Assalamu'alaikum wr.wb
Lah ramai yo biliak awak ko jo kampanye, buliahkan kalau kampanye nan ado ko
ambo
kritisi? semog indak dianggap sebagai kebencian.
 
Kalau dulu ketika Muh. dan Nu bersitegang masalah khilafiah, sampai - sampai
urusan
surga nerakan pun dibatasi pd qunut - tidak qunut, nawait atau tidak
nawaitu.
Sekarang, saat begitu banyak partai termasuk partai Islam, urusan surga -
neraka diten
tukan juga di bilik suara, murah bana yo tiket ka surga itu??
 
Kasihan engkau Islam, habis engkau emang enak dijadikan komoditas seee...h
 
Kalau tidak salah Istri soleh itu kan, istri yg selalu berupaya
membahagiakan suami
dan Istri yg selalu mendukung suami, nah, kalau dlm konteks nya spt ini
berarti tiket
ke surga Astri Ivo batal demi hukum dong, suaminya tentu lebih bahagia jika
sang istri
memiliki kesamaan dan mendukungnya  :-)
Istilah kawan ambo yg menganut manhaj Salaf, wajib ta'at pada imam/Amirul
Mukminin
selama tidak mengajak kepada kemaksiatan. Dalam rumah tangga Suami itu
adalah
imam/pemimpin kan?
 
wassalam,
harman

-----Original Message-----
From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 25, 2004 7:53 AM
To: <b>Milis Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak)</b> sejak 1993
Subject: [EMAIL PROTECTED] Fw: [imsa] Demi Tiket ke Surga, Astri Giat Berpolitik 


 

Demi Tiket ke Surga, Astri Giat Berpolitik
  <http://www.mediaindo.co.id/images/bening.gif> 

BAGI pemain sinetron Astri Ivo, partisipasi politik tak cukup dengan hanya
pergi ke tempat pemungutan suara (TPS), pada 5 April 2004. Tetapi buat
perempuan yang kini telah mengurangi aktivitas di dunia hiburan karena ingin
mencurahkan sebagian besar waktu untuk dua putranya ini, partisipasi politik
juga menuntut totalitas.

Kendati belum siap menjadi calon anggota legislatif (caleg), ia mengaku siap
berkorban untuk partai politik (parpol) yang dinilainya paling aspiratif,
terhadap perbaikan kehidupan bangsa.

Astri mengatakan hal itu kepada Media sesaat setelah turun dari pesawat yang
membawanya dari Kediri, Jawa Timur, usai berpartisipasi dalam kampanye
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), akhir pekan lalu.

Artis yang juga piawai bernyanyi dan membaca puisi ini tak perlu berpikir
panjang, ketika sahabatnya di PKS meminta untuk membintangi iklan kampanye.

Kendati nyaris tak mendapat imbalan materiil, Astri mengaku puas, karena
berpeluang didengar publik ketika iklan tersebut ditayangkan di layar
televisi.

"Saya bukan tampil sebagi artis. Saya mewakili suara kaum ibu yang begitu
merindukan adanya perubahan di negeri ini. Untuk itu kita tidak boleh
tinggal diam, kita harus bersuara dan pergi ke TPS. Soal kompensasi, saya
tidak perlu meminta dari manusia, karena saya berharap mendapat cek dari
Allah. Saya ingin mendapat tiket ke surga," ujar Astri yang mengaku hanya
perlu waktu kurang dari setengah jam untuk menyelesaikan syuting iklan
tersebut.

Bahkan Astri nyaris tak berdandan, dan hanya memakai bedak serta sapuan
tipis lipstik di bibir mungilnya. Ia mengaku tak khawatir popularitasnya
sebagai artis akan menurun, ketika banyak pihak menganggapnya telah
berafiliasi dengan kekuatan politik tertentu.

Bahkan, Astri juga berani berbeda pendapat dengan suaminya yang lebih
cenderung mendukung Partai Amanat Nasional (PAN). Mengambil sikap yang
jelas, kata Astri, adalah wujud nyata partisipasi politik dalam situasi
demokrasi. Konsekuensinya, dalam internal rumah tangga, berbeda afiliasi
partai bukan hal yang mesti dipertentangkan. Bahkan, keragaman itulah yang
dapat menjadi sumber keindahan.

Untuk itu, Astri mengaku tak pernah secara langsung mengarahkan orang-orang
terdekatnya untuk mendukung PKS. Kendati mengaku simpatisan dari partai yang
dalam Pemilu 2004 ini menempati nomor urut 16, Astri tak merasa perlu
berpesan kepada orang lain untuk mencoblos PKS.(CR-32/P-2)

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke