B ernostalgia. Ketika aku
berjalan-jalan di kota
Baghdad pada musim dingin, banyak
sekali melihat dunia seperti
terbalik. Orang berjalan pincang, banyak yang perutnya gendut dan buncit ada
juga yang kurus kering seperti pohon pinang. Semuanya memakai baju tebal. Si
Buncit semakin tembam, si kurus menjadi gemuk, tapi lucu. Maklum suhu 5 derajat
Celsius dibawah titik nol. Dimana-mana beku menjadi es batu dan terus membeku
termasuk sungai Efurat juga beku.
Konon di negeri antah berantah
pernah Ali Baba berkuasa. Negeri 1001 malam penuh hikmah, penuh dosa dan penuh
glamour. Ada kisah tidak terbaca. Alibaba
bermimpi jadi raja. Syahrayar permaisuri raja suka menghibur dan bergoyang
pusar, lebih hebat dari Inul yang menghebohkan itu. Kalau Raja Dangdut Roma
Irama menentang Inul, sama dengan menentang menularnya maksiat, melarang berbuat
kejahatan; sementara mantan raja atau sebut saja mantan presiden di
Indonesia mendukung-nya dengan dalih
mengibarkan ekpresi kreasi seni. Melindungi hak asasi. Hak asasi siapa? Seni
yang mana Gus? Tari perut rupanya jadi kesukaan sang mantan presiden seperti di
klab-klab malam yang dipertontonkan sambil santap malam di
Baghdad dan
Cairo. Ingatkah ente klab Sahara
City di Pyramide atau kapal remang-remang di tengah Sungai Nil? Tidak beda siang
dan malam. Di pinggir Sungai Efurat dan juga sungai Tigris yang membelah
kota
Baghdad banyak muda-mudi berpasangan
entah mengapa. Layaknya juga dipinggiran Sungai Nil di Cairo, pemandangannya
sama. Harus diakui mereka tidak mengaku “korupsi” moral, cuma duduk berdua
memadu kasih, bersantai.
Di sudut
kota
Baghdad, terdapat alibaba-alibaba
kecil menjajakan makanan roti adonan yang hangat, mereka kumuh.
Banyak juga pembelinya dan
sebentar alibaba kecil itu berteriak; “Kueku habis, kueku habis”. Warna
lain masih menonjol-kan kemiskinan dimana-mana.
Ada seorang tua kumal, sebut saja
Alibaba, berjalan-jalan santai sambil nyengar-nyengir memperaga-kan giginya yang
kuning dekil, sama dekilnya dengan baju rompi dan jalabiyah
yang dipakainya. Sinting barangkali. Dari mulutnya keluar celoteh; “Raja
kenyang, Raja panjang, Raja ‘Asabiyeh..”
Aku tanyakan kenapa orang itu
berteriak-teriak. Katanya dulu ia pegawai tinggi pemerintah dibawah Raja yang
digulingkan. Hidupnya mewah penuh glamour, suka mengkorupsi waktu di kantor,
apalagi menilap uang APBN yang dipercayakan kepadanya. Suka makan yang haram
alias tidak halal. Gaji pegawainya di tilap dan dikenakan potongan yang
disebutnya pajak sampai 30% semacam PPN di negeri ini. Sayangnya uang PPN itu
tidak masuk ke kantong Negara, tapi mengalir ke kantong pribadinya. Ia bangun
rumah mewah dan ia beli mobil-mobil mutakhir luar negeri.
Ada dua Marcedez Benz S500 di dua
garasi, pokoknya hidup senang dan penuh glamour.
Meminjam istilah Kwik Kian
Gie dalam artikelnya
yang berjudul Aku Bermimpi Jadi Koruptor, orang sinting dari
Baghdad ini seperti
tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu ia menjadi koruptor. Ia
menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor sampai
yang paling canggih. Maka, ia menjadi orang sangat kaya. Rasanya tidak
seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar kekayaan yang diperoleh dari
korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu
pesta ketika ia mabuk, ia berkata, "I am the Lord, I am the law, and I am the
richest man in Baghdad."
Sekali ketimpa durian runtuh
semakin menjadi-jadi ia melanggar hukum dan UU, ternyata sepintar-pintar
membungkus durian ketahuan juga baunya. Si Alibaba yang kumal di
Baghdad tadi adalah mantan pejabat
tinggi yang tertangkap karena ketahuan korupsi dan dituduh mengorupsi uang
negara milyaran dinar dan dijatuhi hukuman mati. Tapi belum di eksekusi, karena keburu
Baghdad diserang Amerika. Dia bebas
karena penjaranya kena bom, dia selamat dari maut. Kini ia terlunta-lunta jadi
orang kumuh yang sinting.
Banyak lagi orang-orang seperti alibaba yang suka
mengobral janji dan setelah tujuannya tercapai rakyat yang diberi seribu janji
bohong, dikhianati. Na’uzubillah! Inilah dia pemimpin
kita..!
Gambaran serupa masih dapat
kita lihat di bagian lain
kota
Baghdad setelah pecahnya perang,
setelah runtuhnya dinasti Saddam Hussein. Kini tinggal puing-puing berantakan
dan reruntuhan entah kapan dapat dibangun lagi.
Baghdad yang megah dulunya, kini
tinggal puing-puing beserakan karena keserakahan segelintir manusia
korup.
Apakah juga terdapat
alibaba-alibaba yang mau melakukan korupsi? Yah, jika tidak di
Baghdad tentu bisa dilakukan di
negeri ini. Tahukah anda, kini negeri ini sudah tergadai ke IMF, sudah tergadai
ke dunia lain, sudah dicaplok oleh pencoleng-pencoleng Negara, kuroptor-koruptor
ulung yang semakin canggih mulai dari level pegawai tinggi sampai ke kepala desa
atau jorong di negeri Minangkabau ini.
Konon kabarnya, aset negeri
ini akan dijual kepada investor asing dengan dalih pembangunan otda, investasi.
Sungguh hebat. Laut kitapun akan diobralkan, pasir kita akan dikuras, ikan kita
akan ditangkap, kepulauan kita di samudra
Indonesia ditenderkan kepada
investor-investor asing. Hutang kita semakin bertumpuk. Bayangkan setiap bayi
yang akan lahir sudah ditunggu hutang 7,5 juta
perorang.
Maukah kita menjual asset negeri ini kepada orang
asing? Tegakah kita merambah hutan untuk mengenyangkan sang koruptor? Sampai
hatikah kita menilap uang bantuan korban gempa bumi? Inilah yang harus kita
pikirkan. Jika ini terjadi, maka semakin kayalah raja koruptor dan semakin
miskinlah rakyat miskin nan kecil ini. Masih panjang jalan menuju “Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” (Nagari Yang Makmur dan Diampuni
Tuhan).
Aku tidak dapat membayangkan jika dapat bertemu dengan
sang Raja Koruptor atau hanya mimpi barangkali. Anggap
saja.!
Bangkitlah wahai penantang koruptor, mari kita
singsingkan lengan baju kita untuk memberantas korupsi di negeri yang kita
cintai ini.
Mari kita berjuang bersama Partai yang Anti Korupsi.
Allahu Akbar.(Zulharbi Salim)
Bukittinggi, 19 Maret 2004