>From: Rita Desfitri
>Sent: Selasa 25 April 2000 11:54
>To: Balerong
>Subject: [Rantau-Net] Emansipasi vs. Lanyau Padusi...

>>On Mon, 24 Apr 2000, Dedi N. wrote:
>> 
>>   Assalamu'alaikum wr.wb.
>>   Rupono ota ko lah salah kaprah lo komah Ustadz, tapi walau 
>>   salah kaprahno lai manganai untuak dijadikan sabagai panambah-nambah
>>   ilimu. Apo lai kalau nan maagiah tanggapan dari sanggahan tu adolah
>>   ustadz Khairi. Lamak cingkunek no, indak taraso kupi paik angek
>>   tasasok,
>>   diparuik se dingin no :):). Jadi manuruik ambo lanyau se lah ustadz...

-------------------
>Minta ampun ambo, ambo kalau ka di LANYAU 'pemimpin' bialah lari. :-)
>Mambana kami urang padusi...

>Tapi kalau di pikia-pikia bana, justru hal-hal semacam ikolah, satu dari
>sekian banyak contoh, nan ingin kami hapuskan dengan jalan emansipasi. Baa
>supayo kami kaum padusi ndak saketek-saketek di 'LANYAU' pemimpin kami.
>Babeda pandapek, kaum padusi dianggap pantas di LANYAU. Ndak katuju apo
>nan dikatokan atau karajokan urang padusi, urang maraso berhak ma LANYAU.


Tanggapan saya :

Senada dengan Rita, saya sangat prihatin dengan ungkapan "LANYAU" di atas.
Saya tidak mengerti secara persis apa yang dimaksud dengan kata-kata
tersebut oleh Dunsanak Dedi. Tetapi sekali lagi, dengan makna yang awam,
saya prihatin.

Kelihatannya dialog kita ini sudak tidak lagi konstruktif. Marilah kita
lihat kehidupan bermasyarakat secara umum, di mana jika musyawarah untuak
mufakek tidak lagi berhasil menemukan kata pendapat, maka siapa yang berotot
besar akan berusaha untuk menguasai forum dengan sikap urang bagak, tanpa
merasa perlu berargumentasi lebih lanjut. Yang lebih memprihatinkan,
kebanyakan si urang bagak menganggap pendapatnya adalah kebenaran mutlak
yang harus diikuti orang lain, kalau tidak, maka akan dilanyau orang
tersebut.

Pada konteks yang lebih besar, yaitu negara, jika dplomasi sudah tidak
berhasil lagi, maka pihak militer turun tangan dengan kekuatan bersenjata.
Layau saja semuanya, maka pasti beres. Inilah gaya militeristik. 

Agamo awak pun mengajarkan tidak ada paksaan dalam agama. Ingat paksaan
dalam agama saja tidak ada, apalagi pemaksaan dalam penafsiran ajaran agama.
Rasanya kita manusia terlalu kecil untuk merasa seakan-akan memiliki hak
prerogatif dari Allah SWT untuk memutlakkan suatu penafsiran dan melanyau
pihak lain yang tidak sepaham. 

Begitulah keprihatinan saya.

Pandangan saya terhadap ulama. Ulama pun manusia biasa, yang tidak akan
terlepas dari sifat subyektif dan bias. Sangat berbeda dengan Rasullulah
yang dijamin oleh Allah SWT. Dengan demikian, pendapat atau bahkan fatwa
ulama sekalipun di mata saya masih terbuka untuk diperdebatkan dan
didiskusikan bersama secara konstruktif dalam upaya "mencari kebenaran yang
hakiki dan sebenarnya". Ada ulama yang mengharamkan tapai, sementara ada
pula yang sato duduak makan tapai di lapau sambia maota. Ulama mengharuskan
wanita memakai jilbab dalam penampilan sehari-hari, eh, tapi ada pula ulama
yang tidak mengharuskan. Siapa yang diikuti ? Sangat bias. Dan semua mengaku
berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist. Siapa yang benar ? Wallahu alam.
Walaupun isteri saya pakai jilbab sehari-hari, tetapi saya tidak berani
mengklaim bahwa itulah satu-satunya kebenaran mutlak yang harus diikuti.
Kebenaran itu milik Allah SWT. Kita manusia (termasuk ulama) ber-intizhar
supaya dapat mendekati kebenaran tersebut. Akhirnya kembali terpulang kepada
hati nurani kita yang akan kita pertanggung jawabkan kepada Allah SWT
nantinya. Dan saya akan sangat prihatin jika ada ulama yang mendoktrin bahwa
tafsirannya lah yang mutlak diikuti, jika ada orang yang itdak mengikuti,
lanyau sajalah. Saya akan lebih prihatin, jika yang melanyau itu orang awam
seperti saya (bukan ulama).

Saya menghimbau kepada dunsanak-dunsanak yang tidak bisa berkepala dingin
dan tidak dewasa dalam menghadapi perbedaan, sebaiknya tidak ikut serta
dalam diskusi atau silang pendapat seperti ini. Tujuannya, supaya tidak
terjadi pertengkaran antaro awal samo awak, karena diskusi adalah ajang
intizhar untuk mencari kebenaran.

Salam
~Riri
http://lapau.rantaunet.web.id
=================================================
WEB-EMAIL GRATIS ... @rantaunet.web.id ---> http://mail.rantaunet.web.id
=================================================
Subscribe - Mendaftar RantauNet Mailing List, kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages: subscribe rantau-net email_anda

Unsubscribe - Berhenti menerima RantauNet Mailing List, kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi emai / Messages: unsubscribe rantau-net email_anda
=================================================
WebPage RantauNet http://www.rantaunet.web.id dan Mailing List RantauNet
adalah servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=================================================

Kirim email ke