak Beramal Shalih

Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an,
amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut
pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama
bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah
daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang
utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali
jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.



6. Disyariatkan pada Hari-hari itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan
disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai
shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah; bagi selain jama'ah haji
dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat
Ashar pada hari

Tasyriq.



7. Berkurban pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala
menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan
bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan
bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". (Muttafaq
'Alaihi).



8. Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi orang yang hendak

Berkurban Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah
Radhiyallhu 'Anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika
kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin
berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan

kukunya".

Dalam riwayat lain: "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau
kukunya sehingga ia berkurban".

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang
menuntun hewan kurbannya. Firman Allah:" ..... dan jangan kamu mencukur
(rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di

tempat penyembelihan...". (Al-Baqarah : 196)

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban
saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari
mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya,
meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.



9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha dan mendengarkan Khutbahnya

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari
ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan
sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan
bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti; nyanyi-nyanyian, main

judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya
amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.



10. Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas

Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan
ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan
menjauhi segala larangan; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha
memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya. (Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman Al-Jibrin/Alsofwa)

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke