Dari
milis UGM
Dewis, 34
-----Original Message----- From: Denny Indrayana Temans, Saya forwardkan satu tulisan dari Hikmat Hardono ke milis kagamamuda. Hikmat adalah mantan aktivis mahasiswa yang sangat aktid di Badan Eksekutif Mahasiswa di akhir 1990-an. Wassalam, Denny Indrayana --------------- Date: Thu, 10 Jun 2004 15:35:51 +0700 From: "Hikmat Hardono" Subject: SBY dan AR SBY dan AR yang Saya Tahu --- Saya punya beberapa persinggungan dengan SBY dengan AR. Ada yang keduanya bersinggungan pada saat yang bersamaan. Mungkin ini bermanfaat. Pertama, tahun 1994. SBY jadi Danrem Pamungkas. AR jadi dosen UGM. BEM bikin acara Panel Forum lembaga Kepresidenan. SBY membuka acara yang waktu itu pun anak-anak sudah memuji, "wuih berani juga ni orang". AR mengisi acara dengan judul makalah --yang saya ingat betul-- 'Suksesi 1998: Sebuah Keharusan'. Anak-anak menaruh hormat lebih dalam sama AR: iki luwih memberi harapan. Anda mungkin ingat, beberapa saat setelah itu acara ini diributkan oleh kaset rekaman Permadi. Permadi kabarnya diincar karena mungkin paling mudah ditembak pertama. Dia dianggap melecehkan umat Islam. Tahu siapa yang membela Permadi? Tebak apa reaksi AR yang waktu itu jadi simbol Islam modernis yang lebih keras dibanding garis moderat lain? AR membela Permadi. AR meredamkan kejengkelan yang coba dipancing oleh pemerintah waktu itu. Bagaimana caranya? Dia cuma bilang, "Saya hadir dan satu sesi di forum itu. Tidak perlu terpancing dengan provokasi macam itu". Hah? Anak-anak melenggong! Karena kami toh udah ngitung sebagai panitia pasti bakal terseret. Ajaibnya umat Islam tidak lagi terpancing dengan skenario pemerintah. Demo anti Permadi meredup. Akhirnya kasusnya didrop. Saya enggak tahu dimana SBY waktu itu. Mungkin lagi ngasah senapan di Korem. Lain waktu meledak pula kasus Radisson. Ingat? Sebuah laporan yang ditulis seorang dosen UGM waktu itu yang hadir dalam pertemuan di hotel Radisson bocor ke tangan pers. Laporan yang ditujukan untuk Habibie ini menyebutkan bahwa pertemuan ini membicarakan 'semacam kudeta'. Dan memang seperti didesain pemerintah waktu itu, aparat pun mulai bergerak. Tahu siapa yang terincar pertama? Benar, Arifin Panigoro. Tahu siapa yang mementahkannya? AR dan --yang saya hormati-- alm. Afan Gaffar. Mereka menggelar konperensi pers. AR menyatakan bahwa pertemuan itu tidak membahas kudeta. Ia dan AG seakan-akan bilang kalau mau ngincar, incar mereka saja karena mereka tuan rumah diskusi itu di Jogja. Anak-anak melenggong lagi! Kami mikirnya pasti kena tuh AP. Dan pasti pada sembunyi tuh peserta pertemuan Radisson. Ternyata tidak. Saat itu pun saya enggak tahu di mana SBY. Kalau gak salah pindah ke Bukit Barisan. Pada 1997 setelah turun dari KKN --dan Lady Di meninggal, rupiah anjlok dan harga tempe melonjak-- kampus-kampus memanas. Juga UGM. Saya dan teman-teman mutusin nerbitin buku lembaga kepresidenan tadi yang salah satunya makalah AR. Di samping Hartas, Afan Gaffar, Conni, dll. Bantingan kita biayai ini. Satu persatu kita harus nemuin narasumber eks 1994 untuk minta persetujuan. Ada yang ati-ati, ada yang nolak, ada pula yang gampang. Yang kejatah nyari AR kebetulan saya. Jalan ke daerah pandeansari, ketemu AR lagi di garasi. Gak ada 5 menit ngomong. Waktu saya bilang kalau mau nerbitin makalahnya yang kontroversial itu dia cuma bilang: 'ya udah. terbitin aja'. Semprit ngarit! Tak pikir aku kudhu berdarah-darah meyakinkan bahwa kita harus berani menerbitkan itu eh ternyata malah kegampangen. Lalu, 1998. Kita tahulah di mana AR waktu itu. Maret 1998, SU MPR menetapkan Suharto lagi. Tahu siapa yang menjadi jurubicara F-TNI? Benar tebakanmu, SBY. Anda pasti juga tahu di mana SBY dari periode Maret 1998 sampai Mei. Khususnya 1-21 Mei 1998 yang amat menentukan. Situasi amat tak menentu waktu itu. Waktu Andi Arif dan teman-teman diculik, teman-teman masih berharap sama elemen tentara di dalam. Ada yang bilang (pasti gak serius), "Hei, masih ada SBY". Tapi masak sih, Bos, tentara lebih setia sama teman sipilnya dan sama demokrasi daripada sama panji-panji kesatuannya? Bahkan mati sebagai purnawira pun ia nanti akan tetap ditanam sebagai prajurit. Ya, kan? Tanpa bermaksud provokatif, mungkin tulisan ini --dengan semua memori di dalamnya-- dapat menjelaskan mengapa mereka yang melewati tahun 1997-1998 sebagai mahasiswa lebih suka AR dalam soal presiden. Mgkn ini pula yang menjelaskan mengapa dukungan sama AR tampak sekali pada anak-anak generasi ini. Di milis ini, milis lain dan berbagai kantung lain. Hikmat Hardono ps. Tulisan ini diiringi salam buat semua yang tanpa kejelasan nama, raga dan lembaga berada aktif dan pasif di sekitar Bulaksumur, Karangmalang, Wirobrajan dan kawasan bergolak lain pada periode agustus 1997 sampai mei 1998. Khususnya buat mereka yang 'terjebak' bersama dalam insiden di Bulaksumur 2-3 April 1998 dan 13 Mei 1998. Sejahtera buat semuanya. __________________ |
____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________