> edyutama:
>
> > PARTAMO, masalah hubungan antar kampung dan rantau dalam perkembangan
> > masa kini dan masa datang. Ambo mancaliak ado nan indak klop salamo ko,
> > sahinggo
> > banyak manimbulkan salah sangko dan konflik. Pertanyaan masalah ini
> mungkin
> > bisa
> > dimulai dari; apa posisi atau peranan  urang rantau terhadap kampung
> > halamannyo?; dan apa
> > pula posisi dan tugeh urang kampung?
>
> Dalam rangka mencari hal-hal yang terbaik yang sekiranya dapat
disumbangkan
> pada kampung halaman, saya kira, tak perlulah adanya dikotomis rang
kampuang
> dan rang rantau. Dalam kesatuan nama Minangkabau, kampuang dan rantau
> seharusnya hanya membedakan wilayah tempat tinggal dan bukan pola pikir,
> pola perilaku atau pola tindakan para manusianya. Namun  tak dapat
diingkari
> bahwa untuk dapat sama-2 melapah hati gajah atau mencacah ati tungau dalam
> memupuk solidaritas masyarakat Minang tidaklah semudah menuliskan petitih
> ini. Apa yang 'seharusnya' itu lebih banyak tingggal dalam angan-angan
> ketimbang terjadi dalam realitas maka terjadilah banyak ketidak klopan
> disegala bidang kehidupan yang akhirnya memicu inferno:Konflik.
>
> Pak Edy, berdasarkan pengamatan di internet, saya mengikuti alur opini
Anda
> bahwa dalam beberapa hal, terutama yang menyangkut kebijakan pemda, ADA
> terjadi salah sangka antara rang rantau (setidaknya saya) dengan rang
> kampuang (setidaknya pemda). Sebelum jauh saya ingin mengingatkan bahwa
> ketidak sesuaian ini hanya terjadi di level
> perselisihan pribadi saja dan bukan perselisihan ke tingkat struktural.
> Karena PR rang rantau dan rang kampuang itu sangat banyak, kita perkecil
> saja skop permasalahannya. Mari kita bicarakan perda tentang pekat yang
> salah satu butirnya melarang wanita minang keluar malam kemarin.
>
> Terus terang, sebagai seseorang yang besar di rantau, saya sampai ngakak
> membaca berita tersebut. Saya katakan pada diri sendiri bahwa penyakit
akut
> yang di derita masyarakat Minang saat ini sebenarnya bukan lah para wanita
> melainkan para pengambil keputusan disana yang tak tahu apa sebetulnya
> penyakit yang diidap oleh masyarakat mereka. Kok jauh-2 amat, masalah
> struktural yang di derita orang minang saat ini adalah kemiskinan plus
> variant ikutannya berupa mentalitas
> orang miskin.Kita tahu bahwa mentalitas orang miskin itu adalah kerja
untuk
> cari makan dan bukan kerja demi karya itu sendiri. Kemiskinan struktural
ini
> lah penyebab mengapa SDM kita melorot terus dan  salah satu refleksi
> masyarakat itu terbaca ketika para elite pemda yang hanya mampu melihat
> masalah-2 sosial dari gejalanya saja (suka atau tidak milis etnis seperti
> rantaunet ini juga merupakan cermin) dan kemiskinan terstruktural pula lah
> yang menjadi penyebab mengapa orang minang yang sangat bangga  dengan
> keislamannya itu tak terbebas dari kekuasaan yang korup. Kalau para elite
> sumbar sangat peduli terhadap nasib kaum
> perempuan, utang mereka tidak terletak betapa sering perempuan keluar
> malam, berapa tinggi rok dan hak sepatu mereka, atau berapa seksi pakain
> yang melekat di
> tubuh mereka. Meributkan hal-hal yang sepele seperti itu namanya cuma
kerja
> 'resek'-2an' dari kekuasaan  "penjaga malam". Utang penguasa Minang kepada
> para perempuan Minang terletak pada bagaimana memberdayakan kaum yang
sudah
> dibuat keok oleh berbagai sangsi sosial yang berbau seksual selama ribuan
> tahun tersebut  agar bisa mandiri secara ekonomi,sosial dan kalau perlu
> secara moral.Walaupun dalam menikmati dunia pendidikan tak ada batas
antara
> anak perempuan dengan anak lelaki, kecuali beberapa orang di masa lalu,
> kebudayaan Minang sekarang ini tak mengenal perempuan yang kampiun dalam
> menyuarakan kepentingan kaumnya.Dalam kondisi jaman yang berubah cepat
> seperti sekarang ini, tidak semua kepentingan mereka bisa diakomodasi oleh
> kaum yang selama berabad-abad sudah terbiasa menikmati kedudukan sebagai
> "yang di layani". Persoalan-persoalan perempuan itu sangat banyak.
Sebagian
> bisa diselesaikan oleh kaum lelaki dan sebagian lagi akan lebih baik kalau
> di tangani oleh perempuan sendiri.Buka lah jalan bagaimana caranya agar
> lahir Rohana Kudus atau Kartini-2 Minang agar di masa mendatang kaum bapak
> di rumah bagonjoang itu tidak repot-repot amat mendefinisikan
> 'kesejahteraan' perempuan.
>
> Mungkin bagi sebagian orang yang merasa sangat minangkabau, cara pandang
> seperti ini datang dari Disneyland bukan dari dunia nyata.Tapi percayalah,
> kalau saya tidak berdiri di posisi ini, tak akan ada diskusi. Mau ngomong
> apa kalau semua suara MPR Orde Baru pindah ke sini. Kata,
setujuuu.....saja
> tidak akan membawa kita kemana-mana selain berputar-putar seperti pemain
> randai. Itu kata teman saya.
>
>
> Wassalam,
>
> Evi
>
>


RantauNet http://www.rantaunet.com
=================================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
- mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda]
- berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda]
Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
=================================================
WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah
servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=================================================

Kirim email ke