Assalamu'alaikum Wr.Wb.
 
Artikel Dibwah ini terbit ketika Presiden PKS Hidayat NurWahid berkunjung ke Batam
 
Wassalam
Salmi Sarkis
Pengembira PKS
 
[keadilan_batam] RE: Stop Press!!!!!!!!!!!
STOP PRESS:
1. Baca Batam Pos hari ini Senin, 26-Jan-04: Klarifikasi HM Hidayat Nur
wahid ttg yayasan Al-Haramain pada "Potret Masyarakat Madani" (dari acara
talk-show MRB).
2. Baca Kompas hari ini, 26-Jan-04: HM Hidayat Nur Wahid pada halaman
Politik & Hukum,"Jangan Pilih Partai Korup" (dari acara Talk-show MRB)
Wassalam,
Ricky Indrakari
 
FYI,BERITA DARI KOMPAS SELENGKAPNYA:
Jangan Pilih Partai Korup
Batam, Kompas - Salah satu persoalan besar yang membuat bangsa ini menjadi
terpuruk tidak lain adalah mengguritanya prilaku korupsi. Sebagai pemegang
hak kedaulatan, rakyat harus menyadari, prilaku korupsi sebagai musuh nyata
yang harus dihapuskan. Rakyat harus sadar dan berani, bukan sekadar dalam
tataran wacana, untuk menentukan pemimpin politiknya yang bersih dari
korupsi.
"Jangan sampai rakyat mau dibodoh-bodohi, ditipu, diumbar janji-janji kosong
yang hanya menipu wong cilik dan memberi kesempatan kepada wong licik.
Supaya tidak disesatkan dan ditipu lagi, rakyat harus berani untuk tidak
memilih lagi partai-partai yang berprilaku korupsi yang hanya akan
memperpanjang penderitaan rakyat," kata Muhammad Hidayat Nur Wahid, Presiden
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam kapasitasnya sebagai Direktur Yayasan
Haramain pada acara talk show "Potret Masyarakat Madani" di Masjid Raya
Batam Center, Sabtu (24/1) malam.
Acara yang diselenggarakan Batam Adventure Committee (BAC) Learning Centre
juga menampilkan pembicara lain, Ketua Otorita Batam (OB) Ismeth Abdullah.
Nur Wahid hadir di Batam juga untuk meresmikan deklarasi Dewan Pimpinan
Wilayah PKS Provinsi Kepulauan Riau yang dipimpin Abdulrahman LC.
Menurut Nur Wahid, gerakan pemberantasan korupsi yang dilakukan organisasi
besar agama seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, maupun lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan aktivis mahasiswa, jangan lagi sebatas wacana. Menabuh
genderang perang terhadap korupsi harus menjadi gerakan rakyat nyata secara
bersama-sama.
Apa yang digagas kawan-kawan LSM dan aktivis mahasiswa untuk tidak memilih
politisi busuk atau calon presiden (capres) busuk hendaknya tidak sekadar
imbauan moral tanpa ada keberanian masyarakat untuk tidak memilih yang
busuk-busuk itu. Kedasaran dan keberanian untuk tidak memilih politisi dan
capres busuk juga harus lahir dari masyarakat.
Saat ini, kata alumni Universitas Islam Madinah ini, jual beli nomor urut
calon legislatif begitu gencarnya terdengar di tubuh partai-partai politik.
Siapa yang paling besar memberi "gizi" orang tersebutlah yang akan menempati
nomor urut jadi atau teratas.
"Jual beli nomor urut caleg ini jelas mencerminkan bahwa partai itu
memelihara prilaku korupsi. Tentu saja rakyat harus berani untuk tidak lagi
memilih partai yang menjual belikan nomor urut caleg. Jika rakyat tak
berani, berarti rakyat juga ikut menyuburkan korupsi di negeri ini,"
tegasnya.
Soal Yayasan Haramain
Pada kesempatan tersebut, Nur Wahid juga mengklarifikasi tentang pemberitaan
diblokirnya rekening Al-Haramian Foundation oleh Amerika Serikat dan Arab
Saudi karena dituduh terkait dengan gerakan terorisme internasional dan
jaringan Al-Qaedah, pimpinan Osama bin Laden.
"Saya harus menjelaskan, Yayasan Haramain yang saya pimpin tidak punya
kaitan dan hubungan apa pun dengan Al-Haramain Foundation. Yayasan Haramain
adalah yayasan yang saya pimpin sendiri dan tidak punya cabang dimana pun
selain di Jakarta. Jadi, harus dipahami Al-Haramain Foundation bukan Yayasan
Haramain. Kebetulan saja ada persamaan kata Haramain," ungkap Nur Wahid.
PRD Umumkan 15 Politikus dan 9 Parpol Busuk&bd;Jakarta, KompasSeperti hendak
mendahului langkah Gerakan Nasional Tidak Pilih Politikus Busuk (GNTPPB),
Partai Rakyat Demokratik (PRD), hari Sabtu (24/1) di Kantor Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, mengumumkan 15 nama politikus dan
sembilan partai politik (Parpol) busuk.
Ke 15 politikus tersebut adalah Megawati Soekarnoputri, Akbar Tanjung,
Hamzah Haz, Amin Rais, Susilo Bambang Yudoyono, Abdurrahman Wahid, Wiranto,
Aburizal Bakri, Yusuf Kalla, R Hartono, Siti Hardiyanti Rukmana, Yapto,
Yusril, Edi Sudrajat, dan Siswono Yudohusodo.
Kriteria politikus busuk menurut PRD adalah; mereka yang ikut menikmati 32
tahun kekuasaan Orde Baru, mengkhianati program reformasi total, dan saat
berkuasa gagal menyelesaikan krisis ekonomi dan politik nasional, "Bahkan
makin menjerumuskan bangsa ini ke kondisi yang makin memburuk," tegas Ketua
Umum PRD Jusuf Lakaseng.
PRD juga menetapkan sembilan Parpol busuk. Kesembilan Parpol adalah, PDIP,
Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai
Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Patriot
Pancasila, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Kriteria Parpol busuk menurut PRD adalah, Parpol yang pernah, sedang, dan
berpotensi menjadi kekuatan penindas rakyat. Parpol yang tidak memiliki
program yang menjawab masalah utama yang dihadapi rakyat saat ini.
Soal kemiskinan
Pada bagian lain PRD mengkritik gerakan GNTPPB yang dalam penetapan kriteria
politikus busuk dinilai belum menjawab soal kemiskinan. Sebelumnya, GNTPPB
menegaskan, mereka yang bisa dianggap sebagai politikus busuk adalah mereka
yang terlibat; pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, kasus korupsi
besar, kejahatan perempuan, perusakan lingkungan, dan bandar narkoba.
Menurut PRD kriteria tersebut sudak berwatak demokratis, tetapi belum
menjawab soal kemiskinan yang disebabkan program neoliberal rejim berkuasa.
Di samping itu, sifatnya sebagai gerakan moral melemahkan metode perjuangan
yang riil. "Misalnya dalam hal propaganda masih bersifat sangat umum dan
berkecenderungan kompromis seingga tidak menohok unsur yang masuk kategori
yang dimaksud". Demikian pernyataan politik PRD yang ditandatangani Lakaseng
dan Sekretaris Jendral (Sekjen) Zely Ariane.
Sebagai contoh, bagaimana menghubungkan pelanggaran HAM dengan keterlibatan
militer di dalamnya, atau korupsi dengan ratusan birokrat atau bekas
birokrat yang sekarang bermain di Parpol-Parpol peserta pemilihan umum
(Pemilu). Atau menghubungkan masalah HAM dengan demokratisasi secara
keseluruhan yang tidak pernah diperjuangkan oleh Parpol-Parpol peserta
Pemilu.
Menanggapi hal itu, salah seorang anggota steering committee GNTPPB yang
juga Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Longgena
Ginting, mengatakan, "Kami tidak mau kampanye ini menjadi ajang pembunuhan
karakter seseorang orang atau menguntungkan pihak tertentu".
Dia mengakui, di antara elemen GNTPPB sendiri masih ragu menetapkan kriteria
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). "Jangan-jangan kita memasuki wilayah
kawasan abu-abu seperti dalam kasus Akbar Tanjung," ujarnya.
File: 2501RAY1
Didirikan, Posko Pengaduan Politisi Busuk di Kaltim
Samarinda, Kompas - Sejumlah organisasi non-pemerintah (ornop) dan lembaga
mahasiswa di Kalimantan Timur mendirikan posko pengaduan masyarakat tentang
politisi busuk. Posko didirikan di empat kabupaten dan kota, masing-masing
Samarinda, Kutai Kartanegara, Balikpapan, dan Kutai Timur.
"Masyarakat berhak melaporkan segala yang diketahui tentang politisi,
seperti para caleg yang bermasalah," kata Senchihan, Kepala Divisi
Solidaritas Masyarakat untuk Partisipasi Pendidikan Pokja 30 di Samarinda,
Sabtu (24/1).
Ornop yang ikut dalam pendirian posko anti politisi busuk itu seperti
Lembaga Bantuan Hukum Apik, Pokja 30, Borneo Ecological and Biodiversity
Science Club (Bebsic), Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Wahana Lingkungan
Hidup Kaltim. Sedangkan dari elemen mahasiswa berasal seperti Bedan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Mulawarman, Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Kaltim.
Posko pengaduan ini bisa dimanfaatkan oleh warga yang ingin melporkan
politisi yang bermasalah. Dengan adanya posko, warga akan lebih mudah
menyampaikan apa yang mereka ketahui tentang politisi bermasalah itu.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
partai, seperti penggalangan dana kampanye yang menyimpang. Pendirian posko
ini untuk menindaklanjuti kegiatan pelatihan bagi para calon pelacak
politisi busuk yang diadakan dari tanggal 19 hingga 23 Januari.
Diharapkan, posko itu banyak menjaring informasi dari masyarakat mengenai
kebusukan para caleg, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan
parpol. Selain itu, disosialisasikan juga lima kriteria politisi busuk
kepada warga, hingga warga tidak kebingungan menentukan para politisi busuk.
Misalnya, kriteria operasional korupsi adalah semua politisi yang terlibat
pembuatan kebijakan publik yang menyebabkan mahalnya pelayanan kepada
masyarakat dan tidak dapat mempertangungjawabkan kekayaannya secara wajar.
Kriteria operasional perusak lingkungan hidup misalnya terlibat langsung
dalam perusakan lingkungan, terlibat pembuatan kebijakan yang merusak
lingkungan, membiarkan perusakan lingkungan, atau terlibat dalam institusi
swasta maupun pemerintah yang merusak lingkungan.
Senchihan menambahkan, prioritas politisi yang akan dipantau adalah para
caleg yang saat ini masih menjadi pejabat, pengusaha, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ketua serta sekretaris parpol. "Juga
caleg nomor urut dari satu sampai lima dari 10 parpol yang diperkirakan
mempunyai massa terbanyak di Kaltim," ujarnya.(RAY) (SMN) (WIN)
 

SALMI SARKIS

CCD Sensor & DA  Maintenance 

  [EMAIL PROTECTED] 

 
 
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke