Syekh Muhammad Jamil Jambek
Pembaru dari Minang

Ulama pelopor pembaruan Islam dari Sumatra Barat awal abad 20 ini dikenal
juga sebagai ahli ilmu falak terkemuka. Nama Syekh Muhammad Jamil Jambek
lebih dikenal dengan sebutan Syekh Muhammad Jambek, dilahirkan dari keluarga
bangsawan. Dia juga merupakan keturunan penghulu. Ayahnya bernama Saleh
Datuk Maleka, seorang kepala nagari Kurai, sedangkan ibunya berasal dari
Sunda.

Masa kecilnya tidak banyak diketahui. Namun, yang jelas Syekh Muhammad
Jambek mendapatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rendah yang khusus
mempersiapkan pelajar untuk masuk ke sekolah guru. Kemudian, dia dibawa ke
Mekkah oleh ayahnya pada usia 22 tahun, untuk menimba ilmu.

Ketika itu dia berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Semula Syekh
Muhammad Jambek tertarik untuk mempelajari ilmu sihir, tapi dia disadarkan
dan diinsyafkan oleh gurunya. Selama belajar di tanah suci, banyak ilmu
agama yang dia dapatkan. Antara lain yang dipelajari secara intensif adalah
tentang ilmu tarekat serta memasuki suluk di Jabal Abu Qubais.

Dengan pendalaman tersebut Syekh Muhammad Jambek menjadi seorang ahli
tarekat dan bahkan memperoleh ijazah dari tarekat Naqsabandiyyah-Khalidiyah.
Namun, dari semua ilmu yang pernah didalami yang pada akhirnya membuatnya
terkenal adalah tentang ilmu falak.

Keahliannya di bidang ilmu falak mendapat pengakuan luas di Mekkah. Oleh
sebab itu, ketika masih berada di tanah suci, Syekh Muhammad Jambek pun
mengajarkan ilmunya itu kepada para penuntut ilmu dari Minangkabau yang
belajar di Mekkah. Seperti, Ibrahim Musa Parabek (pendiri perguruan Tawalib
Parabek) serta Syekh Abbas Abdullah (pendiri perguruan Tawalib
Padangpanjang).

Pada tahun 1903, dia kembali ke tanah air. Ia pun memilih mengamalkan
ilmunya secara langsung kepada masyarakat; mengajarkan ilmu tentang
ketauhidan dan mengaji. Di antara murid-muridnya terdapat beberapa guru
tarekat. Lantaran itulah Syekh Muhammad Jambek dihormati sebagai Syekh
Tarekat.

Setelah beberapa lama, Syekh Muhammad Jambek berpikir melakukan kegiatan
alternatif. Hatinya memang lebih condong untuk memberikan pengetahuannya,
walaupun tidak melalui lembaga atau organisasi. Dia begitu tertarik pada
usaha meningkatkan keimanan seseorang. Hingga kemudian dia mendirikan dua
buah surau. Yakni, Surau Tengah Sawah dan Surau Kamang keduanya dikenal
sebagai Surau Inyik Jambek.

Kiprahnya mampu memberikan warna baru di bidang kegiatan keagamaan di
Sumatra Barat. Mengutip Ensiklopedi Islam, Syekh Muhammad Jambek juga
dikenal sebagai ulama yang pertama kali memperkenalkan cara bertablig di
muka umum. Barzanji (rawi) atau marhaban (puji-pujian) yang biasanya
dibacakan di surau-surau saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
digantinya dengan tablig yang menceritakan riwayat lahir Nabi Muhammad dalam
bahasa Melayu.

Demikian halnya dengan kebiasaan membaca riwayat isra mi'raj Nabi Muhammad
dari kitab berbahasa Arab. Dia menggantinya dengan tablig yang menceritakan
peristiwa tersebut dalam bahasa Melayu, sehingga dimengerti oleh seluruh
lapisan masyarakat. Termasuk juga tradisi membaca kitab, digantinya dengan
membahas masalah kehidupan sehari-hari. Menurutnya, semua itu dilakukan
karena agama diperuntukkan bagi siapa saja yang dapat memahaminya. Ia pun
dikenal sebagai ulama yang lebih bergiat di aktivitas tablig dan ceramah.

Seiring perjalanan waktu, sikap dan pandangannya terhadap tarekat mulai
berubah. Syekh Muhammad Jambek kini tidak lagi tertarik pada tarekat. Pada
awal tahun 1905, ketika diadakan pertemuan ulama guna membahas keabsahan
tarekat yang berlangsung di Bukit Surungan, Padangpanjang, Syekh Muhammad
berada di pihak yang menentang tarekat. Dia "berhadapan" dengan Syekh Bayang
dan Haji Abbas yang membela tarekat.

Kemudian dia menulis buku mengenai kritik terhadap tarekat berjudul
Penerangan Tentang Asal Usul Thariqatu al-Naksyabandiyyah dan Segala yang
Berhubungan dengan Dia, terdiri atas dua jilid.
Salah satu penjelasan dalam buku itu, yakni tarekat Naksyabandiyyah
diciptakan oleh orang dari Persia dan India. Syekh Muhammad Jambek menyebut
orang-orang dari kedua negeri itu penuh takhayul dan khurafat yang makin
lama makin jauh dari ajaran Islam.

Buku lain yang ditulisnya berjudul Memahami Tasawuf dan Tarekat dimaksudkan
sebagai upaya mewujudkan pembaruan pemikiran Islam.
Akan tetapi secara umum dia bersikap tidak ingin bermusuhan dengan adat
istiadat Minangkabau. Tahun 1929, Syekh Muhammad Jambek mendirikan
organisasi bernama Persatuan Kebangsaan Minangkabau dengan tujuan untuk
memelihara, menghargai, dan mencintai adat istiadat setempat.

Di samping juga untuk memelihara dan mengusahakan agar Islam terhindar dari
bahaya yang dapat merusaknya. Selain itu, dia juga turut menghadiri kongres
pertama Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau tahun 1939. Yang tak
kalah pentingnya dalam perjalanan dakwahnya, pada masa pendudukan Jepang,
Syekh Muhammad Jambek mendirikan Majelis Islam Tinggi (MIT) berpusat di
Bukittinggi. yusuf assidiq

Nofendri T. Lare
========================================================
LaMaK DiaWaK KaTuJu DiuRaNG
========================================================


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke