Zet,
Jangan sedih. Being single fighter doesn't meant that you fight by your self. Kita semua di Lapau ini sangat perduli pada pembangunan ranah bundo. Persoalannya hanyalah bahwa tidak semua orang articulate dalam mengungkapkan ide.Bak pepatah inyiak kita, nan taraso lai taraso tapi baalah ka mangecek....
 
Menganai masalah Bandara Ketaping ini memang cukup memprihatinkan. Duitnya ada, orangnya yang akan mengerjakannya ada, kok malah pemda Sumbar tidur saja, malah si empunaya uang yang gelisah tak sabaran mengikuti perangai lelet ini.
 
Aku rasa pemda Sumbar bukannya tak mau melanjutkan pembangunan Bandara itu, Zet,mereka hanya bingung karena tak bisa memecahkan persoalan tetek bengek yang mengikuti rencana pembangunan tersebut. Sejak awal mereka tak punya konsep yang jelas apa yang disebut dengan pembangunan (dalam arti fisik) itu. Membangun orang membangun pula lah kita, berutang orang berutang pulah lah kita.  Yang penting  membangun. Tak hirau apa itu AMDAL,apa itu rencana proyek jangaka pendek atau jangka panjang sebab semua persoalan negatif yang bakal muncul akan diselesaikan oleh tukang gebuk kekuasaan. Setidaknya demikianlah gaya pembangunan dijaman rejim orde baru. Tapi angin terus berembus, Zet, begitu regim pelindung itu rontok,bingunglah semua orang yang terbiasa menyusu ini. Dalam jaman keterbukaan, dimana KKN amat sulit disembunyikan dari mata masyarakat, dan masyarakat  sendiri sudah berani pula berteriak akan haknya, ternyata banyak persoalan pelik diluar perkiraan semula.
 
Dari pada kita marah2,yok kita coba analisa apa sih kesulitan yang di hadapi oleh Pemda Sumbar sebenarnya. Kita mulai dari tanah. Tanah orang sekarang tak lagi bisa dirampok semaunya atas nama pembangunan . Tak hanya kompensasi yang harus dipikirkan oleh oleh pemerintah melainkan juga aspek adat atas sebagian kepemilikan tanah tersebut. Tanah adat tentu tak bisa dikompensasi dengan uang sebab kalau berupa uang siapa yang berhak menerima uang tersebut? Tanah adat seharusnya di kompensasi dengan tanah pula.Persoalannya adalah dimana? Sebab tanah adat tentunya tak boleh terlalu jauh dari masyarakat pemangkunya. 
 
Yang kedua. Siapa kontraktor yang menang tender? Walau Cendana sudah hengkang, apakah perusahaan yang baru ini tak terkait dengan mereka? Terus bagaimana hubungan perusahaan ini dengan pemda?
 
Yang ketiga silahkan lanjutkan Zet,anak-anak  sudah pada bangun tidur siang. Saatnya memandikan mereka. 
 
Wassalam,
 
Evi
 
Ps.
 
Ni Des, suratnya sudah dengan selamat sampai di rumah Evi.Alhamdulillah lai ndak kanai bomb doh. 
 
 
 
 
----- Original Message -----
From: Z Chaniago
Sent: Monday, March 27, 2000 9:04 AM
Subject: [Rantau-Net] Masih tentang Bandara Ketaping..

Masalah Bandara Ketaping, setelah babarapo wakatu nan lalu, indak jadi kanai
penalti dari OECF, dan sasudah mambubarkan konsorsium keluarga Cendana,
nyatonyo Pemda Sumbar cuma bisa lipsing sajo,.....
dan indak ado karajo nan labiah kongkrit untuak maujuikkan Bandara
Internasional Ketapiang iko....

Apo lai nan jadi masalah di Pemda, karano secara dana OECF salamo iko alah
siap, dan dari proposal perencanaan nan masuak ka OECF rasonyo BEP-nyo akan
tacapai sasuai target.

Walau salamoko ambo jadi single-fighter untuak masalah iko di lapau, rasonyo
bandara iko akan baguno untuak pangembangan industri pariwisata alam di
Sumbar....nan potensinyo masih banyak nan alun digarap...dan dengan majunya
Industri Pariwisata Alam akan memback-up Sumbar nan indak banyak sumber
alam-nyo lai untuak maningkekkan PAD.

Dan untuak masyarakat di daerah Katapiang...sayangnyo alah banyak pulo nan
jadi spekulan.....

Z Chaniago - Palai Rinuak

Kirim email ke