Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim
Sesungguhnya, segala pujian adalah milik Allah, Tuhan Penguasa seluruh 'alam, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dia-lah yang memiliki wewenang sebagai penilai akhir dari setiap amal hamba-Nya. Kepada-Nyalah kita patuh dan kepada-Nya jua kita mengharap segala pertolongan.
---
 
Saudaraku semua...
Semoga pada hari mulia ini, Anda senantiasa dalam keadaan senang dan gembira terhadap seluruh takdir dan petunjuk Allah kepada Anda dan semoga Allah pun menyenangi seluruh amal dan ibadah Anda. Keselamatan dan barokah Allah juga semoga selalu bersama Anda. Marilah kita nikmati seluruh karunia Allah ini.
 
Usai mendengarkan ceramah pada ba'da shalat subuh di masjid lingkungan kami, biasanya kami bersalam-salaman. Hamba fikir, ini adalah hal yang biasa saja, karena di masjid atau mushala di tempat lain juga dilakukan hal serupa. Bersalam-salaman sudah menjadi tradisi Islam di hampir seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, hamba ingin mengajak kita semua untuk merenungi sejenak "apa yang sebenarnya terjadi ketika kita melakukan salam-salaman saat ini".
 
Salam Menurut Contoh Rasul Allah
 
Menurut riwayat Al-Baihaqi dan Al-Katib, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda ‘‘Orang yang memulakan memberi salam adalah terlepas daripada sifat sombong dan takbur" (Ref. Quote Hadits dari Cikgu Nik, Malaysia) 
 
Yang dimaksud "salam" di sini adalah memberi ucapan atau doa keselamatan dari seseorang muslim kepada muslim lainnya. Rasul Allah, Muhammad (SAW) dalam mengucapkan salam ini diiringi dengan berjabat tangan antara muslim yang satu dengan muslim lainnya. Menurut hamba, hal ini tiada lain adalah untuk membangun keakrapan di antara para muslim. Sebab antara muslim yang satu dengan muslim lainnya adalah bersaudara. Maka setiap muslim haruslah membangun keakrapan itu agar terjalin tali persaudaraan. Saling perduli memperdulikan. Saling menyelamatkan saudara lainnya.
 
Melakukan do'a keselamatan untuk Saudara adalah bukti adanya keperdulian (ukhuwah) dan saling menyelamatkan (berharap agar selalu selamat di dunia dan di akhirat kelak). Untuk ini, Rasul Allah Muhammad (SAW) juga memberikan adab-adabnya. Berikut ini adalah salah adap dalam memberikan salam itu :
 
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda: ‘‘Orang yang berkenderaan hendaklah memberi salam kepada orang berjalan kaki orang yang berjalan kepada orang yang duduk dan orang yang sedikit kepada orang yang banyak’’  (Dari Sahih Muslim).
 
Hadits ini memberikan contoh bagaimana seorang saudara menghormati saudara lainnya dengan tidak menyombongkan diri. Misalnya orang yang berkendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan kaki, itu adalah adap sopan santun seorang muslim, agar orang yang berjalan kaki merasa dihargai oleh orang yang berjalannya lebih cepat (berkendaraan). Jadi tak ada remeh-meremehkan. Dalam bersaudara, tidak kecil-mengecilkan dan rendah-merendahkan, semua saling menghargai agar semua dapat bermanfaat bagi lainnya.
 
Lucunya kita ketika bersalaman
 
Cobalah kita perhatikan bagaimana tingkah kita ketika bersalam-salaman, baik itu ketika bersalam-salaman di masjid atau di tempat pertemuan lainnya. Hamba sering menjumpai orang bersalaman kepada kita tetapi orang itu tidak mengucapkan do'a untuk kita bahkan memandang kita pun tidak. Bersalaman sambil mau lari !
 
Terlihat dari kejadian ini, bahwa kata "salaam" itu hanyalah berarti "saling menempelkan dan mengeratkan telapak tangan" saja, tak melihat siapa yang disalami dan juga tidak mengucapkan apa pun. Apa yang terjadi ? Kita menjadi kurang akrab bahkan yang belum kenal pun tetap belum kenal setelah bersalaman itu, maka sudah tentulah tidak akan terjalin suatu persaudaraan dan ukhuwah. Itulah kenyataan di depan mata kita. Itulah lucunya kita ketika bersalaman. Jangan begitu !
 
Mari kita ubah cara kita bersalaman
 
Ketika sekitar enam bulan lampau hamba mengubah cara hamba bersalaman, beberapa orang yang hamba salami terlihat banyak yang terkejut dan mendekatkan telinganya di mulut hamba. Tahukan Saudaraku apa yang hamba lakukan sebenarnya ? Ketika bersalaman, saya jabat erat tangan saudara yang bersalaman itu dengan kedua tangan hamba. Jika ketika hamba jabat itu dia tidak memadang hamba, maka jabatan tangan hamba itu belum hamba lepaskan sampai dia memandang hamba dan hamba juga bisa memandang dia dengan leluasa. 
 
Bersamaan dengan itu, hamba ucapkan sebuah do'a yang sesuai dengan orang itu misalnya "Semoga Allah melariskan perniagaan Bapak" atau "Semoga Bapak selalu dikarunia kesehatan yang sempurna" atau sambil bertanya "Apakah Bapak ada dalam keadaan sehat wa al-fiat ?", jika ia jawab "ya", maka hamba lanjutkan "Al-hamdulillah, semoga Allah menetapkan Anda sebagai orang yang selalu sehat wa al-fiat" dan sebagainya.
 
Dengan cara seperti ini, sekarang ini hamba merasakan lebih banyak orang yang hamba kenal dengan akrab karena yang tadinya hamba tidak mengenal nama, sekarang hamba bisa mengenali keadaan mereka secara pribadi lebih jauh lagi. Mulanya sih, banyak orang terkejut : takut-takut dan was-was.
 
Tahukah Saudaraku apa yang terjadi sekarang pada orang yang bersalaman dengan hamba ? Rata-rata, setelah tangan mereka hamba jabat dengan erat, mereka sambil memandang mata hamba, mereka selalu menunggu hamba mendo'akan sesuatu untuknya. Yang lainnya, ada yang mendahului berdo'a untuk hamba dan hamba mengaminkannya. Hamba perhatikan, orang yang mendahului memberikan salam kepada hamba ini, juga melakukan hal yang sama kepada orang lainnya. Al-hamdulillah !
 
Hamba yakin dan percaya, Saudaraku pun dapat melakukan hal semacam itu dan bahkan lebih baik dari itu. Marilah kita membangun keakrapan dengan semua Saudara kita, agar kita dapat saling memperdulikan (ukhuwah) dan saling menyelamatkan / menolong. Bila hal ini dapat kita wujudkan di tengah-tengan komuniti Islam ini, Insha Allah, dunia ini akan berada di tangan kita umat muslim.
 
Demikian, mohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih atas segala perhatiannya.
As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Syaifuddin Ma'rifatullah - Aceh.
 
 
 

Reply via email to