Terutama untuk sanak-sanak yang alum menikah, ko ada ciek artikel nan rancak.....
 
============
 
From: Hanif Arif Abdillah

Nasib Bujangan...

Apa yang menyebabkan sebagian dari kita merasa terhalang langkahnya untuk mempersunting seorang gadis muslimah yang
baik-baik sebagai istri, sementara keinginan ke arah sana seringkali sudah terlontarkan. Sementara kekhawatiran jatuh kepada maksiat sudah mulai timbul dan menguat. Sementara ketika "maksiat-maksiat kecil" (atau yang kita anggap kecil) sempat berlangsung, ada kecemasan kalau-kalau keterlambatan menikah membuat kita jatuh kepada maksiat yang lebih besar.

Seorang lelaki yang membujang harus menanggung beban syahwat yang sangat berat.  Apalagi pada masa sekarang ini ketika
hampir segala hal memanfaatkan gejolak syahwat untuk mencapai keinginan. Acara-acara TV, radio bahkan artikel-artikel
kesehatan dan olahraga dikoran dimanfaatkan untuk mengekspos rangsang pornografis demi meningkatkan oplah.

Saya sering mendengar "keluhan" teman laki-laki yang seusia dengan saya mengenai pikiran-pikiran dan angan-angan mereka
tentang pernikahan atau mengenai harapannya terhadap seorang gadis. Dorongan-dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup yang khusus ini telah menyita konsestrasi. Daya serap terhadap ilmu tidak tajam. Apalagi untuk sholat, sulit sekali merasakan kekhusyukan. Ketika mengucapkan "iyyaKa na'budu wa iyyaKa nasta'in" yang muncul bukan kesadaran mengenai kebesaran Allah yang patut disembah, melainkan bayangan-bayangan kalau suatu saat telah menikah. Malah, sebagian membayangkan pertemuan-pertemuan yang sudah jauh.

Sholat orang yang masih belum menikah memang sulit mencapai kekhusukan, apalagi memberi bekas dalam akhlak sehari-hari.
Barangkali itu sebabnya Rasulullah Muhammad SAW mengatakan:

"Sholat dua rakaat yang didirikan oleh orang yang menikah lebih baik dari sholat malam dan berpuasa pada siang harinya
yang dilakukan oleh seorang lelaki bujangan."

Maka, bagaimana seorang yang masih membujang dapat mengejar derajat orang yang sudah menikah, kalau sholat malam yang
disertai puasa di siang hari saja tak bisa disejajarkan dengan derajat sholat dua rakaat mereka yang telah didampingi istri.

Padahal, mereka yang telah mencapai ketenangan bathin, penyejuk mata dan ketentraman jiwa dengan seorang isteri yang sangat besar rasa cintanya, bisa jadi melakukan sholat sunnah yang jauh lebih banyak dibandingkan yang belum menikah.

Maka, apa yang bisa mengangkat seorang bujangan kepada kemuliaan di akhirat?

Di saat seperti ini, kita dapat merenungkan sekali lagi peringatan Rasulullah Muhammad SAW, dalam sebuah hadis yang
berasal dari Abu Dzar r.a. Rasulullah menegaskan:
"Orang yang paling buruk diantara kalian ialah yang melajang (membujang) dan seburuk-buruk mayat (di antara) kalian ialah
yang melajang (membujang)." (HR Imam, diriwayatkan juga oleh Abu Ya'la dari Athiyyah bin Yasar)

Semoga Allah 'Azza wa Jalla melindungi kita dari kematian dalam keadaan membujang, sementara niat yang sungguh-sungguh
untuk segera melangsungkan pernikahan belum tumbuh. Semoga Allah SWT menolong mereka yang telah mempunyai niat. Kalau
belum lurus niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat dan prasangkanya. Kalau telah kuat tekadnya ('azzam), mudah-mudahan Allah menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan penuh dengan ridha-Nya, dan mudah-mudahan Allah SWT melapangkan mereka, para pasangan-pasangan yang telah siap atau hampir siap, baik yang masih terhalang, hati dan langkahnya. Amin.

Kirim email ke